JAKARTA (voa-islam.com) -Sebagaimana bocoran Wikileaks, Dubes AS di Jakarta Cameron R Hume pada 3 November 2008 mengirim kawat diplomatik berjudul "Solo, from radical hub to tourist heaven".
AS menggambarkan, Solo sebelum 2005 sebagai kota terperosok secara ekonomi & menjadi pusat kaum 'radikal' Islam.
AS menulis, Jokowi yang berlatar pengusaha telah bekerja untuk menekan militansi Islam sembari mempromosikan budaya Solo & potensi investasi.
AS menilai, Jokowi sukses menggelar Euro-Asia World Heritage Cities Organization (OWHC), yang menjadi catatan penting bagi AS, bahwa di kota dengan reputasi sebagai pusat ekstrimis --ada ponpes Ngrukinya Abu Bakar Ba'asyir-- event terlaksana tanpa hambatan.
Jokowi dalam kawat diplomatik itu berujar "Saya tak ingin Solo di definisikan oleh Ba'asyir. Hanya 2 atau 3 persen garis keras, sisanya moderat."
Inilah sebab mengapa AS dan BNPT terus menerus menekan (baca: berangus) umat Islam di Solo dan melakukan tindakan kebiri atas dakwah tauhid wal jihad lalu menukarnya dengan acara-acara seni budaya seperti Euro-Asia World Heritage Cities Organization (OWHC) itu.
Sedangkan umat Islam terus menerus menjadi bagian skenario teroristainment ala Densus 88 & BNPT.
Aliansi Nasionalis Bung Karno: Jokowi Dituding Telah Menjadi Antek Amerika Serikat
Dituding menjadi antek negara asing, terutama Amerika Serikat, Calon Presiden yang diusung PDIP Joko Widodo (Jokowi) dinilai telah melecehkan ajaran Bung Karno.
Tudingan itu dilontarkan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Nasionalis Bung Karno (Anis BK), saat berunjukrasa menolak pengusungan Jokowi sebagai capres di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Selasa (13/5).
"Kami dari Anis BK ingin mengingatkan para politisi, khususnya Jokowi yang sudah resmi diusung partai (PDIP) agar tidak mempermainkan ajaran politik Bung Karno," kata Koordinator Anis BK, Hari Purwanto dalam orasinya.
Dalam aksi damai bertajuk 'Bung Karno pun Marah Kepada Jokowi' ini, mereka menyatakan tak akan rela membiarkan siapa pun yang ingin menyimpangkan, menyelewengkan, merusak dan mencemari ajaran politik Bung Karno.
Termasuk, tak akan membiarkan para politisi yang berkedok nasionalis dengan bersembunyi di balik partai yang mengaku nasionalis, padahal sesungguhnya tidak nasionalis dan jelas anti ajaran politik Bung Karno.
Hari menegaskan, mereka terusik ulah dan perilaku Jokowi sebagai capres yang mempertontonkan penghianatan terhadap ajaran Bung Karno. Salah satunya, saat Jokowi tanpa malu-malu mengemis secara maraton ke para duta besar asing, khususnya Amerika Serikat meminta dukungan untuk menjadi capres.
"Dengan bantuan dan dukungan para pengusaha hitam meminta dukungan mereka untuk menjadi capres. Ini jelas sikap yang mempertontonkan keaslian Jokowi sebagai capres boneka dan antek asing," tandas Hari.
"Apa jadinya negeri ini ke depan, jika belum terpilih saja Jokowi sudah menyerahkan lehernya dan kehormatannya kepada asing dengan cara mengemis seperti itu," sambungnya. [ans/ratuadil/jamesbondeso/voa-islam.com]