BIMA (voa-islam.com) – Gabungan ormas Islam di Bima yang dipimpin oleh Jama’ah Ansharut Tauhid Wilayah Nusa Tenggara (JAT Nusra) mendatangi Kepolisian Resort (Polres) Bima pada Kamis (19/9/2013).
Kedatangan mereka untuk menyikapi kejadian pada Sabtu 14 September 2013, yaitu acara tarian erotis serta pesta miras yang diselenggarakan Hotel Kalaki Bima yang dihadiri oleh beberapa orang anggota DPRD Bima.
Rombongan elemen Islam Bima yang terdiri dari pengurus masing-masing ormas sampai di Polres Bima pada pukul 10.00 WITA dan diterima oleh Kapolres Bima AKBP Ekawana Presta, S.IK dan Wakapolres Bima.
Ustadz Asikin selaku juru bicara elemen dan umat Islam Bima mengatakan, tujuan kedatangan rombongan ormas Islam untuk mengklarifikasi dan menyampaikan tuntutan umat Islam Bima atas kejadian tersebut.
Menurut ustadz Asikin yang juga pimpinan JAT Bima, karena umat Islam Bima adalah umat yang taat terhadap ajaran Islam yang dipegangnya, sehingga budaya Bima berbeda dengan budaya-budaya yang lainnya.
...Karena kejadian tersebut telah menistakan daerah Bima yang merupakan daerah yang Islami, dan melukai hati dan perasaan umat Islam Bima...
“Karena kejadian tersebut telah menistakan daerah Bima yang merupakan daerah yang Islami, dan melukai hati dan perasaan umat Islam Bima,” ujar ustadz Asikin kepada aparat kepolisian.
Lebih lanjut, ustadz Asikin menyatakan bahwa kehancuran moral bangsa ini sudah mencapai klimaksnya, dimana adegan tarian erotis dan pesta miras adalah adegan yang sudah diluar batas moralitas.
“Oleh karena itu kami dari ormas Islam meminta Kapolres Bima menutup izin operasional Hotel Kalaki kemudian menghentikan peredaran rokok GG Mild sebagai bentuk tanggung jawab dari pertunjukan yang merusak moral umat ini,” tuntutnya.
Untuk itu, pimpinan ormas yang terdiri dari JAT Wilayah Nusra, HTI Cabang Bima, LDPU An-Naba Bima, IMM Cabang Bima, Pemuda Muhammadiyah Bima, HMI Cabang Bima, Yayasan Subulus-Salam Bima, Yayasan Islam Bima, Brigade Masjid BKPRMI Bima juga meminta pihak kepolisian membersihkan daerah Bima dari perilaku amoral dan miras.
Menanggapi tuntutan elemen dan umat Islam Bima, Kapolres Bima beralasan jika aparat tidak mengeluarkan dan memberikan ijin untuk acara pekat atau penyakit masyarakat seperti tarian erotis dan pesta miras.
“Pada dasarnya kami mengeluarkan ijin kemarin untuk acara yang tidak ada pesta miras dan tari erotisnya,” kilahnya.
...Oleh karena itu kami dari ormas Islam meminta Kapolres Bima menutup izin operasional Hotel Kalaki kemudian menghentikan peredaran rokok GG Mild sebagai bentuk tanggung jawab dari pertunjukan yang merusak moral umat ini...
“Tetapi kami tidak tahu kalau pada acara tersebut akan ada hal-hal seperti itu. Oleh karena itu kami dari pihak kepolisian akan menindak tegas pihak-pihak yang telah menyelenggarakan acara tersebut,” imbuhnya.
Kapolres Bima juga mengatakan jika pihaknya sebenarnya menginginkan situasi di kota Bima kondusif. Namun faktanya, ada pesta miras dan kejadian mesum berupa tarian erotis, aparat kepolisian tidak menindaknya.
“Pada dasarnya kami ingin menjaga konduktifitas di Bima ini. Kami akan menjamin keamanan, ketertiban masyarakat, sehingga permasalahan yang sifatnya prostitusi, miras, dan masalah lainnya kita ingin fokuskan agar tidak terjadi di wilayah Bima,” ucapnya.
“Ini sesuai dengan amanat masyarakat Bima. Karena pada dasarnya kami menginginkan semua unsur masyarakat harus seimbang dimata hukum,” pungkasnya.
Mengakhiri acara, perwakilan sejumlah ormas Islam membagikan release dan pernyataan sikap umat Islam terhadap kemaksiatan yang baru saja terjadi dan kedepan agar tidak terulang lagi. [Khal-fah/sirath]