JAKARTA (voa-islam.com) - Harits Abu Ulya, direktur CIIA dan pemerhati kontra terorisme mengungkapkan dalam analisnya bahwa tidak menutup kemungkinan penembakan terhadap Bripka Sukardi dilakukan preman dengan berbagai motif.
“Tidak menutup kemungkinan mereka preman pembunuh bayaran yang terima order dari orang lain, untuk membuat teror dan targetnya banyak; memberi citra pemimpin Polri saat ini lemah dan tidak becus,” ungkapnya kepada voa-islam.com, Rabu (11/9/2013).
Ia menilai, kasus penembakan polisi ini juga disinyalir dimanfaatkan pihak-pihak tertentu lantaran ada “pertarungan” di lahan kontra terorisme.
“Pertarungan di lahan kontra terorisme, mengingat mau dibentuk pasukan antiteror baru gabungan pasukan elit TNI atau untuk stigmatisasi teroris dan target politik lainya,” jelasnya.
Di sisi lain, ia menilai kasus penembakan polisi tersebut semakin menambah panjang perburuan terhadap teroris seperti yang diopinikan para pengamat terorisme yang menjadi corong BNPT di berbagai media.
“Yang jelas dari kasus ini, jadi perburuan jaringan "teroris" Abu Roban versi Al-Chaidar dan Nasir Abbas (corong BNPT dan Densus 88) dilakukan,” imbuhnya.
Adapun, jika penembakan tersebut dikaitkan sebagai pesan untuk KPK maka maka Harits menilai itu tidak relevan sama sekali.
“Ingat kasus Nasirudin (kasus Antasari) yang dieksekusi oleh orang dengan senpi juga. Artinya banyak juga orang yang bekerja dan mau kerjakan order eksekusi seperti itu. Urusan target bagi penerima order tidak penting. Mau pejabat, mau polisi atau pengusaha semua tidak masalah,” jelasnya. [Ahmed Widad]
BERITA TERKAIT: