JAKARTA (voa-islam.com) - Harus ada tokoh yang berani memelopori, dan menjadi pelopor (vangard), menghadapi kebentuan politik saat ini.Berdiri tegak dihadapan para 'tuan' yang sudah lama menjajah republik ini. Ini diperlukan keberanian. Siapa tokoh yang berani berada di garis paling depan?
Membela kepentingan rakyat, melindungi nasib rakyat, menyelamatkan Indonesia, dan membawa Indonesia keluar dari situasi krisis. Sejak zaman Soekarno sampai hari ini, Indonesia tak pernah bisa keluar dari tangan-tangan penjajah, dan terus meletakkan tangan mereka di atas kepala bangsa Indonesia.
Adakah misi penyelamatan ini, seperti yang pernah dilakukan oleh Hasyim Asy'ari, mengeluarkan 'fatwa' jihad, melawan sekutu di saat kota Surabaya diduduki kembali oleh pasukan Sekutu? 'Fatwa' itulah yang mengilhami dan memovitasi gerakan rakyat, khususnya kaum Muslimin, berani menghadapi pasukan Sekutu yang sudah menduduki kota Surabaya.
'Fatwa' jihad itulah yang mengilhami Bung Tomo, memelopori perlawanan yang sangat hebat, melawan penjajah Sekutu, dan dengan sangat berapi-api mengumandang takbir 'Allahu Akbar', menyongsong musuh Sekutu. Sampai kalau melihat film 'Sang Kiai', bagaimana seorang santri dari Jombang, berhasil membunuh Jenderal Mallaby, komandan pasukan Sekutu, dan kemudian menjadi terkenal, sekarang diperingati sebagai hari Pahlawan, setiap 10 Nopember.
Jangan pernah berprentensi kalau Indonesia merdeka. Indonesia masih tetap dijajah. Meskipun, tidak dijajah dalam bentuk yang absurd, seperti pendudukan di zaman Belanda, Jepang atau Sekutu. Tetapi, Indonesia sekarang ini berada di tangan "Asing dan A Seng", yang mengeruk harta kekayaan Indonesia, berupa SDA (Sumber daya alam), asset ekonomi, bahkan menjadikan pemimpin Indonesia hanyalah sebagai 'boneka', dan mereka menjalankan kepentingan penjajah.
Momentum pemilu dan pilpres 2014 ini, harus menjadi sebuah langkah strategis bagi bangsa Indonesia membebaskan tanah air mereka dari tangan "Asing dan A Seng', yang sudah membuat bangsa ini menjadi marginal dan miskin.
Adakah misi ini bisa diemban oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)? Memelopori kebangkitan umat dan bangsa menciptakan perubahan melawan 'Asing dan A Seng'?
Sebagaimana PKB yang didirikan Abdurahman Wahid, sebagai sebuah entitas politik, yang bertujuan ingin membangun dan menciptakan kebangkitan bangsa Indonesia dari keterpurukan.
PKB yang 'social originnya' dari NU (Nahdathul Ulama), yang artinya kebangkitan ulama. Memelopori gerakan perubahan, dan menjadikan kekuatan-kekuatan kelompok-kelompok Islam, di masa depan menjadi sebuah alternatif baru.
Muhaimin Iskandar dan RH.Oma Irama, harus berani melakukan langkah-langkah yang tidak lazim, yang selama ini, PKB dan NU selalu dikonotasikan sebagai kelompok atau golongan yang 'pragmatis', dan menjilat kepada penguasa atau kekuasaan.
Muhaimin dan RH.Orama harus berani dan percaya diri, menghadapi 'raksasa-raksasa' politik yang sudah mulai jompo, seperti PDIP dan Golkar. PKB bersama dengan kekuatan lainnya, menyongsong perubahan, dan berdiri dibarisan terdepan, tidak menjadi 'follower' terus-menerus. PDIP dan Golkar sudah menjadi mitos masa lalu. Soekarno dan Soeharto hanya sebuah mitos, dan terbukti hanya melahirkan 'disaster' (bencana) bagi bangsa Indonesia.
Seandainya, benar seperti yang dikatakan oleh RH.Oma Irama bahwa PKB masih konsisten memajukan Rhoma Irama sebagai calon presiden 2014, maka itu sebuah keberanian melawan sebuah ideologi 'kemapanan', yang tidak pernah memberi peluang kepada entitas politik Islam, seperti yang diinginkan para penjajah. Mereka akan memperbudak Muslim selamanya.
Dibagian lain, RH.Oma Irama, mengatakan sampai saat ini Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar masih konsisten dengan pencalonannya sebagai presiden dari PKB. "Semalam saya bicara dengan Cak Imin, kita masih konsisten pencapresan Rhoma. Bahkan, Pak Ketum meminta saya mengadakan dialog-dialog politik kepada partai-partai, terutama konsolidasi partai Islam," kata Rhoma di kediamannya, Jalan Pondok Jaya, Mampang, Senin, (14/4/2014).
RH.Oma Irama menjelaskan banyak keinginan umat untuk mewujudkan koalisi partai Islam. Untuk itu, Rhoma bersama Muhaimin sebagai ketua umum PKB menjalin komunikasi sosial politik, khususnya dengan partai Islam.
Muhaimin sendiri, menegaskan, bahwa dirinya tidak akan maju sebagai cawapres. "Karena Cak Imin secara jelas mengatakan tidak akan maju menjadi cawapres," ungkap fungsionaris PKB, Masduki, kepada wartawan di Jakarta.
Muhaimin dan RH.Oma Irama bisa benar-benar menjadi pelopor perubahan, jika tidak memiliki jiwa inferior menghadapi 'raksasa-raksasa' yang sudah jompo, seperti PDIP dan Golkar.
RH.Oma Irama masih lebih bermutu, dan bermanfaat bagi bangsa dan umat, dibandingkan dengan Jokowi. PDIP sudah merasakan, bahwa 'jimat' Jokowi tidak bertuah dan tidak memberikan manfaat apapun kepada PDIP.
Sangat salah kalau PKB mau bersanding dengan PDIP. Apalagi, mendukung Jokowi yang jelas-jelas gagal mendongkrak suara PDIP. RH. Oma Irama, tokoh yang sangat populis (merakyat), dan dapat memberikan 'oase' baru bagi kehidupan bangsa. Perjuangan Oma Irama sudah sangat panjang dalam blantika politik. Bukan tokoh dadakan seperti Jokowi. (afgh/dbs/voa-islam.com)