SURAKARTA (voa Islam) - Gencarnya media dalam memberikan berita provokatif menjadikan konflik Surah kian meluas hingga menjadi bahasan Internasional. Korbanpun semakin hari semakin bertambah. Dulu Suriah merupakan sebuah Negara yang aman tidak ada kerusuhan ataupun permasalahan kriminal. Bahkan pemuda yang nongkrongpun tidak pernah dijumpai.
Negara Suriah berdampingan dengan Palestina. Keberpihakan Suriah terhadap perjuangan rakyat Palestina sangat terasa. Bahkan Hamas diberi fasilitas yang cukup begitupula para pengungsi Palestina.
Di masa lalu kelompok Sunni dan Syiah hidup rukun berdampingan. Meski Syiah minoritas namun mereka menguasai pemerintahan. Konflik Suriah terjadi bermula adanya aksi di Propinsi Dar’aa selatan ibukota Damaskus. Saat itu aparat bertindak represif terhadap para demontran hingga akhirnya berita tersebut meluas.
Penjelasan itulah yang disampaikan oleh Nur Ichwan Isnaini saat diminta memberikan pemaparan dalam acara dialog yang diselenggaran oleh MUI Kota Solo bidang Komisi Ukhuwah di Gedung PPEU (Pusat Pemberdayaan Ekonomi Umat), Sabtu (1/2/2014).
Alumni Jurusan Studi Islam dan Bahasa Arab Damaskus tersebut mengklaim bahwa orang yang berjuang di Suriah tidak satu komando. Mereka terbagi atas empat kelompok. Kelompok pertama berjihad karena murni dendam pribadi karena merasa terzholimi dan keluarganya menjadi korban, kelompok kedua berperang karena ingin menyebarkan pengaruh ideologinya di Suriah, kelompok ketiga adalah kelompok yang sengaja dibayar untuk membuat kekacauan di Suriah dan menjatuhkan citra aparat rezim di mata masyarakat, kelompok keempat adalah mereka yang ingin menjatuh rezim untuk menegakkan khilafah Islamiyah.
Adanya pemaksaan orang untuk bersujud ke gambar Bashar Assad dan mengucapkan lafal laa ilaaha illaa Bashar Assad. Nur Ichwan Isnaini berpendapat bahwa berita itu tidak sepenuhnya benar. Karena dia memiliki bukti bahwa kejadian tersebut merupakan kontra intelijen yang bertujuan untuk memperkeruh konflik di Suriah.
Di akhir peryataannya Alumni Pondok Gontor tersebut menjelaskan adanya dua media besar Al Jazeera dan Al Arabiya serta sebagaian besar media Islam di Indonesia menjadi penyebab kasus Suriah antara Suni dan Syiah memanas. “Inilah yang menjadi penyebab hingga umat Islam menjadi terpecah baik di Indonesia maupun di Solo sendiri” pungkasnya.
... setelah kami melakukan perjalanan panjang mengurusi masalah Suriah. Menjadi relawan, road show Kajian dan penggalangan dana maka muncullah orang-orang yang membela Syiah. Kami bergerak dan melawan karena para penganut Syiah terus memurtadkan orang Islam mereka terus mengaburkan aqidah ...
Namun pendapat tersebut dibantah keras oleh Ust Tengku Azhar, Lc yang menjadi pembicara kedua.
“Saya tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Nur Ichwan Isnaini. Konflik Suriah adalah murni konflik Sunni dan Syiah yang sudah terjadi jauh puluhan tahun yang lalu. Dan kalau mengatakan bahwa media adalah menjadi penyebab konflik itu merupakan sebuah pengalihan isu saja”
Kepergiannya ke Suriah beberapa waktu yang lalu menjadikan Ust Tengku memperoleh banyak hal dan bukti-bukti terkait keberadaan keberadaan bahwa Bashar Assad adalah Syiah Nushoiriyah yang telah banyak membantai kaum muslimin Sunni.
Bahkan ia juga menjelaskan bahwa pernah bertemu dengan tentara yang pernah bekerja dengan Bashar Assad yang menceritakan tentang kekejaman Bashar Assad.
Selain itu Ust Tengku juga pernah bertemu dengan salah satu Syekh yang dihukum tanpa hal yang jelas. Kemudian syekh tersebut berpesan kepada Ust Tengku “Ya akhi, jihad antum sebenarnya adalah di Indonesia, terkait masalah Syiah akan membuka topeng-topeng siapa saja yang selama ini berlindung menutupi ke Syiahannya dan membelanya”
Pendapat senada juga disampaikan oleh Ust. Mas’ud salah satu undangan yang pernah juga menjadi relawan ke Suriah satu tim dengan Ust Tengku. Dalam sesi tanya jawab ia bercerita saat di Suriah bertemu dengan salah seorang perawat yang bernama Summayah yang bergabung dengan para mujahid untuk membantu dibidang kesehatan. Sebelumnya Summayah merupakan perawat yang bekerja di Rumah Sakit Militer namun saat bekerja ia selalu mendapatkan teror dari orang-orang Bashar Assad hingga akhirnya ia pergi.
Maka setelah kami melakukan perjalanan panjang mengurusi masalah Suriah. Menjadi relawan, road show Kajian dan penggalangan dana maka muncullah orang-orang yang membela Syiah. Kami bergerak dan melawan karena para penganut Syiah terus memurtadkan orang Islam mereka terus mengaburkan aqidah. “ Kalau mereka diam kami juga diam tapi karena mereka terus bergerak kami melawannya. Karena ini masalah aqidah. Mereka terus menuduh para mujahidin di Suriah adalah antek Amerika dan Zionis Israel”. Ujar ust Tengku Azhar
Kami akan terus menjelaskan kepada umat bahwa konflik di Suriah adalah konflik Sunni dan Syiah dan itu sudah terjadi puluhan tahun. Kami juga percaya bahwa sampai kapanpun konflik Sunni dan Syiah tidak bisa dipertemukan, pungkas beliau dengan tegas. (Ranu/Abu Fatih/voa Islam)