SOLO (Voa Islam) - Carut marut bangsa ini dengan segala permasalahannya memang tidak bisa disandarkan salah satu pihak saja penyebabnya. Namun ada sebuah teori yang menyebutkan bahwa pendidikan sekalipun bukan segalanya namun pendidikan adalah awal segalanya. Kebenaran teori ini bisa dikorelasikan dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala saat mengangkat nabi Adam 'alaihissalam menjadi khalifah di muka bumi. yakni saat IA mengajarkan nabi Adam 'alaihissalam segala nama-nama.
Maka dari teori diatas, kita bisa mengerucutkan salah satu sebab utama yang memproduk gambaran bangsa sekarang. Sebab utama itu adalah kaum Pengajar, dimana aktualisasi bisa seorang Da'i, Kiyai, Asatidzah, atau paling singkatnya adalah mereka yang disebut sebagai Guru.
Guru Besar Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Dr Furqon Hidayatullah MPd menyatakan, sekarang ini ada pergeseran paradigma pengabdian guru. Yakni dari pengabdian telah bergeser menjadi paradigma pragmatis.
“Contoh ada beberapa guru dilapori ada kejadian yang di luar jam sekolah mula dijawab itu bukan tanggung jawabnya karena sudah di luar jam sekolah dan menolak ikut menyelesaikan karena bukan dalam jam sekolah,” ujar Furqon saat bertemu timlo.net di Kampus FKIP UNS, Solo, Selasa (6/5).
Mestinya kalau ada laporan seperti itu, kata Furqon yang juga Dekan FKIP UNS, bilang terima kasih dan berusaha ikut menyelesaikan atau mencari jalan keluar. Artinya guru harus punya kepedulian.
Padahal seorang guru harus memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, tidak boleh berpikir terlalu materialistis. Sebab bila materialistis yang dirugikan tentu anak didiknya karena apa-apa akan dinilai secara materi.
Disinilah, ketika materi menjadi pokok segala kebijakan dan tindakan maka dunia ajar-mengajar kehilangan integritas dan dedikasi. Moralitas dibatasi sekat-sekat profesi dan rentan pemanfaatan kepentingan.
Lihatlah, para Capres yang sibuk mendatangi para Kiyai yang merupakan Guru utama di pondok-pondok pesantren, bukankah hal itu menunjukkan semakin merosotnya nilai-nilai pendidikan yang asli. (Abu Fatih/timlo/Voa Islam)