JOGYAKARTA (Voa Islam)- Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan letusan Gunung Merapi pada Minggu, 20 April 2014, bukan letusan magmatis. "Meski letusan disertai api pijar, itu hanya letusan yang diakibatkan aktivitas gas yang ada di dalam gunung," ia menjelaskan, Minggu, 20 April 2014.
Dia menyebutkan erupsi kecil Gunung Merapi itu disertai adanya lava pijar hingga 1 kilometer. Ketinggian letusan diperkirakan 1 kilometer.
Pemicu dari pelepasan gas itu akibat adanya beberapa kali gempa tektonik yang terjadi beberapa waktu lalu di barat daya Gunung Kidul. Alat-alat seismik merekam adanya gempa tersebut.
Menurut dia, adanya gempa tektonik seolah mengocok perut Merapi sehingga mempercepat pelepasan gas yang ada di dalam perut gunung itu. "Meski begitu, status gunung Merapi tetap normal aktif," katanya.
Letusan Merapi kali ini sama seperti letusan sebelumnya, yaitu pada 10 Maret 2014 pukul 06.54-07.30 WIB. Letusan kecil itu disertai embusan asap berwarna cokelat tebal dengan tekanan kuat. Kolom asap tegak ke atas setinggi 1.500 meter. Sedangkan hujan abu terjadi di selatan-tenggara. Yaitu wilayah Desa Umbulharjo, Kepuharjo, Sidorejo, dan Desa Balerante (Klatenan).
Hal yang sama terjadi pada 17 Maret 2014 pukul 13.12-13.16 WIB, yaitu berupa embusan. Namun puncak Merapi tertutup kabut. Suara gemuruh terdengar hingga Desa Pakem, Argomulyo, Glagaharjo. Hujan abu terjadi di Desa Kepuharjo, Glagaharjo, Argomulyo, Kendalsari, Ngemplakseneng, Deles, Sidorejo,Tegalmulyo, Tlogowatu, Bumiharjo, dan Balerante. (Tempo/Voa Islam)