JAKARTA (voa-islam.com) - Jokowi yang dibilang oleh fanatikusnya malalui media sosial sebagai manusia paling 'ajaib' di muka bumi ini, sampai sekarang Jokowi tak 'becus' menjelaskan visi-misinya kalau jadi presiden. Jokowi baru bisa 'cengar-cengir' di depan wartawan atau publik.
Calon presiden PDI-P, Joko Widodo, menyebut bahwa "revolusi mental" adalah visi dan misinya, saat ditanya oleh presenter Metro TV, Prisca Niken, dalam dialog langsung di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2014) malam.
"Satu yang penting, revolusi mental dari negativisme menjadi positivisme," ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, Indonesia adalah negara besar. Namun, masyarakat Indonesia sering tidak percaya diri saat menghadapi tantangan-tantangan zaman. Oleh sebab itu, pola pikir rakyat Indonesia harus diubah melalui kepemimpinan dirinya.
"Akan ada program yang saya buat untuk mencapai target itu. SDM kita punya, sumber daya kita punya. Harus ada desain kebijakan yang besar untuk mencapai ini," lanjut Jokowi.
Semua omongan Jokowi itu, hanyalah 'khayalan' yangt tidak mutu, dan tidak jelas arahnya. Tidak difinitif tentang revolusi mental yang dituju.
Mestinya Jokowi yang harus lebih dahulu melakukan revolusi terhadap mentalnya sendiri. Mental Jokowi yang sudah bobrok alias 'busuk', itu yang seharusnya diperbaiki dengan cara revolusi. Jokowi tidak dapat menjadi tauladan yang sejati dihadapan rakyat.
Jokowi berbicara revolusi 'mental', kalau dia konsekwen dan jujur, maka langsung saat dia menjadi calon presiden yang dicalonkan oleh Megawati dan PDIP, besoknya dia sudah mengundurkan diri sebagai gubernur.
Padahal, dahulu Jokowi menjanjikan akan menjalankan amanah yang diberikan rakyat DKI, sampai selesai selama lima tahun. Buktinya, baru satu tahun, Jokowi sudah meninggalkan tugas dan jabatannya, dan memburu jabatan yang lebih tinggi, presiden. Jadi mental 'Jokowi' itu yang harus direvolusi.
Jokowi tidak terus membiarkan dirinya tetap berstatus sebagai gubernur DKI Jakarta. Sementara itu, Jokowi sebagai gubernur sudah tidak efektif lagi menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta. Alias pengelolalan Pemda DKI menjadi 'amboradul'.
Selama menjadi Gubernur DKI, prestasi Jokowi yang paling monumental, dan perlu dicatat oleh sejarah, dia berhasil mengusir 'TOPENG MONYET', bahkan itu menjadi targetnya di periode 2014!
Sekarang pemerintahan DKI tidak jelas siapa yang bertanggung jawab. Jakarta di tangan Ahok, yang tidak memiliki pengalaman mengelola pemerintahan di tingkat provinsi. Apalagi seperti DKI Jakarta, yang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan.
Jokowi tidak jelas aktivitasnya. Sibuk bertemu dengan para tokoh politik membahas koalisi atau mencari dukungan politik dengan berbagai pemimpin partai. Ketika mendapatkan kritik dari kalangan Islam, langsung Jokowi mengunjungi tokoh-tokoh Islam, dari kalangan Muhammadiyah dan NU.
Jokowi juga melangsungkan pertemuan dengan sejumlah duta besar negara-negara Timur Tengah. Ini hanya pencitraan belaka.
Sesudah sebelumnya, Jokowi, Mega dan Sabam Sirait dengan difasilitasi oleh pengusaha Cina, Jacob Soetojo yang menjadi anggota Trilateral Commission, melangsungkan pertemuan dengan duta besar Amerika Serikat, Inggris, Vatikan, Myanmar, Meksiko dan sejumlah duta besar lainnya.
Tentu, paling menyakitkan bagi rakyat yang sudah memilih Jokowi, seperti rakyat Solo dan DKI Jakarta, ternyata Jokowi tidak bisa menjalankan amanah, dan amanah itu ditinggalkan begitu saja.
Sungguh 'revolusi mental' yang sangat paradoks dengan apa yang dikerjakan oleh Jokowi. (afgh/dbs/voa-islam.com)