BOGOR (voa-islam.com) - Ba’da Jum’at, 6 Desember 2013, berlangsung ikrar syahadat oleh seorang lelaki warga Jepang di Masjid As Syafiiyah Kampung Pondokmiri, Desa Rawakalong, Kec Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat. Pengucapan dua kalimat syahadat pria bernama Hideki Tomohaki (39) itu dibimbing oleh Wakil Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) As Syafiiyah, Ustadz H Anwar Zaki.
Ikrar syahadat disaksikan Koordinator Bidang Ubudiyah Masjd As Syafiiyah Ustadz Ojo Sujono, Koordinator Bidang Syiar Nurbowo, Ketua RT 01/05 Liman, Ketua RW 05 Raman Takoi, khatib Ustadz Asep, dan jamaah masjid. Turut hadir Pengurus Rumah Tahfidz Raihan Serpong yang keturunan Jepang, Dr Budi. Tampak pula keluarga Ansori Sembiring yang menjadi sahabat Hideki di Indonesia.
Menurut Hideki sebelum mengucap syahadat, ia tertarik pada Islam setelah menyaksikan kebiasaan rekan-rekan bisnisnya yang beragama Islam, terutama dari Indonesia. Misalnya, selalu menyisihkan 5 waktu dalam sehari untuk sholat.
‘’Saya ingin memeluk Islam dari hati saya yang dalam,’’ kata Hideki yang sering bolak-balik Jepang-Indonesia, dalam Bahasa Indonesia yang lumayan lancar.
Pria kelahiran Tokyo, 23 Oktober 1974, itu agak terpatah-patah saat menirukan Ustadz Zaki melafalkan dua kalimat syahadat dalam Bahasa Arab. Namun ia cukup lancar ketika melafalkan terjemahannya dalam Bahasa Inggris dan Indonesia.
Dalam taushiyah-nya sebelum menuntun pensyahadatan, Ustadz Zaki mengatakan, jamaah Muslim tidak boleh kalah balapan dengan Hideki. ‘’Kita memang sudah duluan, sudah bertahun-tahun memeluk Islam, dibanding Hideki yang baru saat ini masuk Islam. Tapi, bisa jadi nanti yang memeluk Islam belakangan malah lebih baik ketimbang yang duluan, tergantung amalannya,’’ ujar Ketua Yayasan Yabunaya Pondokmiri tersebut.
Ustadz Zaki juga mengingatkan kewajiban Hideki sebagai seorang mualaf untuk mandi wajib, sholat, dan berkhitan. ‘’Walaupun awalnya berat melaksanakan sholat, terutama subuh, tapi harus mulai dibiasakan,’’ katanya.
Sebaliknya, ia meminta jamaah terutama para sahabat Hideki untuk mendampingi dan membimbingnya. ‘’Ikrar syahadat ini baru awalan, jangan berhenti di sini perhatian kita,’’ ucap Ustadz Zaki. Sebab, ia melanjutkan, seorang mualaf akan mendapat cobaan besar berupa reaksi negatif dari keluarga dan lingkungannya. Mualaf juga harus menunaikan kewajiban-kewajiban agama yang awalnya berat seperti sholat, puasa, zakat, dan berusaha naik haji.
Hideki yang semula memeluk Shinto, berjanji untuk menepati ikrar syahadat yang diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari. ‘’Dengan bantuan para sahabat dan ustadz Indonesia,’’ kata lajang yang tinggal di Chiba Ichihara, Tokyo, ini. (bowo)