View Full Version
Selasa, 07 Jan 2014

Parah, Menurut SBY Bangsa Indonesia Harus Meneladani Gus Dur

JOMBANG (voa-islam.com) - Puncak peringatan 4 tahun meninggalnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, dipadati ribuan jamaah. Presiden SBY, Ibu Ani, Gus Sholah, dan Ny. Sinta Nuriyah Wahid hadir dalam acara yang dihadiri ribuan jamaah. Presiden SBY menegaskan, agar Indonesia meneladani konsep keberagaman Gus Dur.

Usai acara Haul  akbar, Presiden SBY memberikan ceramah  kenegaraan kepada ribuan Nahdliyin yang hadir. Dalam ceramahnya, SBY bercerita tentang kenangannya saat masih menjabat Menkopolhukam di kabinet yang dibentuk Gus Dur.

Pada kesempatan itu, SBY berharap masyarakat dapat meneladani pemikiran Gus Dur yang penuh toleransi. Presiden SBY memberikan gelar “Bapak Pluralimse” kepada Gus Dur.

Mewakili keluarga besar mendiang Gus Dur, pimpinan Ponpes Tebuireng Solahudin Wahid yang akrab disapa Gus Solah juga berharap agar masyarakat meneladani pemikiran Gus Dur yang demokratis dan penuh toleransi.

Sementara itu, KH.Musta’in Syafi’i menagatakan, kiai-kiai berhasil menggabung Budaya Asli dengan Islam, hal ini diperkuat oleh pernyataan Jahawar Nehru yang berkunjung ke Indonesia, bahwa Hindu menyebar luas di Indonesia, tapi Hindu yang besar ini berbeda dengan India (Hindu Islam).

KH.Musta’in menambahkan, bahwa apa yang  dilakukan oleh Gus Dur itu, lebih maju lagi ke depan, yaitu dengan mempersaudarakan orang-orang beriman dari tiap-tiap agama. Islam bersaudara dengan Hindu, Budha, Kristen, dan Konghuchu.

Wahid Institute yang sekarang dipimpin oleh anak-anak Gus Dur, seperti Yeny Wahid, berjuang bersama dengan golongan minoritas dalam membangun gerakan pluralisme di Indonesia. Wahid Institute digunakan golongan kristen sebagai sarana untuk menghapus mayoritas Islam di Indonesia dengan gerakannya. Termasuk menghapus SKP Tiga Menteri.

Sekarang nampaknya mereka sedang merekaya perubahan politik lewat pemilu legislatif dan presiden 2014, dan hasilnya tidak ada lagi kekuatan ideologis di Indonesia, khususnya golongan Islam. Lahir partai-partai sekuler yang membawa agenda pluralisme. Kemenangan partai-partai sekuler di parlemen menjadi alat menggusur niali-nilai Islam dan umat Islam dengan agenda baru pluralisme.

Sirkulasi atau pergantian presiden di tahun 2014 nanti direkayasa bagaimana yang muncul-muncul tokoh-tokoh sekuler yang berpaham pluralisme. Ini akan semakin konkrit menjelang pemilihan mendatang.

Aksi-aksi demo oleh kelompok sekuler dengan mengusung agenda “pluralisme” menjadi sebuah agenda penting sebagai proyek politik. Termasuk mendongkrak Jokowi, bahkan Ny.Sintya Nuriyah telah menghadiahi koplok (peci) kepada Jokowi. Semuanya simbolis, Jokowi sebagai orang yang layak menggantikan Gus Dur, sebagai tokoh pluralisme Indonesia. hh/wf

 


latestnews

View Full Version