View Full Version
Selasa, 03 Dec 2013

Biar Kapok, Nafsiah Mboi Berikan Kondom Pada Pejabat & Kaum Liberal

Jakarta (voa-islam.com) Begitu seriusnya pemerintah liberal dan sekular berkiblat pada zionis protocol yang ingin membangun dan melahirkan kehidupan bebas tanpa batas dan cenderung tidak bermanfaat di Indonesia ini. 

Komisi VIII DPR mengkritik digelarnya Pekan Kondom Nasional (PKN) selama satu minggu. Diketahui, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bersama DKT Indonesia dan Kementerian Kesehatan Nasional akan menggelar Pekan Kondom Nasional (PKN) pada 1 Desember hingga 7 Desember mendatang.

Disebutkan, akan ada pembagian kondom secara gratis pada acara tersebut. "Kegiatan kampanye ini, menurut saya, justru lebih banyak menonjolkan aspek penggunaan kondomnya daripada unsur edukasi reproduksi dan pendidikan seks bagi masyarakat," Anggota Komisi VIII DPR RI, Tb Ace Hasan Syadzily di Gedung DPR, Jakarta, Senin (2/12/2013).

Transparansi Anggaran (FITRA), melalui Uchok Sky Khadafi menyatakan bahwa lelang pengadaan Kondom Tahun 2012 Anggaran 2012 sudah selesai dan menghabiskan dana mencapai Rp 25 Milyar dengan tender pengadaan Kondm dimenangkan oleh PT Kima Farma Trading & Distribution

Taruna Muslim: Sitok Perkosa Mahasiswi, Bukti “Salihara” Tempat Pelacuran

Nafsiah Mboi sebaiknya tak hanya membagikan ke daerah lokalisasi yang hingga kini masih di rahasiakan lokasinya, pembagian kondom tersebut seharusnya dibagikan saja kepada istri pejabat yang suka dengan brondong atau dibekalkan ke suami-suami mereka ketika dinas ke luar kota? Karena perilaku sex bebas itu banyak dilakukan oleh mereka dan akhirnya menular ke anak-anak mereka yang masih remaja. Atau berikan saja kepada Komunitas Salihara yang mendukung liberalisme toh karena memang kaum liberal doyan sex bebas dan zina! 

Biar Kapok, sebaiknya Nafsiah Mboi berikan saja kondom pada pejabat & juga kaum liberal secara terang-terangan diliput media di komunitas gemar miras dan zina seperti Komunitas Liberal Utan Kayu dan Salihara. 

Fakta bahwa Theater Salihara sebagai ajang pertunjukan amoral tidak bisa dibantah. Situs resmi salihara.org sempat merilis liputan terkait tari telanjang bertajuk “Tari Telanjang Tanpa Rangsang”.  Tampilan Daniel Leveille Dense dari Kanada, pada Festival Salihara Keempat, Selasa (09/11/2012) menjadi bukti pertujukkan erotis itu.

Dalam tulisan itu dibeberkan satu sikap bahwa tari telanjang pun tak selalu berkutat dalam bingkai erotis pemancing syahwat. Penampilan Daniel Leveille Dense itu ditonton 230-an penonton di Teater Salihara.

“Selama 60 menit, empat penari, salah satunya perempuan, menunjukkan bahwa ketelanjangan memberikan keleluasan penontonnya melihat detail tubuh seperti otot, tarikan napas perut dan dada, hingga cucur keringat sebagai bagian penting dari sebuah koreografi. Dada membusung dan otot perut mengencang seiring tarikan napas, gelayut pantat usai sebuah gerak melompat, dan bergoyangnya buah zakar atau buah dada saat tubuh bertumpu pada satu kaki mustahil terlihat pada tubuh berbalut kostum,” demikian salihara.org mereportase penampilan itu.

Terkait adanya “Tari Telanjang Tanpa Rangsang”  itu, petinggi Komunitas Salihara, Goenawan Mohamad membantah bahwa itu pertunjukan erotis.

Taruna Muslim menekankan agan seluruh elemen bangsa harus bersatu menuntut proses hukum bagi penyair Sitok Srengenge, yang telah memperkosa mahasiswi. “Salihara” juga harus ditutup, karena telah menjadi tempat prostitusi terselubung.

Seruan itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim, Alfian Tanjung, kepada itoday (01/11) menanggapi aksi pelecehan seksual yang dilakukan Sitok Srengenge. “Seluruh elemen bangsa harus bersatu menyeret Sitok ke meja hijau. Tutup juga Salihara, komunitas tempat prostitusi,” tegas Alfian.

Menurut Alfian, ideologi Salihara dan juga pemimpin Tempo Group melegalkan perzinahan.”Lihat saja kasus Sitok, Tempo memberitakannya sebagai perbuatan ‘suka sama suka’ agar pelaku tidak terjerat hukum,” ungkap Alfian.

Alfian menegaskan, kelompok pendukung Sitok yang tergabung di Komunitas Salihara dan Komunitas Utan Kayu telah melegalkan perzinahan. “Sudah menjadi rahasia umum Utan Kayu, dan Salihara menjadi tempat mabuk-mabukan dan perzinahan,” tuding Alfian.

Terkait pelecehan seksual Sitok, menurut Alfian, aktivis perempuan yang biasa bersuara keras, kali ini tidak bereaksi.  “Mana suara Djenar Mahesa Ayu, yang mengklaim sebagai pembela perempuan. Mana protes mereka? Mereka munafik. Goenawan Muhammad sendiri diam seribu bahasa,” kecam Alfian.

Tak salah rupanya Justin Bieber menyebut Indonesia sebagai 'random country' alias negeri antah berantah. Ketika yang muda mabuk, yang tua korup dan gila free sex. [dbs/alfian/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version