View Full Version
Selasa, 10 Jun 2014

Pemakaman Diboikot Warga Nguter, Massa Turun Tangan Sadarkan Kesyirikan

NGUTER, Sukoharjo (voa-islam.com) – Innalillah, peristiwa memilukan ini terjadi pada 10 Juni 2014, sekitar pukul 07.00 WIB terjadi ratusan massa dari berbagai ormas islam turun tangan menyikapi pemboikotan pemakaman seorang warga.

Apa pasal?

Tak lain Prosesi pemakan, mulai dari penggalian kubur hingga pemakaman jenazah berakhir pukul 11.30 WIB dan diprakarsai oleh massa.

Berbagai sumber menyebutkan motif pemboikotan karena warga menganggap setiap warga yang tidak melakukan ritual selametan adalah penganut faham garis keras teroris. Padahal ritual ini cenderung “syirik” dan tidak pernah diberikan contohnya oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Adalah WARDI (40), penduduk dukuh kedungsari Desa Lawu yang terkena musibah fitnah ini, sejatinya ia adalah seorang muslim yang taat beragama, giat dalam mengikuti kajian Islam serta kokoh dalam memegang prinsip tauhid.

Berbagai ujian keimanan datang silih berganti hingga pemboikotan warga dalam prosesi pemakan ibu kandungnya. “kalau kamu tidak mau mengikuti adat ritual selametan di daerah kita, kamu urusi sendiri pemakaman ibumu” ujar seorang tokoh warga setempat kepada Wardi.

kalau kamu tidak mau mengikuti adat ritual selametan di daerah kita, kamu urusi sendiri pemakaman ibumu” ujar seorang tokoh warga setempat kepada Wardi.

Warga Dukuh Kedungsari, Lawu, Nguter, Sukoharjo, merupakan warga yang terbelakang dalam hal pemahaman agama. Hanya beberapa gelintir orang saja yang mempunyai komitmen kuat untuk berislam dengan benar.

“...di dukuh ini, kerja bhakti untuk membersihkan tempat kesyirikan pohon keramat danyangan pun diumumkan lewat masjid” ujar seorang warga.

Sikap Wardi yang berlepas diri dari kesyirikan dan kebid’ahan ternyata banyak mendapat respon negatif bagi warga sekitar. Tuduhan aliran sesat, ekstrim dan terorispun disematkan kepada beliau.

Dengan dalih takut terkena bala’ kesurupan jika tidak melakukan ritual selametan penggalian kuburan, menjadi alasan untuk memboikot prosesi pemakan keluarga wardi.

Dengan dalih takut terkena bala’ kesurupan jika tidak melakukan ritual selametan penggalian kuburan, menjadi alasan untuk memboikot prosesi pemakan keluarga wardi.

Menurut laporan yang terkumpul sebenarnya itu hanyalah puncak dari sekian tumpuk kebencian mereka terhadap Wardi. “mudah-mudahan dengan pengerahan massa ini menjadikan hati orang-orang yang mengingikan kebaikan semakin mantap dan mereka tidak merasa sendirian dalam jalan yang benar ini” ujar seorang ikhwan yang turut serta dalam pemakaman tersebut.[adivammar/Abu Saami/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version