View Full Version
Jum'at, 17 Jan 2014

Golput Menjadi Ancaman Kegagalan Pemilu 2014

JAKARTA (voa-islam.com) - Sekalipun, genderang “perang” sudah ditabuh para calon legislatif,  baik ditingkat pusat, provinsi, dan daerah dengan berbagai aktifitas yang mereka lakukan, tak membuat rakyat terus antusias menyambut pemilu 2014.

Para calon legislatif sudah mengumbar janji, dan segala tebar pesona, dan janji-janji akan memperjuangkan nasib rakyat lebih baik, membuat rakyat sejahtera, memperjuangkan keadilan, melindungi fakir miskin, tetapi semua itu dipandang oleh rakyat hanyalah : “PHP” (pemberi harapan palsu).

Baliho, poster, foto, gambar, spanduk, dan berbagai pesan-pesan dari para calon sudah disebar di mana-mana. Bahkan menggunakan kenderaan umum, angkot, pohon, tiang listrik, dan bahkan tempat makam (kuburan) pun, dijadikan tempat memasang spanduk dan baliho.

Stasiun telivisi, radio, media massa, sekarang sudah jor-joran melakukan kampanye dengan berbagai modus. Semuanya tujuan menarik para pemilih agar mendukung dan memberikan suara kepada mereka. Mereka diminta agar tidak “Golput” alias menggunakan hak pilihnya,.

Tetap saja rakyat disuguhi berbagai gambaran yang negatif dari para anggota legislatif, dan menjelaskan dengan telanjang, sesungguhnya bagaimana komitmen mereka terhadap rakyat.

Mereka mendapatkan gaji besar, dan berbagai isentif dan  fasilitas, tapi tidak menunjukkan adanya komitmen yang sungguh-sungguh, di mana peristiwa yang ditunjukkan para anggota legislatif, saat pembukaan rapat Paripurna, kemarin, hanya 50 persen kehadiran mereka.

Kemangkiran para anggota legislatif ini, bukan pertamakalinya, tetapi sudah berulangkali. Apalagi, sekarang sudah mulai kampanye, DPR sudah domisioner alias sudah tidak efektif lagi. Rapat-rapat komisi juga kehadiran anggota DPR sudah sangat minim. Produk pembuatan undang-undang juga tidak memenuhi target. Apalagi produk yang mereka buat, tidak menunjukkan adanya keberpihakan kepada kepentingan rakyat dan bangsa.

Apalagi, belakangan ini banyak anggota legislatif dan pemimpin partai yang menjadi tersangka dan digelandang KPK, dan bahkan menjadi tersangka dan ditahan. Kemarin kantor ruangan sebuah Fraksi Partai Demokrat dan Komisi VII, digeledah KPK, dan barang-barang dan dokumen diambil oleh tim KPK. Sungguh sangat tidak memberikan gambaran positif bagi masa depan lagislatif. Semua itu, karena akibat ulah mereka.

Belum lagi, sudah berapa banyak gubernur, bupati, walikota, anggota legislatif, dan menteri yang menjadi tersangka dan ditahan oleh KPK? Sudah lebih 60 persen gubernur yang menjadi tersangka oleh KPK. Ini menunjukkan produk pemillihan legislatif, pemilihan presiden tidak otomatis menghasilkan produk yang baik.

Sekarang rasa skeptis dan pesimis membayangi Pemilu 2014. Hal ini disinyalir  dkarena kepercayaan publi k merosot tajam, akibat banyak kader  dan  para pemimin partai yang terjerat oleh kasus hukum, kinerja mereka tidak memperlihatkan nilai positif.

Sikap skeptis sangat nampak dengan jelas bersamaan terus meningkatnya angka “Golput”. Ini dapat dilihat dengan sangat jelas, pemilu tahun 1999, angkat “Golput” sudah 10,21 persen, kemudian pemilu 2004, menjadi 23,34 persen, dan pemilu 2009, sudah mencapai 29,01 persen.

Di pemilu ini, jumlah “Golput” meningkat sangat tajam, mencapai rata-rara diatas 45 persen. Bahkan, dibeberapa daerah suara “Golput” sangat tinggi, seperti di Sumatera utara “Golput” mencapai 60 persen, di Sumatara Selatan “Golput” mencapai 50 persen.

Di Jawa angka “Golput” juga sangat tinggi, di DKI “Golput” jumlahnya 45 persen, Jawa Barat “Golput” 47 persen, Jawa Tengah “Golput” 50 persen, dan Jawa Timur “Golput” mencapai 45 persen. Ini menggambarkan tingkat kepercayaan rakyat sangat rendah terhadap partai politik dan calon anggota lesitlatif.

Karena setiap lima tahun, tidak ada tanda-tanda kemajuan yang dicapai oleh lagislatif sebagai lembaga wakil rakyat. Jika angka "Golput" tinggi diatas 40 persen, maka ini benar-benar menjadi ancaman bagi legitimasi pemilu 2014, termasuk produk yang dihasilkannya.

Dibagian lain, hasil pilpres 2004 angka “Golput” mencapai  21,5 persen, kemudian di tahun 2009 naik menjadi 23,3 persen, dan akan menjadi lebih  tinggi lagi di pilpres 2014 ini,  bisa mencapai angka lebih 35 persen. Apalagi, tidak ada calon-calon yang memadai sebagai calon presiden mendatang. Semua yang maju kebanyakan wajah “lama” alias “the old man”, dan sudah tidak menarik lagi, dan tidak memberkan optimisme bagi masa depan Indonesia.

Perubahan apa yang bisa diharapkan bagi masa depan Indonesia tokoh-tokoh seperti Mega, JokowSi, Prabowo, Wiranto, Aburizal Bakri, Mahfudz MD? Semua sudah sangat jelas rekam jejak mereka di masa lalu.

Pemilu legislatif dan pemilu presiden hanyalah aktifitas kesia-siaan belaka, dan menghabiskan uang puluhan triliun, tetapi tidak menghasilkan tokoh, pemimin, dan presiden yang berkualitas, dan memiliki komitmen membangun rakyat Indonesia, dan yang muncul hanyalah, para  calon : “tersangka korupsi baru”. Sungguh malang rakyat Indonesia. mhd.


latestnews

View Full Version