Bali (voa-islam.com) Penyelenggaraan forum Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang akan digelar di Bali 3-6 Desember 2013, justru membuat produk Indonesia sulit menembus pasar internasional, ditambah membanjirnya produk asing dalam pasar nasional. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tantangan.
Umat Islam Indonesia harus berani tolak seluruh proposal kesepakatan pada Konferensi Tingkat Menteri anggota WTO ke-9 di Bali pada 3-6 Desember 2013 mendatang. Ketika umat Islam riuh dan disibukkan dengan Pekan Kondom Nasional 2013, menyeruak ke permukaan secara perlahan di balik keriuhan fokus umat pada isu free sex Sitok Srengenge dan Pekan Kondom Nasional.
Agenda pertemuan Bali yang harus disikapi yang sepenuhnya hanya akal bulus negara maju memanfaatkan negara berkembang untuk mengatasi masalah krisis yang mereka ciptakan sendiri.
"Secara substansial tidak ada keadilan dalam draft kesepakatan di KTM WTO Bali," kata analis politik Puspol Indonesia, Ubedilah Badrun Senin (2/12).
Selain itu, sebenarnya pertemuan WTO di Bali besok tidak penting karena sebelumnya pertemuan General Council of WTO di Jenewa yang berakhir pada 26 November 2013 kemarin gagal menghasilkan kesepakatan. Pertemuan General Council of WTO di Jenewa tersebut gagal menyepakati dua isu besar yakni soal fasilitasi perdagangan dan masalah pertanian.
Sebagaimana diketahui hal yang disepakati di Jenewa untuk diagendakan di Bali hanya menyangkut tentang peraturan mengenai asal barang (rules of origin), pembebasan kuota dan bea masuk (duty free and kuota free), pembebasan ekspor untuk negara-negara penghasil kapas, dan mekanisme monitoring.
"Oleh karena itu sesungguhnya forum WTO di Bali hakekatnya adalah merugikan Indonesia dalam jangka panjang. Sudah saatnya Indonesia berani menolak proposal negara maju yang hanya untuk kepentingan mereka. Empat hari forum WTO di Bali harusnya menjadi sejarah untuk Indonesia berani bersikap" demikian Ubedilah Badrun. [sj/aktual/voa-islam.com]