View Full Version
Senin, 07 Apr 2014

Alasan Komunitas Intelektual Lulusan Luar Negeri Milih Golput

SOLO (voa-islam.com) – Ketidakpercayaan kepada pemimpin dan wakil-wakil rakyat di negeri ini yang diberitakan banyak terlibat korupsi bukan satu-satunya sebab besarnya angka golput dalam pemilu di negeri ini. Ada alasan lainnya, di antaranya, karena sistem pemilu demokrasi tidak menghargai intelektualitas pemilih. Bayangkan, suara dokter spesialis yang sudah belajar sampai ke luar negeri dihargai sama dengan –mohon maaf- tukang becak yang tidak lulus SD. Demikian yang dituturkan seorang dai dari kota Magelang kepada redaksi voa-islam.com yang mengutip pernyataan saudaranya yang seorang dokter lulusan Jerman.

Saudara dai tadi –sebut saja namanya rabih- mengatakan, sejak pemilu 2009 lalu, sejumlah dokter dan intelektual lulusan luar negeri bersepakat untuk tidak ikut menyoblos. Mereka merasa profesi, pendidikan, dan intelektualitas yang didapatkan dengan susah payah tidak dihargai. Suara seorang intelektual yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar disamakan dengan suara seorang kuli atau tukang becak. Bahkan suara pelacur pun memiliki nilai yang sama dengan suara mereka. Padahal para intelektual melakukan pertimbangan yang matang saat akan memberikan suaranya. Sementara para pemilih dari kalangan bawah memberikan suaranya karena ada transaksi duit. Dari sini para intelektual tersebut berkesimpulan, ikut memberikan hak suara (nyoblos) berarti menghinakan diri.

Ini hanya satu pilihan yang diambil sebagian komunitas masyarakat negeri ini. Selain mereka tentunya ‘bebas’ menentukan pilihan. Bagi Anda, silahkan menetukan pilihan. Namun satu yang harus diingat, pilihan dan keputusan kita akan ada pertanggungjawabannya di akhirat. Karenanya, bagi yang memilih jangan asal-asalan menggunakan hak pilihnya. Anda akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihan Anda. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version