KUALALUMPUR (voa-islam.com) - Sungguh mengenaskan. Di mana syahwat pemilih Indonesia di luar negeri lemah. Seperti yang berlangsung di Malaysia, di mana tiga jam sebelum tempat pemungutan suara ditutup, baru sekitar 1.000 orang memberikan suaranya dalam pemilu legislatif Indonesia di Kuala Lumpur, Malaysia. Padahal terdapat 322.429 pemilih yang terdaftar untuk mencoblos langsung pada Minggu (06/04).
Daftar pemilih tetap (DPT) untuk kawasan pemilihan Kuala Lumpur dan sekitarnya mencapai 402.730, sebanyak 322.429 seharusnya mencoblos langsung. Sedangkan sisanya terdaftar memilih melalui pos dan dropbox atau lewat kotak undi yang diantar ke lokasi di dekat tempat kerja pemilih. Dibagian lain, masyarakat Indonesia di Amerika Serikat yang mempunyai hak pillih 4.000, tetapi yang menggunakan hak pilihnya hanya 200 orang.
Namun kenyataannya tingkat partisipasi pemilih langsung sangat rendah. "Memang ini tantangan yang paling besar di Kuala Lumpur khususnya karena walaupun hari Minggu masyarakat kita tetap bekerja. WNI kita adalah WNI pekerja," kata Ketua Panitia Luar Negeri di Malaysia, Freddy Panggabaen kepada wartawan di Kuala Lumpur.
"Mereka yang terdaftar dalam DPT tidak datang, yang datang justru yang tidak terdaftar dalam DPT." Mereka yang tidak terdaftar akhirnya diizinkan untuk memilih setelah proses pencoblosan di Kuala Lumpur sudah berjalan lebih dari separuh dengan menggunakan kertas suara tambahan.
Keputusan ini, kata Freddy Panggabean, atas arahan dari KPU pusat di Jakarta.
Selain karena alasan bekerja, menurutnya, para pemilih tidak menggunakan hak suaranya di TPS, mungkin karena mereka sudah berpindah tempat. Wahyu Susilo, analis kebijakan Migrant Care, yang memantau pemungutan suara di Kuala Lumpur, mengatakan banyak tenaga kerja Indonesia tidak datang ke tempat-tempat pemungutan suara antara lain karena takut akan rahasia pekerja asing.
"Di Malaysia masih berlaku razia 6P (razia setelah proses pemutihan berakhir), jadi teman-teman juga merasa was-was. Apalagi mereka mungkin harus seharian berada di TPS," jelas Wahyu Susilo kepada Rohmatin Bonasir.
Faktor lain mengapa banyak pemilih yang tidak mencoblos langsung adalah jarak menuju TPS, seperti dialami oleh Bagus Hartono, seorang TKI yang bekerja di sektor konstruksi di Sekincan, negara bagian Selangor.
"Kalau dari Sekincan ke kedutaan di Kuala Lumpur terlalu jauh, kurang lebih tiga jam perjalanan. Memang saya ada mobil, tetapi biaya untuk beli minyak saja sampai 100 ringgit (sekitar Rp339.000) belum termasuk tarif tol," tuturnya.
Ketika ditanya mengapa tidak mengundi lewat pos, Bagus Hartono mengatakan tidak semua tenaga kerja paham akan sistem tersebut dan sebagian dari teman-temannya baru tahu tadi malam bila hari ini adanya pencoblosan.
Ketua Panitia Luar Negeri di Malaysia Freddy Panggabaen menegaskan sosialisasi pemilihan telah dilakukan jauh hari, antara lain melalui sosialisi langsung maupun lewat media dan internet.
Tetapi, sesungguhnya para pekerja Indonesia di Malaysia juga tahu bagaimana para pemimpin partai politik, dan anggota DPR, khususnya mensikapi terhadap nasib mereka di luar negeri, yang menjadi TKI, kebanyakan 'cuek-bebek', jadi mengapa harus capek, pergi ke TPS? Toh mereka juga cuek terhadap para TKI. (afgh/dbs/voa-islam.com)