Jakarta (voa-islam.com) Buruh harus berani menuntut hak-hak mereka. Tidak membiarkan para pemilik modal dan kapital terus memeras keringat demi keringat mereka saban hari. Para pemilik modal dan kapital, tak ingin hidup kaum buruh sejatera. Mereka akan dengan sangat tega memeras keringat kaum buruh dengan semena-semena.
Para pemilik modal dan kapital tak akan pernah rela memberikan upah kepada buruh yang memadai, dan memberikan kesejahteraan kepada buruh. Bahkan, kaum buruh guna mendapatkan hak mereka yaitu berupa "umr" (upah minimum regional), tidak mudah.
Sekarang banyak pabrik yang melakukan relokasi ke daerah-daerah menghindari tuntutan "umr" buruh. Karena, prinsipnya para pemilik modal dan kapital, para majikan, itu berprinsip ekonomi dengan : "modal sekecil-kecilnya dan untung sebesar- besarnya", dan kemudian mereka mengeksploitasi kaum buruh, secara keji.
Hari ini, di Jakarta akan berlangsung aksi pemanasan menjelang mogok nasional pada 31 Oktober, hingga 1 NovKember akan dimulai pada Senin (28/10). "Aksi pemanasan akan diikuti sekitar puluhan ribu buruh diberbagai daerah," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal di Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Iqbal menjelaskan aksi pemanasan di kawasan industri Pulo Gadung dan KBN Cakung akan diikuti sekitar 10 ribu buruh. Aksi mogok nasional itu menurut dia akan diikuti berbagai elemen buruh seperti KSPI, Sekber, KSN, GSBI, SPSI LEM, SPSI 92, Bapor SPSI, FSPMI, dan lainnya
Di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung, dan Cimahi, akan diikuti sekitar 50 ribu buruh. "Di Karawang akan aksi konvoi dan konsolidasi. Begitu juga di daerah-daerah lain," katanya.
Iqbal menambahkan tiga tuntutan tersebut yakni: upah layak, jaminan sosial, dan dihapuskannya sistem alih daya atau outsuoching.
Outsourching itu produk dari pemerintahan Mega, di mana Menakernya Jacob Numawea, dan itu klaim Mega yang selalu mengatakan pembela wong cilik, tetapi prakteknya memeras wong cilik, dan memberikan ampunan kepada konglomerat hitam (Cina), dan melahap BLBI Rp 650 triliun, serta membuat rakyat jelata menjadi jembel.
Buruh harus berani menuntut hak-hak mereka. Tidak membiarkan para pemilik modal dan kapital terus memeras keringat demi keringat mereka saban hari. Para pemilik dan kapital, tak ingin hidup kaum buruh sejatera. Mereka akan dengan sangat tega memeras keringat kaum buruh dengan semena-semena.
Karena tak mungkin kesejahteraan buruh akan datang begitu saja, tanpa adanya perjuangan yang gigih dari mereka. Karena seperti Ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Sofyan Wanandi(Liem Bian Koen), tak suka dengan gerakan buruh, dan menolak kenaikan upah buruh, karena membebani para pengusaha, tukasnya. af/hh