View Full Version
Senin, 17 Feb 2014

Megawati : Antara Mimpi, Ambisi dan Obsesinya Dengan Kekuasaan?

JAKARTA (voa-islam.com) - Megawati antara mimpi, ambsisi dan obsesi menjadi satu. Dia ingin melihat di tahun 2014, PDIP menjadi kekuatan politik besar.Dengan meraup dukungan suara mayoritas rakyat Indonesia. Inilah yang terus menjadi mimpi, ambisi, dan obsesi Mega.

Mega masih tetap ingin menjadi “RI Satu”? Padahal, Mega sudah memasuki usia senja, kemampuan politiknya sudah menurun, dan tidak kelihatan kemampuannya mengartikulasikan keinginan dan pikirannya dengan tepat, khususnya menghadapi perkembangan dan perubahan.

Memang, momentum di tahun 2014 ini, bagian terakir  perjalanan karir politiknya di PDIP. Apakah Mega masih terus dengan mimpi, ambisi dan obsesinya ingin menapaki kekuasaan di Indonesia? Dengan kekuatan politik yang berbasis ideologi “Soekarnoisme”, dan Mega masih terus menggerakkan mesin politiknya PDIP, guna mencapai ambisinya itu.

Sehingga, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta kader dan pengurus partai bekerja keras menghadapi Pemilu 2014. "Menangnya tidak boleh kecil, menangnya harus besar, buat rakyat Indonesia, agar yang namanya Trisakti (ajaran Soekarno) itu bisa direalisasi," ujar Mega dalam pidatonya di Rakerdasus DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, di Banyumas, Minggu (16/1/2014).

Mega menguraikan bagaimana pentingnya ajaran Bung Karno "Trisakti" untuk kehidupan berbangsa. Indonesia sepenuhnya berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Di hadapan kadernya, Mega juga mengingatkan berpartai adalah memperjuangkan suatu keyakinan atau ideologi. Bagi yang ditugaskan untuk jabatan publik, bukan berarti berhenti berjuang.

"Saya terus katakan ke struktur yang sudah jadi. Kenapa kalau sudah jadi kok lupa diri, tidak mau kerja lagi. Saya terima laporan caleg yang seharusnya sudah turun malah berpikir jadi atau tidak sehingga kemudian tidak mau turun," ujarnya. Kader PDI Perjuangan bukan orang yang menjadikan partai untuk mencari makan atau mencari kerja, bahkan melalui cara-cara korupsi.

"Mereka yang sudah masuk ke partai harus dikristalisasi untuk menghidupi partai, bukan mencari hidup dari partai," jelasnya.

Dibagian lain, selama Megawati berkuasa di tahun 2000-2004, berlangsung perkembangan yang sangat dramatis.Di mana di era Mega, asset yang  paling strrategis bagi kepentingan nasional Indonesia, yaitu Indosat di jual kepada Singapura hanya Rp 5 triliun. Sedangkan Indonesia saat membangunnya sangat sulit, mulai membangun satelit Palapa, sampai kemudian membangun Indosat, Tapi, di jual kepada Singapura.

Mega, tak tanggung-tanggung memberikan pengampunan kepada para konglomerat Cina, sebagai obligor BLBI, Rp 650 triliun, saat dia merayakan ulang tahun di Bali. Para obligor  yang sebagian besar konglomerat hitam Cina, sekarang mereka sebagaian besar berada di Singapura, termasuk Syamsul Nursalim, yang ngemplang dana BLBI Rp 27 triliun.

Kebijakan ekonomi di era Mega juga liberal, dan mengikuti pasar. Kepentingan nasional Indonesia dikorbankan, demi mengikuti kepentingan ekonomi Barat di Indonesia. Subsidi bagi petani juga dipangkas habis, akibat tekanan IMF. Sehingga, para petani tidak ada lagi yang melindunginya. Secara gradual swastanisasi yang tujuannya memperbaiki kenerja BUMN, tetapi di era Mega, justru asset yang sangat strategis berupa BUMN itu, sebagain dijual kepada fihak asing.

Di era Mega menjadi Presiden, para kadernya tak dapat “berpuasa” banyak tokohnya yang terkena skandal korupsi. Anggota DPR PDIP, menteri, gubernur, bupati, dan walikota, banyak yang menjadi tersangka dan masuk penjara, seperti Menteri Agama di zaman Mega, Said Agil Munawar, Menteri Kelautan Rohmin Dahuri, diantara mereka yang akhirnya masuk penjara. Akankah Mega dapat memenuhi mimpi dan obsesinya? (dbs/afgh/voa-islam.com).


latestnews

View Full Version