JAKARTA (voa-islam.com) – Siang itu, telinga Lurah Lenteng Agung Susan Jasmin Zulkifli betul-betul kepanasan, saat mendengar orasi dan pekikan takbir warga Lenteng Agung yang disertai dengan suara gaduh bedug selama aksi damai itu berlangsung.
Bisa dirasakan jantungnya berdebar, seluruh bulu kuduknya berdiri. Lurah Susan pun bergetar, ia enggan keluar untuk menemui massa yang melakukan aksi. Bahkan saat serah terima keranda matinya demokrasi di Lenteng Agung.
Sejak pagi hingga menjelang Zuhur, warga berkumpul di depan kantor Kelurahan Lenteng Agung untuk menuntut Lurah Susan yang non muslim itu pindah ke wilayah lain.
Ini merupakan aksi untuk kedua kalinya. Sejak didemo warganya, Lurah Susan tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, karena warga sejak awal tidak menerima kehadiran Lenteng yang non muslim tersebut.
Berbagai alasan warga agar pemindahan Lurah Susan Jasmine Zulkifli bisa direalisasikan Jokowi. Di antaranya mengganti ucapan salam menjadi 'selamat pagi' atau 'good morning' bukan ucapan salam layaknya mayoritas warga Lenteng Agung.
"Sekarang ucapannya good morning bukan lagi assalamualaikum," ujar seorang demonstran di depan kantor Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (25/9).
Meski belum mau minggat, Lurah Susan tetap percaya diri, karena dia adalah lurah kesayangan Jokowi-Ahok. Terlebih, sebelum menjadi Lurah Lenteng, ia pernah menjadi tim sukses Jokowi-Ahok. Itulah sebabnya, Lurah Susan merasa mendapat dukungan dari atasannya.
"Saya tetap saja seperti biasa. Silahkan saja demo, sayaa didukung Gunernur dan Wagub DKI Jakarta, makanya saya kerja saja," kata Susan kepada wartawan seusai menerima perwakilan pengunjuk rasa di kantornya, Rabu, 25 September 2013.
Bohong besar, jika Lurah Susan mengatakan, aksi yang dilakukan warganya tak mengganggu kinerjanya. "Biasa saja, saya tanda tangan banyak dokumen warga yang mau buat kartu KK," katanya.
Susan menolak memberi tahu hasil pertemuannya dengan perwakilan warga. Susan mengaku keputusan itu bukan kapasitasnya untuk menyimpulkan. Itu nanti atasan saya yang memberi wewenang. Saya hanya kerja maksimal," kata Susan.
Ditanya wartawan, apakah dirinya sudah komunikasi dengan Gubernur terkait aksi ini, Susan mengaku belum. Tapi, dirinya yakin Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, sudah tahu tentang aksi itu. "Ya, pasti tahulah (dari media). Saya sendiri belum komunikasi karena di sini ada Pak Camat (Jagakarsa)," katanya.
Dalam aksinya, massa membentangkan kain putih sepanjang 50 meter yang berisi ratusan tanda tangan sebagai dukungan menolak Lurah Susan.
Massa juga membawa bendera kuning dan keranda berkain putih sebagai simbol matinya hati nurani Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tidak mendengarkan tuntutan warga Lenteng Agung.
Sebelumnya, Lurah Susan sempat mengadakan rapat tertutup dengan Camat Jagakarsa Asril Rizal dan Kepala Inspektorat Pemprov DKI Jakarta Franky Mangatas Pandjaitan. [desastian]