JAKARTA (voa-islam.com) PKS masih selamat tidak tergusur dari Senayan. Sebelumnya, berbagai media survei, memprediksi PKS akan masuk kuburan, dan menjadi partai 'gurem', sekalipun Presiden PKS Anis Matta, sudah melakukan ihtiar dengan mengunjungi kuburan Bung Karno dan Soeharto. Tapi, tak dapat mendongkrak suara PKS, seperti yang diimpikannya menjadi 'tiga besar'.
Namun, sebelumnya Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta mengaku optimistis meraih tiga besar pemilu legislatif. Berbagai penghitungan suara yang sudah berlangsung saat ini, menunjukkan PKS gagal mencapai ambisinya menjadi 'tiga besar', dan suaranya mentok diangka 6,90 persen. Suara PKS anjlok. Tidak seperti yang diharapkan menjadi kekuatan politik yang terpandang. Sementara itu, Anis Matta, menegaskan kalau gagal menjadi 'tiga besar', maka PKS akan menjadi kekuatan oposisi.
"Kalau tidak memimpin koalisi, ya mungkin oposisi. Kalau kita capai target tiga besar, mungkin kita koalisi," jelas Anis di sela-sela menggunakan hak pilihnya, di Tempat Pemungutan Suara 041 Jalan Duren RT 01, RW 009 di Kelurahan Utan Kayu Utara, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Rabu (9/4/2014).
Apakah Anis Matta akan memenuhi janjinya? Sebaliknya, Anis akan menjilat 'ludahnya' sendiri? Ikut dalam gerbong 'koalisi' yang sekarang ini sudah mulai tarik ulur antara parta-partai politik. Jika PKS masuk dalam koalisi dan menyerahkan suaranya kepada partai-partai lainya, seperti PDIP, Golkar, dan Gerindra, maka PKS akan menjadi bahan tertawaan. Kecuali, PKS memelopori koalisi Partai-Partai Islam.
Sementara itu, mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring, menngatakan, hendaknya Partai-Partai Islam menyelamatkan dirinya masing-masing. Mungkin mencari partner koalisi sendiri-sendiri, tanpa adanya kebersamaan antara Partai Islam.
Memang, kecenderungan para tokoh Partai Islam lebih senang 'jualan' umat kepada Partai-Partai sekuler, dibandingkan harus berpikir memenangkan 'poros' Partai-Partai Isam. Mereka lebih enak dan 'instan', dapat 'berkat' dari hasil koalisi mendukung calon presiden dan wakil presiden partai sekuler, dibanding harus berkeringat mendukung calon dari Partai Islam. Karena mereka tidak yakin.
Barangkali dengan konstalasi politik saat ini yang sangat 'ruwet' sangatlah baik, kalau PKS tidak melibatkan diri dengan situasi politik yang ada, dan kembali kepada pembinaan kader, dan melakukan konsolidasi serta membenahi sistem kaderisasi yang sudah banyak ditinggal. Demi mengejar kekuasaan, dan gagal.
Kecenderungan PKS sejak pemilu 2009-2014, suaranya terus menurun. Ini karena penampilan tokoh-tokoh PKS, yang sudah menunjukkan sebagian sudah amboradul dan tidak arah kebijakannya. Ditambah tokoh-tokoh PKS keluar masuk Gedung KPK, dan bahkan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishak, dijatuhi hukuman 16 penjara, akibat korupsi dan pencucian uang. Ini pelajaran yang sangat pahit. Hari ini Majelis Syuro PKS akan membahas konsttalasi politik yang ada, dan seperti apa PKS memposisikan dirinya? Kita tunggu. (afgh/dbs/voa-islam.com)