View Full Version
Kamis, 16 Jan 2014

Ruhut: Soal Banjir Jakarta, Pemuja Tukang Mebel Jokowi tak Masuk Akal

JAKARTA (voa-islam.com) - Banjir yang melanda sebagian wilayah Jakarta belakangan ini menjadi bukti bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak mampu mengemban tugasnya sebagai gubernur. Jakarta bisa dibenahi jika pemimpinnya memiliki kesungguhan mengemban tugas, tidak terjebak pada pencitraan dan mengandalkan bantuan pihak lain.

Satu-satunya warga Jakarta yg tdk tertipu oleh pencitraan Jokowi di media-media mainstream mungkin hanya #Banjir itu sendiri. Banjir awal tahun 2014 ini terlihat merata terjadi dimana-mana bahkan kompleks elit banyak juga yang tak luput kena imbas kebanjiran. Program pemerataan banjir Jokowi cukup berhasil.

Pernyataan itu disampaikan Juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, Rabu (15/01), menanggapi kegagalan Pemprov DKI mengantisipasi banjir Jakarta.

“Dia janji atasi banjir, mana? Sekarang rasain. Susah karena dia tukang mebel. Nasib aja jadi gubernur,” tegas Ruhut, seperti dikutip Tempo.

Menurut Ruhut, Jokowi justru semakin membuat Jakarta semrawut. Banjir semakin meluas dan kemacetan di Jakarta semakin parah. “Urus Jakarta saja tidak mampu, bagaimana kalau Indonesia,”  kecam Ruhut.

Jokowi "sendirian" didukung Partai Pengasongnya, Yaitu Partai Socmed...

Implikasi dari wacana yang terus bergulir bak bola salju tentang pencapresan Jokowi, menurut Dradjad, menempatkan Jokowi pada posisi terjepit. Tak hanya dia, banyak tokoh nasional pun yang menjadi canggung untuk turun tangan membantu Jokowi menangani masalah Jakarta.

"Jokowi tidak lagi mendapatkan dukungan penuh tokoh-tokoh nasional yang dulu 'membawa' Jokowi dari Solo ke Jakarta," kata Ketua DPP Partai Amanat Nasional, Dradjad Hari Wibowo.
Prabowo dan Jusuf Kalla, misalnya, menurut Dradjad, tidak akan nyaman sekarang ketika melihat orang yang mereka orbitkan justru "menelan" mereka.

"Demikian pula ibu Mega (Megawati Soekarnoputri)," imbuh Dradjad. Menurut Dradjad, saat ini Megawati dipojokkkan oleh orang-orang yang tak paham etika politik. Presiden dan para menteri yang notabene mayoritas berlatar belakang partai politik menjadi "berhitung" kalau terkait dengan program kerja Jakarta.

"Mereka (para pejabat) ingin memastikan bahwa rakyat tahu program itu dari pemerintah pusat, bukan dari pemerintah daerah DKI Jakarta, apalagi Jokowi," papar Dradjad. Padahal, persoalan Jakarta tak akan bisa diselesaikan sendirian oleh Jokowi. "Jakarta butuh usaha bersama kita semua. All out," tegas dia.

Jakarta, kata Dradjad, adalah salah satu kota paling kacau di dunia. Sutiyoso, sebut dia, sudah melakukan banyak terobosan, mulai dari membongkar kekumuhan Monas dan Stadion Menteng, hingga memunculkan bus transjakarta.

Fauzi Bowo, lanjut Dradjad, bagaimanapun adalah pembangun jalan layang Antasari dan bahkan Casablanca. "Namun, dengan 12 juta penduduk pada siang hari, beban Jakarta jauh lebih berat daripada Singapura bahkan London sekalipun."

Melepaskan kepentingan pragmatis partai politik terkait pemilu, Dradjad berharap, banjir yang sudah datang lagi di Jakarta, meski hujan belum lebat-lebatnya di Jabodetabek, menjadi "wake up call" bagi para pendukung Jokowi untuk tak buru-buru mengusung Jokowi ke pemilu presiden. "Berpolitik itu perlu proses, tidak bisa instan," ujar dia.

Dradjad menegaskan pendapatnya ini lagi-lagi bukan berdasarkan pertimbangan pendek jabatannya sebagai wakil ketua umum partai kompetitor Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai pengusung Jokowi.

"Saya akademisi dan profesional di bidang keuangan, bukan semata politisi," kata Dradjad. Sebagai pembanding, dia menyebutkan tokoh-tokoh nasional di negara lain yang tak punya cerita "tiba-tiba" menjadi kepala negara.

"Lihat pengalaman Bush, Clinton, bahkan Merkel dan Putin. Ada tahapannya," kata dia. Kembali ke soal banjir, Dradjad berkomentar singkat, "Saya ingin Mas Jokowi berhasil memperbaiki Jakarta kita bersama."

Partai Socmed Pendukung Jokowi Tak Berpikir Realistis

Pendukung Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, tidak berpikir atas dasar fakta. Rentang masa satu tahun terlalu singkat bagi siapapun, termasuk Jokowi, untuk dilihat hasil kinerjanya. Untuk itu, para pemuja Jokowi tidak perlu minta pengakuan terlalu besar.

Pernyataan itu disampaikan pengamat tata kota Marco Kusumawijaya, menanggapi polemik masalah antisipasi banjir di Ibu Kota Jakarta. “Satu tahun itu terlalu singkat u/ siapapun menghasilkan apa2; krn itu kurasa pemuja Joko Wi tidak perlu minta pengakuan terlalu besar,” tegas Marco, melalui akun Twitter @mkusumawijaya.

Menurut Marco, Jokowi hanya meneruskan program yang dijalankan Gubernur DKI sebelumnya, Fauzi Bowo (Foke). “Beberapa pendukung Joko tdk berpikir atas dasar fakta. MRT dan keruk kanal kerja Foke. Joko untung saja mulai jabat ketika semua siap dilaksanakan,” ungkap @mkusumawijaya.

Lebih jauh Marco menolak jika dikatakan tidak mengapresiasi kinerja Jokowi-Ahok. “Bukan org tdk apresiasi kerja Joko Wi, tapi kurasa para pemujanya ini menginginkan pengakuan trlalu besar, yg tdk masuk akal,” kicau @mkusumawijaya.

Di sisi lain, Marco mengakui bahwa sosok Jokowi dan Ahok adalah orang yang baik. Namun demikian, Jokowi-Ahok perlu dikritisi. “Joko+Ahok memulai sesuatu. Hasilnya kita harapkan baik, krn kita tahu mrk org baik. Tapi tak perlu butakan diri u/ tetap kritis,” tegas @mkusumawijaya. [dbs/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version