JAKARTA (voa-islam.com) - Apakah Majalah Tempo itu kumpulan manusia-manusia suci? Apakah laporan di Majalah Tempo itu, bisa dibuktikan secara valid kebenarannya? Sungguh, jika ada unsur-unsur dalam MUI, mungkin melakukan tidakan tidak terpuji, mengapa harus diikutkan MUI yang disalahkan?
Tempo, apa saja yang berbau Islam selalu dihajar habis. Apalagi, soal korupsi yang terkait dengan partai-partai Islam, ditelanjangi habis. Tetapi, bagaimana terhadap partai-partai lainnya, yang bukan Islam apakah diperlakaukan sama?
Sejatinya, dibandingkan dengan yang "dirampok dan dimaling" orang Islam atau pejabat Islam, seluruhnya dikumpulkan tidak ada sekuku hitamnya, dibandingkan dengan harta kekayaan Indonesia yang dirampok oleh orang Cina,terutama konglomerat Cina. Mengapa mereka tidak diusik? Menjelang pemilu, memang ingin menghancurkan citra Islam, melalui opini negatif?
Di mana, cover sampul Majalah Tempo yang menggambarkan sebuah produk dan bergambar seekor babi dengan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), membuat marah umat Islam.
Dalam perspektif umat Islam, daging babi adalah haram atau tidak bisa dikonsumsi. Sehingga cover majalah ini dinilai menghina umat Islam dan MUI secara kelembagaan.
Itu diakui Ketua MUI Amidhan kepada wartawan di Jakarta.Amidhan mengatakan dari Majalah Tempo itu, banyak ulama dan masyarakat yang mengajukan protes. Amidhan menjelaskan banyak pesan singkat yang masuk ke kontak handphone dia. Semuanya mengecam cover Majalah Tempo tersebut.
"Saya geram sekali baca ini. Masa ulama digituin," kata Amidhan mengutip salah satu pihak yang memprotes itu.
Ada lagi karikatur di bagian dalam majalah yang diprotes MUI dan ulama. Digambarkan banyak babi berebut sertifikat halal. Digambarkan di antara para babi itu, seekor sapi yang dilukiskan terheran-heran. "Ada kartunnya juga. Ini menyakitkan," tandas Amidhan.
Dalam pemberitaan itu menyinggung soal sertifikasi halal. Diberitakan, MUI memasang target tertentu untuk mengeluarkan sertifikat halal terutama produk dari luar negeri. Bahkan, dalam pemberitaan itu juga dikatakan Amidhan menerima puluhan dolar AS setiap bulan. "Tidak benar itu," bantah Amidhan tegas.
Dibagian lain, Dewan Sertifikat Makanan Halal Eropa atau Halal Food Council of Europe (HFCE) mengirimkan surat yang membantah pemberitaan Majalah Tempo soal sertifikat produk halal.
Dalam pemberitaan itu, Tempo cenderung menyudutkan MUI dan Amidhan selaku ketua. Apalagi dituduhkan kalau Amidhan menerima dana dari luar negeri terkait sertifikasi produk halal ini.
Seperti apa surat bantahan dari HFCE itu kepada MUI? INILAHCOM mendapatkan copy surat tertanggal 24 Februari 2014 tersebut. Berikut isi surat itu:
Yang Terhormat KH Sahal Mahfudz,
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
Assalamu'alaikum Wr.Wb.,
Bagi pihak HFCE saya ingin menarik perhatian Yth mengenai laporan Tempo mengenai HFCE.
Pertama nya laporan mengenai Mr Zeshan Sadek sebagai Ketua HFCE adalah tidak benar sekali. Beliau hanya memegang jawatan sebagai DIRECTOR HFCE. Sila dimaklumkan bahwa Prof. Dr. Hj. Mohamed Sadek masih lagi memegang jawatan sebagai CHAIRMAN and jawatan ini beliau memegang sejak permulaan HFCE pada tahun 2010 sampai saat ini.
Kedua, mengenai peranan Bapak Dr Amidhan di dalam Advisory Board HFCE. Laporan ini adalah tidak benar sekali walaupun nasihat Dr Amidhan terhadap soalan soalan halal banyak diberikan dan jasa baik Bapak Dr Amidhan sangat dihargai oleh HFCE.
Akhirnya tuduhan mengenai bayaran terhadap Bapak Dr Amidhan amatlah mengejutkan. Kenyataan ini tidak ada asas dan segala nasihat dan bimbingan dari Bapak Dr Amidhan untuk HFCE adalah atas dasar voluntari.
HFCE harap Yth dapat memberi perhatian terhadap laporan TEMPO terhadap HFCE adalah berdasarkan kepada faktur untuk menjatuhkan nama baik HFCE dan juga Bapak Dr Amidhan dari setengah pihak yang tidak bertanggung jawab.
Wassalam,
Rohana Mohamad
Administrative Officer
Sunggguh harus dibuktikan setiap tuduhan terhadap MUI atas kebenarannya, sehingga tidak terjadi fitnah. Jika ada kebenarannya, Tempo harus berani melakukan klarifikasi terhadap apa yang ditemukannya. (afgh/inilah/voa-islam.com)