View Full Version
Selasa, 24 Dec 2013

Basrief Arif : Raja Bandit Eddy Tanzil di China

JAKARTA (voa-islam.com) - Raja bandit Eddy Tanzil alias Tan Tjoe Hong yang melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, pada 1996 silam, kemudian lari ke Singapura, dan berhasil membobol Bank Bapindo senilai Rp1,3 triliun, dan kini Eddy Tansil telah terlacak keberadaannya.

Hal ini dikatakan oleh Jaksa Agung, Basrief Arief yang mengakui bahwa pihaknya melacak Edy Tansil tengah berada di China. "Kita pernah melacak Eddy Tansil berada di China," katanya, Senin (23/12/2013).
 
Menurutnya, saat ini pihak Kejaksaan Agung (Kejagung) tengah meminta ekstradisi dari pemerintah China untuk upaya pengembangan terhadap buronan Eddy Tansil. "Karena itu kita sedang minta ekstradisi pemerintah China," tambahnya. Eddy Tanzil berhasil membobol Bank Bapindo, berkat bantuan dari Sudomo yang menjadi "centeng" Soeharto.

Diketahui, Eddy Tansil merupakan sosok yang dikenal sebagai koruptor atas kasus pembobolan Bank Bapindo senilai Rp1,3 triliun. Dirinya melarikan diri dari LP Cipinang dan hingga kini masih belum berhasil ditangkap. Bahkan, menurut laporan Eddy Tanzil telah membangun pabrik bir terbesar di Guang Zou.

Sejatinya, Laksamana Sudomo yang pernah menjadi Panglima Kopkamtib itu, tak  bisa dilepaskan dengan kasus pembobolan Bapindo, karena memberikan referensi kepada Eddy Tanzil. Kasus ini bermula dari rapat Dewan Perwakilan Rakyat dengan Gubernur Bank Indonesia Soedradjad Djiwandono. Anggota DPR, Arnold Baramuli, mempersoalkan kredit untuk bos Golden Key Group, Eddy Tansil alias Tan Tjoe Hong, dengan nilai total Rp 1,3 triliun.

Kasus Bapindo meluas dan serangan tak henti-hentinya tertuju kepada Sudomo selama tiga bulan. Sudomo menghadap Presiden Soeharto melaporkan kasus ini. Sekalian Sudomo menyatakan bertanggung jawab dan mengajukan permohonan berhenti sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Soeharto menolak pengunduran diri Sudomo. Memang, negeri ini menjadi surganya para cukong cina yang sudah mengangkangi para pejabat Indonesia, sampai sekarang.

Para koruptor pribumi yang kelas “teri” semua sudah mendapatkan ganjaran dan dibui. Tetapi, para raja “bandit” cina ini masih bisa hidup bebas, dan menikmati hasil jarahannya. Banyak mereka yang sampai sekarang masih “ngendon” di Singapura, terutama para bandit BLBI, yang nilainya mencapai Rp 650 triliun.

Sampai sekarang pemerintah Indonesia tak mampu memaksa pemerintah Singapura menandatangani perjanjian ekstradisi. Padahal, pembicaraan antara Indonesia-Singapura tentang perjanjian ekstradisi itu sudah berlangsung sejak tahun l974.

Singapura tetap menjadi “bunker” para bandit cina yang menggarong harta dan kekayaan Indonesia. Memang, Indonesia dipimpim oleh pemimpin yang "cemen", sampai tidak mampu memaksa Singapura, dan bahkan pemimpin Indonesia yang harus tunduk kepada Singapura yang  penduduknya hanya 6 juta.

Sementara itu, kaum pribumi menjadi jembel dan tinggal di kolong jembatan, dan hidupnya lebih buruk dibandingkan dengan binatang. Kasus Bank Century pun sampai sekarang tak tuntas, dan telah menghabiskan dana Rp 6,7 triliun. af/hh                                      


latestnews

View Full Version