CILACAP (voa-islam.com) – Sejak Lembaga Pemasyarakatan Batu Nusakambangan yang dihuni sejumlah Napi Mujahidin dipimpin Liberty Sitinja yang notabene menganut Kristen tindakan diskriminasi, kezaliman, dan penghinaan terhadap Napi pejuang Islam menggila. Setelah pembakaran pakaian, dompet, uang, keperluan shalat, Kitab Suci Al-Qur'an dan buku bacaan Islam, kini dilakukan aksi kristenisasi secara terang-terangan kepada ikhwan Mujahidin.
Setelah seluruh barangnya dibakar termasuk barang sakral: alat shalat, Al-Qur'an dan kitab agama Islam, selama setengah bulan ikhwan Mujahidin diskors tak bisa dibezuk. Bantuan barang pun tidak diizinkan masuk dengan alasan tidak diizinkan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Liberty Sitinja. Gilanya, hari ini misi Kristen diizinkan masuk berkedok sosial membagi-bagikan bantuan sosial kepada napi Mujahidin.
Informasi dari Abdullah, mantan napi LP Batu Nusakambangan, Sabtu siang (18/1/2014), Liberty Sitinja menginstruksikan para petugas lapas untuk mengumpulkan semua napi, termasuk napi Mujahidin di lapangan. Agendanya adalah membagikan bantuan peralatan mandi kepada semua tahanan. Mulanya napi Mujahidin menyambut baik perintah Sitinja yang belum lama menjabat sebagai Kalapas itu.
Namun ketika acara pembagian bantuan berlangsung, para napi Mujahidin kaget bukan kepalang. Mereka marah besar, ternyata bantuan tersebut berasal dari pihak misionaris, acaranya pun bertajuk Kristen: "PEDULI KASIH dari pelayanan kasih BETHESDA.”
Tanpa dikomando, seluruh mujahidin mengambil bantuan tersebut dan melemparkannya ke hadapan Kalapas yang notabene menganut Kristen itu. Bahkan beberapa ikhwan mencaci-maki Kalapas disambut teriakan takbir ikhwan lainnya.
“Ikhwan Mujahidin itu ingin menunjukkan bahwa mereka punya izzah, tidak memerlukan bantuan bernuansa kristenisasi tersebut,” tutur Abdullah kepada IDC, Sabtu sore. “Padahal kalau untuk menyediakan barang-barang keperluan sehari-hari yang jauh lebih bagus daripada bantuan Kristen, kaum Muslimin jauh lebih mampu.”
Tudingan kristenisasi di LP Batu Nusakambangan makin kental, karena sejak Liberty Sitinja menjabat sebagai Kalapas, pembangunan gereja mendapat kemudahan dan berlangsung di tengah kerusuhan.
“Kalapas terang-terangan bersikap diskriminatif, karena bantuan dari pihak Islam tidak diizinkan masuk, tapi mengapa bantuan misi Kristen bisa masuk dengan bebas?” tutupnya.
Sebagaimana diberitakan IDC sebelumnya, pembakaran barang-barang milik ikhwan Mujahidin pada Selasa (31/12/2013), bermula ketika Kalapas baru Liberti Sitinja melakukan pemindahan paksa terhadap Pepi Fernando dari LP Batu ke LP lain dengan cara yang arogan.
Menurut Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM), Achmad Michdan, pemindahan napi dengan cara arogan itulah yang memicu kericuhan di lapas. “Waktu pemindahan Pepi itu anak-anak (mujahidin, red.) marah karena barang-barang seperti kompor dibanting oleh pihak aparat,” paparnya.
Setelah muncul kericuhan pihak Lapas yang menurunkan aparat gabungan TNI-Polri kemudian melakukan sweeping, dan semua barang milik mujahidin dibakar habis. Kamar-kamar penjara dikunci, listrik dimatikan, dan seluruh ikhwan mujahidin dimasukkan dalam sel keong. “Lapas melibatkan pihak TNI-Polri, seluruh tahanan dimasukkan ke sel keong dan semua barang mereka dibakar,” ujar Michdan.
Semua barang milik ikhwan Mujahidin dibakar antara lain: pakaian, keperluan shalat, kasur, alat masak, perlengkapan mandi, uang, dompet dan kitab-kitab milik ikhwan mujahidin ludes dibakar aparat thaghut. Pada sweeping hari pertama, kitab suci Al-Qur'an juga sempat dibakar, tapi pada sweeping berikutnya berhasil diselamatkan dari amukan aparat thaghut. [PurWD/idc/voa-islam.com]