View Full Version
Jum'at, 27 Sep 2013

Amin Rais : Jokowi Tak Ubahnya Presiden Joseph Estrada

Semarang (voa-islam.com) Amin Rais adalah hati nurani Indonesia, dan ia tak pernah merasa takut dengan apapun  dan siapapun. Ketika Soeharto masih kokoh cengkeraman kekuasaannya di tahun l996, Amin Rais sudah berani mengkritik Soeharto.

Amin sudah mengawali perjuangan rakyat Indonesia menggusur Jenderal Soeharto yang sudah karatan di kursi kekuasaan. Ketika semua kekuatan tidak ada yang berbunyi menghadapi penguasa lalim Soeharto.

Soeharto yang sangat totaliter berkolaborasi dengan pengusaha cina, dan para jenderal kristen, seperti Panggabean, Soedomo, dan Benny Murdani, menggerus kekuatan-kekuatan Islam, sampai tak bisa lagi mendongak. Amin berhasil menggalang kekuatan kaum muda, dan meruntuhkan kekuasaan rezim Soeharto.

Akhir dari rezim Soeharto yang menjadi "payung" kaum kristen, sekuler, dan nasionalis itu, hanya membawa Indonesia kepada disaster (bencana) bagi rakyat Indonesia. Indonesia tertimbun utang $ 150 miliar dollar.

Hanya golongan cina yang diuntungkan selama pemerintahan Soeharto, yang diakhir era Soeharto mereka mendapatkan berkah, karena mendapatkan kucuran BLBI yang totalnya Rp. 650 triliun, yang sebagian mereka larikan ke Singapura,  sampai sekarang. Sekarang mereka telah mengangkangi 80 persen asset Indonesia.

Sekarang Amin Rais, hati nurani dan pikirannya terusik, melihat usaha-usaha yang sangat sistematis, khususnya dari unsur-unsur dan golongan yang memiliki obsesi menjadikan Jokowi sebagai presiden di tahun 2014.

Seluruh kekuatan yang ada dengan berbagai cara mengangkat Jokowi, agar sukses menjadi presiden. Sejatinya apa rencana dibalik usaha yang begitu gigih dan masih ingin menjadikan Jokowi menjadi presiden? Siapa yang berobsesi dan apa tujuan mereka ingin menjadikan Jokowi menjadi presiden Indonesia mendatang?

Di tengah gemuruh para pendukung, sukarelawan, aktivis, dan buzzers yang terus-menerus mengangkat sang "dewa" Jokowi, muncul Amin Rais, tak takut dikecam oleh para pendukungnya, dan para  pendukungnya "tersembunyi" yang sekarang ini begitu luar biasa menginginkan Jokowi menjadi presiden.

Dengan kondisi seperti itu, Amin Rais saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2013), Amien menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada.

Kesamaannya, menurut Amien, mereka dipilih karena populer. Menurutnya, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina.

Namun, kata Amien, ia hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.

"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.

Ia berharap, Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya.

"Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien.

Amien mengungkapkan, saat dipimpin Jokowi, Solo merupakan salah satu kota termiskin di Jawa Tengah. Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo selama hampir dua periode, sebelum memutuskan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.

"Daerahnya masih banyak yang kumuh, hanya Slamet Riyadi saja yang bagus. Tapi Jokowi malah dinobatkan sebagai wali kota nomor tiga terbaik di muka bumi, mungkin hanya karena popularitas," ujarnya.

Pernyataan "pedas" Amien Rais soal Jokowi hanyalah "warning" kepada  bangsa Indonesia, yang sekarang ini sudah menjadi korban media massa, dan media sosial yang terus menerus mencoki setiap hari tentang Jokowi. Sampai rakyat kekenyangan dengan segala sanjungan tentang Jokowi.

Ketika reformasi kekuatan-kekuatan anti Habibi yang dibelakangnya merupakan kepentingan Singapura, berjuang mendongkel Habibi. Mereka tak suka Habibi, karena menjadi ancaman bagi  Singapura. Ketika mereka mengangkat Megawati, dan kemudian Mega gagal, mereka mengangkat SBY, dan sekarang bangkrut.

Sekarang dilahirkan tokoh yang dimitoskan Jokowi, dan yang akan melindungi kepentingan mereka. Sampai-sampai The New York Time perlu mengulas profil Jokowi. af/hh


latestnews

View Full Version