View Full Version
Rabu, 16 Apr 2014

Dibalik Rhoma dan Jokowi Effect bagi Masa Depan Negri

SUKOHARJO (Voa Islam) - Hancurnya sebuah bangsa ternyata tidak selalu disebabkan perbuatan-perbuatan atau kebiasaan yang keliru dalam perspektif tinggi. Namun bisa diawali dengan sebuah kebiasaan sepele yang salah tapi dilakukan dalam skala massif dan besar.

Dalam sebuah artikel yang diunggah kisahmuslim.com, disebutkan salah satu penyebab hancurnya Andalusia, sebuah negara Islam yang berada di jantung Eropa. Padahal Andalusia merupakan kawasan pemerintahan orang Islam atau dikenali sebagai Moorish di Sepanyol. Kawasan Andalusia meliputi Cordoba, Granada, Seville, Toledo, Valencia, Portugal, Selatan Perancis dan lain-lain. Muslim memerintah Spanyol dari 711 hingga 1492. Disebutkan dalam artikel itu bahwa kegemaran bermain, mendengarkan dan menikmati musik serta nyanyian merupakan salah satu sebab hancurnya peradaban Islam di Andalusia.

Pandangan Islam tentang Musik

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman: 6-7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik…” (HR. Bukhari)

Ibnu Mas’ud ditanya mengenai tafsir ayat (QS. Luqman: 6-7) tersebut, lantas beliau –radhiyallahu ‘anhu- berkata,

“Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak tiga kali. (Jami’ul Bayan fii Ta’wilil Qur’an, 20: 127)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik) adalah bahaya yang mengerikan pada agama seseorang, tidak ada cara lain selain dengan menutup jalan agar tidak mendengarnya.” (Majmu’ Al Fatawa, 11:567)

Rhoma dan Jokowi Effect

Dua nama ini adalah nama yang fenomenal dalam pesta demokrasi 2014. Keduanya memiliki kemiripan dalam hal kesukaan terhadap musik. Rhoma dikenal sebagai Raja Dangdut, dipercaya bahwa keberadaannyalah yang mampu menaikkan posisi politik PKB secara drastis. Sedangkan Jokowi adalah penggemar music cadas (Rock) bahkan heavy metal, berbagai media sekuler menggadang-gadang namanya untuk menjadi RI 1. Ambisi keduanya untuk menjadi orang nomor satu di negri ini jelas sudah telanjang. Tentunya kita tidak tahu pasti apa yang tersirat dalam benak keduanya.

Namun jika fakta hasil quick count dari penghitungan perolehan suara dalam Pileg 2014 kemarin jadi ukuran kehendak mayoritas penduduk negri. Maka itu hanya sinyalemen bahwa penduduk negri ini adalak konsumen bahkan pecandu music. Hingga tidak heran prosesi kampanye selalu menghadirkan musik dan para penyanyi, bahkan begitu juga kampanye partai-partai berlabel Islam. Dimana para pemimpin partai dan calon legislatifnya tidak malu ikut bernyanyi dan bergoyang bersama.

Kalau Andalusia yang berdasar Islam saja bisa hancur, maka siapa yang menjamin Negara dan bangsa Indonesia akan terus eksis jika kegemaran terhadap musik menjadi suatu hal yang mengurat akar dan mendarah daging di negri ini ? Wallohu a’lam. (Abu Fatih/Voa Islam)


latestnews

View Full Version