JAKARTA (voa-islam.com) - Beredar berbagai informasi yang sangat menarik. Tentang kabinet Jokowi, jika ia menjadi presiden nanti. Informasi yang beredar itu, membuat miris. Karena akan mempunyai dampak yang sangat serius bagi stabilitas politik, dan integrasi bangsa.
Dari informasi yang beredar itu, dan sifatnya inside sekarang sudah berlangsung diskusi di internal orang-orang yang dekat dengan Jokowi tentang kabinet bayangan.
‘Kabinet bayangan’ itu, bukan hanya duduknya tokoh-tokoh yang dipilih akan menjadi ‘nahkoda’ di bidang politik, ekonomi, dan pertahanan semata, tetapi yang paling peka, menyangkut kepentingan umat Islam. Di mana,sebuah informasi beredar, jika Jokowi terpilih menjadi presiden dalam pemilihan presiden nanti, maka Jokowi akan mengangkat tokoh Syi’ah Indonesia, yaitu Jalaluddin Rahmat menjadi menteri agama.
Sekarang, Jalaluddin Rahmat menjadi salah satu calon legislatif dari PDIP, di daerah pemilihan Jawa Barat. Betapa tokoh Syi’ah ini masuk di PDIP, dan sekarang diakomodasi oleh partai yang dipimpin Mega. Jika Jalaluddin Rahmat menjadi menteri agama, maka ini akan berarti timbulnya bencana di Indonesia. Jalal terkenal ahli komunikasi dan akan sangat berpengaruh dilingkungan PDI.
Dengan masuknya Jalaluddin Rahmat di dalam kabinetnya Jokowi itu, membuat umat Islam Indonesia akan menjadi ‘letih’, energinya habis disibukkan oleh ‘PR’ (pekerjaaan rumah), berhadapan dengan masalah isu Syi’ah. Sehingga, masalah-masalah pokok yang strategisnya tidak lagi mendapatkan perhatian.
Seperti dikemukakan oleh mantan Ketua YLBHI, dan sekarang Ketua Bidang Hukum FPI, Munarman SH, mengatakan, masalah dan tantangan yang timbul jauh lebih besar, dibandingkan dengan kemampuan dan kekuatan umat Islam. Maka, umat Islam tidak akan pernah bisa maju, karena terus disibukkan dengan adanya masalah-masalah yang timbul.
PDIP dikenal sebagai gudangnya kelompok ‘Kristen’, dan mereka menjadi ‘think-thank’ di dalam PDIP. Sangat wajar, jika PDI selalu berseberangan dengan kepentingan umat Islam. PDIP pernah ‘walkout’ saat membahas UU Perkawinan, UU Sisdiknas, dan sejumlah undang-undang lainnya. Karena, bukan semata-mata, PDIP sebagai partai sekuler, tetapi sudah menjadi kendaraan kelompok Nasrani.
Sekarang, PDIP mengakomodasi golongan Syi’ah, dan pasti akan menjadi masalah ‘PR’ baru bagi umat Islam. PDIP tidak memahami ‘mainstream’ (arus utama) Muslim di Indonesia adalah golongan Sunnah wal jamaah, dan bermazab Syafi’i. Dengan mengakomodasi golongan Syi’ah, maka ini berarti secara sadar, dan terencana inign membangun konflik diantara elemen-elemen bangsa Indonesia.
Dengan keputusan Mega yang menjadikan Jokowi sebagai calon presiden, dan mendapatkan dukungan dari kelompok konglomerat Cina, seperti James Riyadi, yang nota bene, seorang pendeta Evengelis, dan murid dari Pendeta Pat Robertson, di Amerika, maka sejatinya akan menciptakan konflik antara kepentingan kelompok Kristen, konglomerat Cina, dan sekarang ditambah dengan Syi’ah.
Tetapi, Muslim Indonesia diberi ‘PR’ Syi’ah oleh PDIP dan Jokowi, sehingga energinya habis hanya untuk mengurusi masalah ‘Syi’ah’. Mereka akan lupa dengan masalah utama mereka. Di mana sekarang ini Muslim, menghadapi ancaman nyata dari kalangan Kristen dan konglomerat Cina, serta tertutup isu tentang Syi’ah. Sehingga,kelompok Kristen dan konglomerat Cina, semakin leluasa dengan dukungan Jokowi menguasai Indonesia, secara ekonomi dan politik.
Sementara itu, dalam acara ‘Pengajian Politik Islam’ (PPI), Dr.Zain al-Najjah, mengatakan, ‘Partai sekuler dengan mengajukan calon presiden ‘Muslim’, tujuannya untuk mengelabui dan menipu para pemilih Muslim”, tegasnya, Minggu, 16/3/2014. (afgh/dbs/voa-islam.com)