JAKARTA (voa-islam.com) – Pemberitaan sebuah media online yang menyebut penolakan bukan karena soal agama, tetapi karena kecantikan Susan, ditanggapi oleh Ulama Betawi KH. Fachrurrozy dalam sebuah jumpa pers yang digelar FUI di Jakarta. Namun demikian, kiai yang dekat dengan warga Lenteng Agung ini tak mau menanggapi terlalu jauh. Menurutnya pemberitaan itu terkesan lebay alias berlebihan.
"Itu (Susan) lebih cantik istri saya. Ini pelecehan, kayaknya penulisan jurnalistiknya di bawah kualitas wartawan," kata kiai dengan logat Betawinya yang medok. " pungkasnya.
Seperti diketahui, belum lama (03/10) ini sebuah media online ternama memberitakan, penolakan warga atas penempatan Lurah Lenteng Agung disebabkan karena faktor kecantikannya, bukan masalah Agama.
Diberitakan, setiap Sabtu dan Minggu, Lurah Susan mengadakan kerja bakti di wilayah Lenteng Agung. Tak hanya menginstruksikan, dia juga terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Kehadiran lurah cantik Susan tersebut memantik semangat warga untuk ikut gotong royong.
Detik menulis para pengurus rukun tetangga dan rukun warga, yang umumnya laki-laki makin giat menggelar kerja bakti. Rupanya semangat para kaum bapak itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan ibu-ibu warga Lenteng Agung.
Siti Maimunah (44 tahun), warga RT 14 RW 03, Lenteng Agung mengaku sejak Susan menjabat lurah banyak pengurus RT yang kegenitan. Misalnya, pengurus RT bela-belain ikut kerja bakti pada hari Minggu untuk membersihkan selokan. Padahal, pada saat bersamaan ada acara hajatan pernikahan di rumah tetangganya.
“Bapak-bapak ada yang malah ganjen sekarang. Mereka pakai minyak wangi lah kalau kerja bakti. Sok kerajinan gitu deh,” kata Maimunah yang sudah menetap di Lenteng Agung sejak 1980 tersebut kepada detikcom, Selasa (1/10).
Hal yang sama dikatakan warga RT 08 RW 04, Khadijah (39 tahun). Dia bersama Maimunah mengaku diajak ikut demo menolak Lentang Agung dipimpin oleh lurah Susan. Namun penolakan itu bukan karena adanya perbedaan agama.
Tidak benar, jika penolakan warga terhadap Lurah Susan karena kecemburuan ibu-ibu terhadap kaum bapak yang getol kerja bakti dengan lurah Susan. Tokoh ulama Betawi KH Fachrurozi Ishaq yang hadir dalam jumpa pers mendampingi tokoh masyarakat dan warga Lenteng Agung yang digelar Forum Umat Islam (FUI) di Resto Al Jazeera, Jakarta, menyebut penolakan warga masyarakat ini sebagai persoalan umat beragama. Bila penempatan Lurah Susan di Lenteng Agung ditolak warga, harusnya aspirasi itu diterima oleh Gubernur.
"Ini masalah umat beragama. (karena) Kita bicara soal manusia. Maka kalau lingkungan menolak dengan tanda tangan, kalo Jokowi bijak, ia harus terima aspirasi warga tersebut. Ini memang bukan masalah agama, tapi masalah umat beragama. Didalamnya ada SARA," kata kiai.
Keputusan Pemprov DKI yang dipimpin oleh Jokowi-Ahok dalam menempatkan wanita bernama Susan sebagai lurah Lenteng Agung itu ibarat menaruh kompor dalam kulkas. Kyai Fachrurozy mengatakan, memang penempatan lurah dengan sistem lelang itu wewenang pemerintah tapi harus proporsional.
"Boleh mereka bicara secara konstitusi tapi tetap harus proporsional. Harusnya diroling saja, Susan boleh tetap jadi lurah tapi di tempat yang mayoritas Kristen," tambahnya.
Seperti diketahui, mayoritas warga Lenteng Agung beragama Islam. Akan tetapi, Jokowi-Ahok menempatkan seorang Kristen untuk memimpin kelurahan ini. Padahal, kata warga, pada zaman penjajahan kolonial saja, Belanda tidak berani menempatkan seorang Kristen menjadi pemimpin di wilayah ini (Lenteng).
Seperti diketahui, di Lenteng Agung terdapat 22 masjid, 58 mushola dan ratusan majelis taklim serta lembaga pendidikan Islam. Tidak mungkin itu semua bisa diatur dan dikoordinasikan jika pemimpinnya non muslim. [desastian]