JAKARTA (voa-islam.com) - Pengusung koalisi Jokowi-JK, menurut FPI Tangerang Selatan, tak lebih kumpulan partai-partai pengkianat belaka. Pengkhianatan itu sangat jelas. Jadi apa yang diharapkan dari partai-partai pengkhianat itu?
Pertama, Mega pernah membuat perjanjian tertulis dengan Prabowo, dan dikenal dengan perjanjian 'Batutulis' Bogor. Di mana Mega akan mencalonkan Prabowo dalam pilpres 2014 ini. Tetapi, perjanjian itu dikhianati oleh Mega, akibat berbagai tekanan dari luar, dan kemudian meninggalkan Prabowo, Mega memilih Jokowi.
Kedua, Jokowi berulangkali ditanya oleh wartawan tentang pencapresannya, selalu menolak. "Copras-capres, .. saya sudah lebih sebelas kali ditanya", tuturnya. Jokowi, menegaskan tidak akan nyapres, dan berjanji akan menyelesaikan tugasnya. "Sebagai gubernur, saya akan menyelesaikan tugas lima tahun ke depan", tegasnya. Apa lacur? Jokowi meninggalkan rakyat Jakarta yang memilihnya, dan tidak amanah. Jokowi memilih menjadi capres. Jokowi mengkhianati rakyat Jakarta.
Ketiga, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, berhasil mengibuli Rhoma Irama, yang dititah menjadi Capres PKB. Rhoma berkeliling ke kiai-kiai se-jawa, dan ikut banting-tulang, berkampanye bagi PKB. Suara PKB mengalami kenaikan yang sangat luar biasa, hampir 10 persen. PKB dari partai gurem, menjadi partai yang memiliki nilai tawar. Tetapi, lagi-lagi Cak Imin, berkhianat terhadap Rhoma Irama, dan tanpa konsultasi dengan Rhoma, ditinggalkannya Rhoma dan mendukung PDIP yang mengusung Jokowi. Muhaimin mengkhianati Rhoma, dan tidak mengakui adanya 'Rhoma Efek'?
Keempat, Surya Paloh yang mendirikan Partai Nasdem yang awal kemunculannya adalah ormas (organisasi massa) dan berkomitmen untuk tidak menjadi sebuah partai. Tapi kenyataan saat ini justru Nasdem menjilat ludahnya sendiri. Menjadi partai politik. Surya Paloh dengan menggunakan MetroTV, kampanye habis-habisan. Sekarang mendukung Jokowi-JK. Surya Paloh ingin membalas dendam atas kekalahannya saat Kongres Golkar di Riau, dan dimenangkan oleh Aburizal Bakrie. Maka, pagi-pagi Surya Paloh mendukung PDIP, dan menyorongkan JK, sebagai pendamping Jokowi. Sedihnya, menurut pengakuan pendiri PDIP, Sabam Sirait, JK menggelontorkan uang mahar Rp 10 T, kepada Jokowi.
Kelima, JK-Wiranto pernah berpasangan dalam pilpres 2009, dan kalah. Sesudah di depak oleh SBY. SBY menggandeng Boediono. JK-Wiranto tidak didukung oleh Golkar. Sekarang JK seperti penyanyi 'solo' menawarkan diri kepada Mega, dan mau menjadi wakilnya Jokowi. Sedangkan umur JK sudah 72 tahun. Sudah pernah menjadi wakil presiden 2004-2009. Sudah pernah kalah nyapres. Sekarang maju menjadi wakil Jokowi. Sungguh sangat absurd. "Apa yang kau cari JK?" .
Inilah kumpulan Koalisi para pengkhianat. Mungkinkan para pengkhianat menjdi pilihan? Maukah bangsa dan rakyat dipimpin para pengkhianat? [jj/fpi/voa-islam.com]