JAKARTA (voa-islam.com) - Geger! Di mana JK meragukan kemampuan Jokowi menjadi pemimpin. Dia hanya populer belaka. Itupun karena adanya para buzzer bayaran, yang memang tugasnya menggelembungkan Jokowi.
Tapi, sejatinya Jokowi itu, hanyalah tokoh 'abal-abal' hasil karbitan media massa, yang dibelakangnya para konglomerat Cina, Amerika dan Vatikan, yang ingin menjajah Indonesia.
Tak aneh, kalau sekarang beredar video wawancara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di dunia maya lewat tayangan wawancara dengan Bisnis Indonesia TV. Menurut JK, Jokowi hanya populer, namun belum bisa membuktikan keberhasilan membangun jakarta.
Video berdurasi 3 menit 52 detik itu dibuat sebelum JK menjadi cawapres pendamping capres Jokowi. JK mengkritik pedas Jokowi yang dianggap belum pantas memimpin negeri ini.
Menurutnya, kemampuan dan pengalaman lebih penting daripada sekadar umur. Jokowi belum bisa membuktikan mampu mengurus ibu kota, apalagi negara ini. Terus hengkang menangkap tawaran Mega menjadi calon presiden (capres). Ini yang diharapkan memimnpin Indonesia?
"Kalau dia muda, tapi syaratnya punya pengalaman. Jangan karena dia muda, harus punya track record," ujar JK yang dalam tayangan Bisnis Indonesia TV itu mengenakan batik.
Menurut JK, bisa hancur negara ini jika mantan wali kota Solo itu menjadi capres. Kata dia, Jokowi populer, tetapi belum bisa membuktikan mampu mengurus Jakarta, apalagi negera ini berpenduduk sekitar 240 juta jiwa.
"Jangan tiba-tiba karena terkenal di Jakarta dicalonkan presiden. Bisa hancur, bisa bermasalah negeri ini. Kalau sukses di DKI, ya silakan (maju sebagai capres)," imbuhnya.
Pendapat JK ini berkaca kepada negara-negara lain yang presiden atau perdana menterinya tidak datang secara instan, melainkan melalui beberapa tingkatan. Contohnya Amerika Serikat, yang menjadi presiden pasti dari gubernur atau senator.
"Siapa bilang Jokowi tidak punya pengalaman? Dia kan Gubernur DKI, pengalamannya dari Wali Kota Solo. Saya sendiri yang usulkan supaya satu tingkat di atasnya, saya anggap baik di Solo, bisa naik di atasnya DKI," ujarnya.
"Biarlah DKI dulu, itu masalah popularitas, belum membuktikan mampu mengurus Jakarta. Bahwa dia (Jokowi) mampu mengurus Jakarta otomatis punya kemampuan mengurus negeri ini," tegasnya.
Entah mengapa kini JK mau mendampingi Jokowi. Ia pasti memiliki alasan. Dan tentu saja, publiklah punya penilaian. Jadi antara Jokowi-JK itu ibaratnya seperti di bilang anak muda : 11 - 12.
JK mengkritik Jokowi yang sekarang di titah Mega menjadi capres. Padahal, JK sudah 'gaek', umurnya 72 tahun, sudah pernah menjadi wakil presiden, sudah pernah menjadi capres dengan Wiranto, di pilpres 2009, dan JK 'kalah' karena tidak didukung Golkar.
Sementara itu, sekarang JK menerima tawaran menjadi cawapres Jokowi. Opo tumon? Sungguh lelucon alias badutan politik yang sangat absurd. JK urat malunya sudah habis.
Apalagi, kalau ditambah pernyataan dari pendiri PDIP, Sabam Sirait, yang sudah mengundurkan diri dari PDIP, mengatakan mahar JK kepada Jokowi itu, tidak tanggung-tanggung Rp 1 T. Luar biasa! (jj/inilah/voa-islam.com)