Lebak (voa-islam.com) Lebak salah satu kabupaten di Banten, di mana rakyatnya 80 persen mlarat. Kondisi rakyatnya sangat menyedihkan. Sering terkena banjir. Barangkali perlu waktu yang panjang membangun Lebak. Kabupaten yang pernah menjadi jajahan Belanda itu, sekarang tak kurang pedihnya, dibanding di zaman Belanda.
Tetapi, seperti dongeng lainnya, di negeri yang penuh dengan paradok, segalanya bisa terjadi. Di mana 70 persen rakyat Indonesia hanyalah pendidikan SD (Sekolah Dasar), dan income perkapitanya (pendapatan perkepala), hanya $ 500 dollar. Tetapi, orang-orang kaya tumbuh sangat pesat di negeri ini, dan pendapatan mereka bisa diatas $ 15.000 dollar perbulan.
Tak aneh di zaman yang penuh dengan kekacauan (kolobendu), berbagai paradok terjadi di Republik ini. Pemimpin dan pejabatnya yang memutuskan keadilan, ternyata suka makan barang haram, yaitu uang sogokan. Pajabatnya banyak yang berubah menjadi penjahat.
MK (Mahkamah Konstitusi) menjadi tempat terakhir, bagi siapapun bersengketa, dan ingin mendapatkan keputusan. Tetapi, apa lacur, jika Ketua MK, seperti Akil Mochtar, Rabu lalu, ditangkap KPK di rumahnya di Widya Chandra, menerima uang sogok, terkait dengan keputusan pilkada di kabupaten Kalimatan Tengah dan Lebak.
Akil Mochtar di bui, karena menerima sogokan, termasuk sogokan dari Tubagus Chaery Wardana, terkait pemilihan bupati Lebak. Tubagus Chaery Wardana adalah suami Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany dan adik Gubernur Banten, Ratu Atut.
Ada sisi yang sangat paradok antara kehidupan rakyat Lebak yang rata-rata mlarat dengan gaya hidup Tubagus Chaery Wardana (Wawan) yang menjadi adik Gubernur Baten, Ratut Atut Chosiyah. Betul-betul tidak masuk akal, dan seperti antara langit dan bumi. Termasuk gaya hidup Walikota Tengerang Selatan, Airin, yang jumlah kekayaannya mencapai Rp 103 miliar, dan mungkin masih tambah.
Tubagus Chaery atau Airin memiliki rumah di kawasan elit di Jalan Denpasar IV No.35, Kuningan, Jakarta Selatan. Rumah Tubagus itu, bergaya minimalis. Sangat indah. Tidak seperti rumah-rumah rakyat Lebak, yang sebagian masih jembel.
Tentu, lebih mencengangkan lagi, di garasi rumah yang model minimalis itu, tersimpan mobil-mobil mewah. Diantaranya, Lamborghini 2009, berharga Rp 9 miliar, Range Rover Sport berharga Rp 2,15 miliar, Marcedes Benz 2008, berharga Rp 1,58 miliar, Mini Cooper 2008 berharga Rp 600 juta, Toyota Alphard 2010 berharga Rp 1,3 miliar, Ferrari 2006, berharga Rp 3,5 miliar, Porsche Panamera 2010 Rp 3,5 miliar, dan Toyota Fortuner 2010 berharga Rp 459 juta.
Kekayaan Airin itu, masih lagi ditambah dengan : tanah dan bangunan di Tangerang, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Cianjur, Sumedang, Bandung, Bogor, serta Serang, dan yang paling luas di Bogor, yaitu 19.416 meter persegi. Airin juga memiliki logam mulia senilai Rp 9,25 miliar. Masih ditambah surat berharga hasi investasi sejak tahun l995, hingga 2010, nilai Rp 2,07 miliar, ditambah giro setara Rp 10,71 miliar.
Sangat luar biasa anak keturunan Chasan Shohib, yang menjadi tokoh di Baten yang sangat terkenal itu.
Sekarangketurunan Chasan Shohib membangun kerajaan di Banten. Diantaranya Heryani (ibu tiri Atut) menjadi Wakil Bupate Padeglang, Ratna Komalasari (ibu tiri Atut) anggota DPRD Kota Serang, Ratu Atus menjadi Gubernur Banten, Hikmat Tomet (suami Atut) menjadi Anggota DPR RI dari Partai Golkar, tahun 2009-2014, Andika Hazumy (anak Atut) anggota DPD Banten, periode 2009-2014, Ade Rossi (menantu Atut) menjadi anggota DPRD kota Serang, Tubagus Khaerul Zaman(adik Atut) menjadi Wakil Walikota Serrang, Airin Rachmi Diany, (ipar) menjadi Walikota Tangerang Selatan, Ratu Tatu Chasanah (adik Atut) menjadi Wakil Bupati Serang, Aden Abdul Cholik (ipar Atut) anggota DPRD Provinsi Banten, dan Tanto Warbono (menantu Atut) caleg DPRD Provinsi Banten.
Sungguh sangat luar biasa bagaimana anak keturunan Chasan Shohib, yang sebagian rakyat Banten mengenalnya sebagai tokoh "jawara" itu, sekarang berkembang membangun kekuasaan yang mirip kerajaan.
Gaya hidup mereka sangat ironi, dan tidak menampakkan empati atau rasa prihatin dengan begitu banyaknya rakyat di provinsi Banten yang masih mlarat, tetapi mereka hidup dengan bergelimang harta, melebihi penguasa Belanda yang pernah menjajah Lebak. af/hh.