View Full Version
Sabtu, 24 May 2014

Ahli-ahli Strategi Militer dan Intelijen Mendominasi Tim Pemenangan Jokowi-JK

JAKARTA (voa-islam.com) - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Jokowi-JK, berhasil menyusun tim sukses kampanye pemenangan di Pilpres. Struktur tim kampanye ini dituangkan dalam SK 001/Keputusan/JKW-JK/5/Tahun 2014 tentang Tim Kampanye Nasional Jokowi - JK, Jum'at, 23/5/2014.

Tim pemenangan Jokowi-JK yang dibentuk oleh Megawati itu, terdapat tokoh-tokoh militer, dan sebagian besar memiliki reputasi ahli strategi militer, dan di dunia intelijen.

Seperti posisi yang paling strategis sebagai pengarah, terdapat tokoh militer yang oleh Jokowi dijuluki sebagai ‘profesor’ intelijen, yaitu mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara), Jenderal (Purn) AM.Hendropriyono, As’ad Said Ali, Wakil Kepala BIN, dan sekarang menjadi Wakil Ketua Umum PB.NU, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, pernah menjadi Komandan Den 81 (Anti Teror) Kopassus, Laksamana Tedjo Edi, Letjen TNI (Purn) Farid Zainuddin, mantan Kepala BAIS (Badan Intelijen Strategis), intelijen TNI, Marsekal Madya (Purn) Ian Santoso, mantan Kepala BAIS (Badan Intelijen Strategis).

Sementara itu, yang memimpin ‘Tim Penggalangan’ mantanWapangab TNI, Jenderal (Purn) Fachrur Rozi, yang memimpin dibidang Hukum, Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar, yang memimpin Tim Ahli, Sukardi Rinakit, ahli dibidang marketing, sementara itu, yang memimpin dibidang media, Saur Hutabarat, yang merupakan anak buah Surya Paloh, yang sekarang menjadi pemimpin Redaksi Metro TV.

Inilah susunan Tim Pemenangan Pilpres Jokowi-JK :

Penasehat : Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Hanura Jenderal Wiranto.

Pengarah : Ketua MPR (Irjen Pol) Sidharto Danusubroto, Hasyim Muzadi, Abdul Azis Mansyur, Dimyati Rais, Puan Maharani, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, As'ad Said Ali, Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan, Laksamana (Purn) Tedjo Edi, Letjen TNI (Purn) Farid Zainuddin, Marsekal Madya (Purn) Ian Santoso, Pramono Anung, Sutrisno Bachir, Andi Muawiyah Ramli, dan Nurhayati Said Aqil Siradj.

Sepertinya pilpres 2014 yang akan berlangsung di bulan Juli nanti, nampaknya menjadi ajang pertarungan antara para ahli strategi militer, intelijen, politik, dan ekonomi. Mereka ingin memenangkan ‘the real battle’.

Maka, antara ‘Tim’ Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta, berlaga dengan segala kemampuan yang mereka miliki. Sungguh luar biasa. Mereka mengerahkan segala kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki, yang tujuannya satu : ‘KEKUASAAN’.

Lalu, sesudah berkuasa mereka akan benar-benar menggunakan kekuasaan yang ada di tangan mereka, membangun negara, bangsa, dan memperbaiki kehidupan rakyat?

Mungkin hanya janji-janji belaka. Usai pemilihan presiden, dan mereka dilantik, mereka akan lupa kepada yang memilih, dan tidak amanah. Seperti yang sudah dilakukan Jokowi terhadap rakyat Solo dan Jakarta.

Tentu, yang paling utama, mereka itu, hanyalah pertama-tama mereka pikirkan mengembalikan semua uang mahar politik, yang jumlahnya ratusan triliun, yang sudah mereka gunakan selama kampanye, dan melakukan penggalangan massa. Yaitu, bagi-bagi kekuasaan kepada para pendukung yang sudah berjibaku, mengeluarkan tenaga, pikiran, dan duit, di dalam pemerintahan yang baru.

Rakyat hanya akan menjadi prioritas nomor ke seratus .. sesudah semua pendukung terpuaskan dengan ‘duit’ dan ‘kekuasaan’. Ingat Mega yang mengaku sebagai partainya ‘wong cilik’ menjadi ‘Raja Tega’ terhadap rakyat.

Subsidi petani dicabut, membuat kebijakan ‘outsourcing’ dibidang perburuhan, menjual asset negara yang sangat strateggis seperti Indosat, memberikan pengampunan kepada obligor (pengemplang) BLBI, khususnya para konglomerat yang sudah merampok uang negara Rp 650 triliun.

Rakyat akan menjerit, benar-benar mimpi buruk, sesudah melihat kehidupan politik yang baru, dibawah pemerintahan yang selalu mereka impikan. Ternyata hanyalah sebuah ‘monster’. (jj/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version