WONOGIRI (Voa Islam) – Pendeportasian mahasiswa S2 magister manajemen rumah sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Rosyid Ridho yang juga sebagai Dirut RS Amal Sehat Slogohimo, Wonogiri, sebelumnya dikarantina dan sempat putus kontak beberapa saat dengan ke 21 mahasiswa UMY serta keluarganya, Dan hal itu membuat panik dan bingung.
Menurut Rosyid Ridho saat ditemui Timlo.net, Jumat (9/5) di kediamannya, ia terbang dari bandara Adi Sucipto Yogyakarta pada pukul 07.25 dan mendarat di Bandara Changi Singapura pukul 10.45 waktu setempat. Ia sempat berkomunikasi dengan pihak keluarganya dan juga salah satu stafnya di RS Amal Sehat Slogohimo, baik melalui telepon dan SMS.
“Saya sempat mengeluhkan kepada keluarga dan staf saya, betapa ketatnya pemeriksaan di Bandara Changi,dan saya juga sempat minta didoakan agar pekerjaan dan tugas saya ini lancar, lalu setelah itu saya diinterogasi petugas Imigrasi,” katanya.
Dirinya pun kebingungan, lantaran saat dikarantina dia putus komunikasi. Ia juga mengatakan pihak kampus pun sempat melakukan komunikasi dengan pihak KBRI di Singapura namun gagal lantaran KBRI tidak bisa dihubungi. Pihak travel agent diSingapura pun berusaha membantu. Namun usaha mereka sia-sia. Akhirnya pada Kamis (8/5) Rosyid Ridho dideportasi ke Indonesia dan pada pukul 12.30 WIB tiba di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
Himawan, salah satu staf RS Amal Sehat Slogohimo membenarkan, dirinya sempat berkomunikasi dengan Rosyid Ridho melalui SMS. Ia sempat mengeluhkan pengamanan yang ketat saat tiba di Bbandara Changi Singapura.
“Pak Rosyid memang sempat mengeluh kepada saya melalui SMS, kalau di sana pemeriksaannya sangat ketat sekali, dan itulah merupakan SMS terakhir dari beliau,” katanya.
Sementara itu, saat Timlo.net berusaha mengkonfirmasi KBRI Singapura melalui telepon tidak terhubung. Bahkan Timlo.net berusaha konfirmasi melalui email KBRI di Singapura,sampai berita ini diturunkan belum ada jawaban. (timlo/Voa Islam)