JAKARTA (voa-islam.com) - Komnas HAM terus mengkritisi sikap Densus 88 yang tak menghiraukan desakan sejumlah pihak terkait sikap represif dan main bunuh yang dilakukan dalam operasi penyergapan.
Sebab faktanya, Densus 88 menembak mati para terduga seperti yang terjadi di Tulungagung beberapa waktu lalu.
Padahal, selama ini aparat kepolisian sudah diperkuat sejumlah peralatan canggih, sehingga Densus 88 sebenarnya tak perlu sampai membunuh karena mereka seharusnya sudah bisa dideteksi sejak awal.
“Dengan alat-alat yang semakin lama semakin canggih termasuk CCISO (Cyber Crime Investigations Satellite Office), itu kan seharusnya bisa dioptimalkan untuk mendeteksi seawal mungkin, kata Komisioner Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Siane Indriani di kantor Komnas HAM, Menteng Jakarta Pusat, pada Jum’at (23/8/2013).
Siane mengungkapkan, perangkat canggih yang dimiliki aparat kepolisian itu bisa menyadap semua jenis alat komunikasi.
“Perangkat itu bisa melacak di mana pun kita berada secara satelit, bisa menyadap semua jenis alat komunikasi dimana pun berada karena pakai satelit. Jadi tidak ada lagi kendala blank spot kalau sudah pakai satelit,” ujarnya.
Laboratorium CCISO Dibiayai Australia
Untuk diketahui, Cyber Crime Investigations Satellite Office (CCISO) Kepolisian Daerah Metro Jaya, diresmikan pada Senin (29/4/2013) oleh Wakapolri Nanan Sukarna (telah pensiun, red.) dan Kepolisian Australia Comissioner (AFP) Tony Negus.
Nanan Sukarna saat itu mengatakan sistem CCISO berguna untuk saling tukar informasi, pengetahuan, dan transfer teknologi. ''Intinya untuk mencegah kejahatan di dunia maya atau cyber crime,'' kata Nanan di Jakarta.
Pihak Kepolisian Australia Comissioner (AFP) Tony Negus mengatakan kejahatan lintas negara, kadang dikaitkan dengan jaringan kejahatan yang sama. Selama 10 tahun terakhir, banyak serangan terorisme.
Tony melanjutkan dengan kerja sama ini dinilai bisa melihat keberhasilan. Pihaknya telah bekerja sama dalam menanggapi berbagai hal, penjualan obat-obatan dan lainnya. ''Sebenarnya sejak 2011, Timur (Kapolri) dan saya buka cyber crime investigation di Mabes Polri,'' ujarnya.
Pembangunan CCISO ini merupakan kerja sama Polri dan AFP yang dilaksanakan sejak tahun 2010. Selain ada di Polda Metro, CCISO juga ada di Mabes Polri, juga ada di sejumlah Polda.
Tony Negus menjelaskan, untuk membantu pengadaan seluruh peralatan dan mempersiapkan personel CCISO, Australia menyediakan dana sekitar 9 juta dollar Australia.
Ia melanjutkan, sebanyak 31 Polda di seluruh Indonesia sudah disambungkan dengan CCIC. Menurut dia, CCIC sudah menerima akreditas internasional sebagai fasilitas telekomunikasi.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Komjen Pol Sutarman usai peresmian Laboratorium (CCISO) Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, Rabu (24/07/2013) mengatakan, teknologi CCISO itu sangat membantu polri melacak dan mengejar kawanan teroris yang berkeliaran di wilayah Indonesia, sepanjang para teroris itu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Sekarang, seluruh polda di Indonesia sudah mengoperasikan laboratorium cyber crime dan sudah pula terkoneksi dengan laboratorium CCISO Mabes Polri yang sudah lebih dulu dibangun.
Jaringan CCISO di berbagai Polda juga telah tersambung dengan pusat pemantauan (monitoring center) atau jaringan JCLEC (Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation), untuk menganalisa komunikasi dari jaringan kejahatan, seperti terorisme, narkotika, pencucian uang, dan korupsi. [Ahmed Widad/dbs]