POSO (voa-islam.com)– Sejak pagi sejumlah warga menyiapkan tenda dan memasang spanduk di Jalan Trans Sulawesi yang bertuliskan “Selamat Datang Syuhada, Asy-Syahid Ahfan. Sesungguhnya engkau hidup di sisi Robb, dan tidak pernah mati”.
Jenazah Asy-Syahid Ahfan (kama nahsabuhu wa laa nuzakki ahadan, red) baru diberangkatkan dari Kota Palu menuju rumah duka di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir pada Senin, 10 Februari sekira jam 15.00.
Sekitar pukul 20.00 waktu setempat, jenazah tiba di rumah dan langsung disambut dengan takbir oleh warga dan keluarga.
Reporter Kiblat.net di Poso Pesisir melaporkan tangis histeris tak bisa dihindari oleh keluarga korban begitu melihat kondisi jenazah Ahfan yang penuh dengan luka sayatan sangkur. Bagian tangan dan kaki hancur, sementara wajahnya penuh luka.
“Ahfan adalah warga Desa Masani yang sehari-hari bekerja sebgai tukang tebang kayu. Ia sehari-hari mencari kayu untuk ditebang di Desa Tabalu untuk dijual,” lapor Ahmad Sutejo, reporter Kiblat.net dari rumah korban, Senin, (10/02).
Pihak keluarga merasa terkejut ketika mendengar kabar bahwa Ahfan kena tembak di desa Taunca, Poso Pesisir. Hari itu, Kamis (06/02), ia pamit pada keluarganya hendak pergi ke hutan untuk menebang kayu di desa Tabalu.
Ahfan ditangkap saat Mujahidin Indonesia Timur (MIT) kontak senjata dengan Brimob dan Densus di Desa Taunca pada Kamis (6/02). Rasa sedih keluarga korban semakin bertambah tatkala melihat kondisi jenazah Ahfan yang penuh dengan luka sayatan sangkur. Bagian tangan dan kakinya hancur, sementara wajahnya penuh luka.
Keluarga korban menceritakan kepada Reporter Kiblat.net, Ahmad Sutejo pada Senin, (10/02) bahwa kesehariannya, Ahfan sangat baik dalam bersosialisasi sehingga banyak memiliki kawan.
Ia sering sholat 5 waktu di masjid, Ahfan mencari nafkah dengan menebang kayu di hutan Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir.
Menurut keluarganya, Ahfan memiliki seorang anak putri yang masih berumur 9 thn dan duduk di kelas 4 SD. Keluarga korban merasa sedih dan sangat kehilangan seseorang yang menjadi tumpuan hidup keluarga. Karena hasil dari pekerjaan Asy-Syahid Ahfan dari menebang kayu digunakan untuk membiayai keluarga sehari-hari.
“Keluarga Ahfan tidak menyangka akan terjadi seperti saat ini, karena Ahfan berpamit kepada keluarga pergi menebang kayu. Keluarga sangat sedih ditinggal Ahfan, tapi mereka ikhlas karena Ahfan berjuang di jalan Allah,” ujar Sutejo.
Setibanya di rumah, sekira pukul 21.00 waktu setempat, jenazah disholatkan di masjid tanpa dimandikan.
Jenazah Asy-Syahid Ahfan (kama nahsabuhu walaa nuzakki ahadan) baru selesai dimakamkan pada pukul 22.00 Senin, (10/02) malam, karena hujan deras yang mengguyur Poso Pesisir sejak penyambutan kedatangan jenazah membuat proses penggalian liang lahat memakan waktu lebih lama.
Setelah dikuburkan, penyampaian tausiah disampaikan bahwa Asy-Syahid Ahfan
“sangat berbahagia pada hari ini, sehingga kita tidak perlu bersedih karena ini jalan perjuangan.”
Setelah itu, para pelayat pun membubarkan diri satu persatu. [kiblat.net/ahmadsutejo/fajar]