JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syuhada Bahri, di kantornya Kramat Raya 45, Jakarta, menegaskan kepada voa-islam.com, bahwa situasi di Papua, memang sangat mengkawatirkan, dan jika berlangsung referendum, maka implikasinya Papua akan lepas dari NKRI, ujarnya, Rabu, 22,1/2014.
Jika Papua lepas, maka akan mempunyai efek domino kepada wilayah-wilayah Indonesia, seperti Kalimantan, di mana sudah muncul gagasan “Borneo Raya”, yang lepas dari bagian NKRI. Gagasan itu, sudah lama, dan kemungkinan akan terus berkembang, bahkan pernah terjadi peristiwa saat kelangkaan BBM di Kalimantan Tengah, Gubernur Teras Narang, menngatakan dengan nada yang jelas, tidak akan memasok batubara yang sangat dibutuhkan bagi listrik di Jawa.
Sekalipun, menurut Ketua DDII itu, kalau referendum berlangsung dengan jujur, Syuhada optimis Indonesia akan menang. Tetapi, menurut Syuhada Bahri, sudah terjadi preseden, di mana saat referendum (jajak pendapat) di Timor-Timur, penghitungannya dilakukan dengan curang oleh misi PBB dan Australia.
Menurut Syuhada, berdasarkan informasi dari para pendukung kelompok pro-Integrasi Indonesia seperti Enrico Gouteres, dia yakin Indonesia akan memenangkan referendum. Tetapi, saat berlangsung penghitungan terjadi kecurangan, banyak kotak suara yang dibuang, dan diganti dan sudah di coblos yang mendukung kemerdekaan. Inilah yang mengakibatkan terjadinya kekacauan yang luar biasa, pasca jajak pendapat alias referendum, ujarnya.
Sekalipun, sesudah Timor Timur merdeka, kelompok-kelompok yang mendukung kemerdekaan, sekarang mereka menyesal, dan tidak mendapatkan apa-apa dari Australia, tambahnya. Sekarang pemerintah Timor Timur (Leste) konflik dengan Australia soal “Celah Timor” yang kaya minyak, dan dikuasai oleh Australia.
Memang, menurut Syuhada Bahri, skenario tentang Indonesia akan terpecah-pecah itu sudah lama, ujarnya. Menurut Syuhada Bahri, sudah pernah ada dokumen, yang dibuat oleh Israel, zamannya Perdana Menteri Menachem Begin, yang ingin memecah belah negara Islam.
Seperti Arab Saudi akan dipecah menjadi tiga negara. Irak menjadi tiga negara. Sudan menjadi dua negara, dan sekarang sudah terjadi, di mana Sudan menjadi Sudan Utara dan Selatan. Indonesia akan menjadi enam wilayah atau negara, berdasarkan skenario itu. Skenario pengkotak-kotakan itu, menurut Syuhada Bahri tujuannya melemahkan negara-negara Islam.
Mengantisipasi skenario yang sekarang ini sedang berjalan, maka DDII telah mengembangkan gerakan dakwah di setiap propinsi, termasuk di Papua. Sejatinya, menurut Syuhada Bahri,kondisi di setiap daerah sangat menggembirakan perkembangan dakwah yang ada, di mana semakin meningkat dengan sangat cepat, terutama keterikatan masyarakat kepada nilai-nilai Islam, seperti di Mentawai, Kalimantan, Maluku, dan Papua, ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden SBY saat bertemu dengan tokoh-tokoh agama Papua, sudah menyatakan, sikapnya, tidak berkeberaan kalau Papua mau merdeka."Kalian boleh merdeka, asalkan jangan di era pemerintahan saya", kata Presiden SBY, ketika bertemu dengan para pemimpin agama dari Papua, 11 Desember 2011.
Betapa kondisi Papua sangat kritis, dan setiap waktu dapat lepas dari Indonesia. Semua ini tidak lepas dari akibat adanya gerakan yang dijalankan oleh kelompok-kelompok Kristen, seperti di Timor-Timur oleh kelompok Katolik yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga internasional, yang mendapatkan dukungan innternasional, dan akhirnya Timor Timur pisah dengan Indonesia. *mshd.