View Full Version
Senin, 27 Jan 2014

Ternyata 'Tadzkiroh 2' Ustadz Abu Bakar Ba'asyir Tidak Kafirkan Individu

JAKARTA (voa-islam.com) - Terbitnya buku Tadzkiroh II yang ditulis Ustadz Abu Bakar Ba’asyir banyak disalahpahami beberapa pihak. Sebagiannya menuduh Ustadz Abu berpaham takfiri ala khawarij yang mengafirkan individu tertentu secara serampangan. Bahkan sebagian yang lain mengaitkan buku tersebut dengan sejumlah kasus terorisme dan perampokan.

Meluruskan kesalahpahaman ini, Jama’ah Ansharut Tauhid berkerjsama dengan DKM Al Muhajirin menyelenggarakan bedah buku “Tadzkirah” karya Ust. Abu Bakar Ba’asyir, pada Ahad, 26 Januari 2014, di Masjid Al Muhajirin, Grogol, Jakarta Barat.

Salah seorang pembicara di acara tersebut, Ustadz Fuad Al-Hazimi yang juga sebagai anggota Majelis Syari’ah Jama'ah Anshorut Tauhid (JAT) menjelaskan bahwa buku Tadzkirah II itu tidak pernah mengkafirkan seseorang secara individu atau yang disebut takfir mu’ayyan. Semua yang dibahas mengenai kukufuran di buku tersebut adalah mengenai kekufuran perbuatan atau kekufuran amalan. Kekafiran yang terjadi dikarenakan melakukan perbuatan kekafiran yang ditetapkan dalam Islam atau disebut perbuatan pembatal ke-Islaman. Bukan pelaku kekafiran secara individu tertentu tetapi kekafiran secara perbuatan. Jadi bisa siapa saja orangnya atau pelakunya apabila melakukan perbuatan kekafiran tersebut maka orang tersebut masuk dalam kekafiran sampai orang tersebut kembali kepada Islam.

Menurut Ustadz yang memiliki hubungan cukup dekat dengan Ustadz Abu tersebut, “Buku Tadzkiroh itu tidak pernah mengatakan nama orangnya.”

Ustadz yang berdomisili Grabag, Magelang, Jawa Tengah ini mendasarkan keterangannya kepada penjelasan langsung Ustadz Abu saat ditemui bersama anggota majelis Syariah JAT yang lain di LP Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Kamis, 16 Januari 2014 lalu.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh semua anggota Majelis Syari’ah JAT minus Ustadz Abu Fida’ dan Ustadz Abu Azzam, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menjelaskan bahwa takfir yang beliau sebutkan dalam buku Tadzkiroh 2 adalah sebagai berikut:

  1. Takfir itu bersifat indzar (peringatan) dan tafshil (perincian).
  2. Tidak ada satupun ta’yin dalam buku Tadzkirah 2 tersebut sehingga takfir yang beliau lakukan adalah takfir umum (takfir ‘amm), bukan takfir individu (takfir mu’ayan).

Menurut Ustadz yang ditugaskan untuk menjelaskan maksud buku Tadzkiroh 2 tersebut menyimpulkan bahwa buku Tadzkirah ini adalah bentuk kasih sayang seorang ulama terhadap bangsanya.

“Bahwa buku Tadzkirah ini berisi nasihat dan peringatan seorang ulama kepada para penguasa sebagai bentuk kasih sayang ulama terhadap bangsa,” pungkasnya.

Menurut Ustadz Fuad, orang yang paling berhak mengartikan dan menafsirkan maksud isi buku Tadzkiroh 2 adalah penulisnya langsung, yaitu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, bukan orang yang membaca buku Tadzkiroh tersebut. Ini mengacu kepada kaidah Ushul Fiqh, Maqashid al-Lafdzi ‘Alaa Niyyah al-Laafidz (Maksud sebuah ucapan dikembalikan kepada niat si pengucap).

Ustadz yang pernah menjadi Imam Masjid Al Hijrah, Sidney, Australia ini mengakui kalau ada beberapa kalimat yang bisa menjadikan seseorang berkesimpulan Ustadz Abu mengafirkan secara individu.

“Walaupun memang ada beberapa diksi dan kalimat yang perlu diedit dan direvisi ulang, namun tetap saja tidak merubah substansi Tadzkiroh tersebut yang sifatnya adalah INDZAR WAT TAFSHIL,” tulisnya di Facebooknya, Dehyah Akram. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version