JAKARTA (voa-islam.com) - Pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto yang menuding Letjen (Purn) Prabowo Subianto sebagai inisiator penculikan aktivis medio 1997-1998 silam ternyata berbuntut panjang.
Hal ini terungkap dari pernyataan perwakilan mantan prajurit Kopassus yang sangat menyesalkan sikap Wiranto beberapa waktu lalu. Puluhan mantan pasukan elite TNI AD tersebut menilai Wiranto tidak pantas mengucapkan penculikan aktivis dibebankan kepada Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Bagi mereka, tuduhan Wiranto salah besar.
“Tak pantas sebagai mantan seorang pimpinan berbicara seperti itu. Itu namanya memecah belah dan mengadu domba. Ucapan itu karena Wiranto telah disuap uang asing,” ujar Kolonel TNI (Purn) Ruby usai pernyataan sikap dan orasi mantan Kopassus mendukung Prabowo Presiden RI 2014-2019 di Jakarta, Sabtu (21/6/2014).
Menurut Ruby, apapun yang terjadi di TNI yang bertanggung jawab adalah pimpinan, dalam hal ini Kepala Staf TNI AD dan Panglima TNI saat itu. Oleh karena itu, Ruby menilai ucapan Wiranto tersebut sangat melukai mereka karena Wiranto tidak menunjukkan jiwa korsa satuan.
“Sebetulnya kejadian seperti itu yang bertanggung jawab pimpinan. KSAD yang bertanggung jawab. Seharusnya dengan tegas Pak Wiranto menjawab ‘Yang perintahkan Prabowo itu saya.’ Tapi karena dia cemen, ingin menutupi kesalahannya. Maka Prabowo disalah-salahkan,” tegas Ruby.
Saking marahnya para purnawirawan, mereka meminta Wiranto melepaskan wing komando Kopassus. Lagi pula, kata dia, Wiranto sebagai panglima TNI saat itu mendapatkan wing Kopassus hanya dengan disematkan.
Mantan Dantim 1 Kompi 13 Grup I Kopassus Serang ini mengultimatum Wiranto, jika masih saja meneruskan pernyataan hal yang sama terkait Prabowo ke publik, para purnawirawan jebolan Kopassus tidak takut mengangkat senjata dan mencari keberadaan Wiranto.
para purnawirawan jebolan Kopassus tidak takut mengangkat senjata dan mencari keberadaan Wiranto
“Ketika beliau dinas, katanya jiwa korsa. Bohong semua. Saya sangat prihatin, sangat menyesal. Saya melihat seperti itu tidak pantas. Saya dididik beliau-beliau. Pertama jiwa korsa, jiwa persatuan harus selalu bersatu. Namun beberapa jenderal sudah terbaca akan memecah belah bangsa ini. Beliau-beliau harus bertanggung jawab,” sahut lainnya.
Sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com masih menunggu konfirmasi dari Wiranto, yang juga Ketua Umum DPP Partai Hanura.
Kopassus : Ada yang Ingin Memecah Belah TNI
Para purnawirawan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) marah kepada mantan Menhankam/Panglima ABRI (Purn) Jenderal Wiranto, terkait pernyataan Wiranto soal surat rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira. Karena, kata-kata yang disampaikan Wiranto dianggap bikin panas dan seolah mengadu domba prajurit di tataran bawah.
“Kami datang bukan masalah orasi dan dukungan. Kami para purnawirawan ini tersinggung oleh Wiranto, oknum para jenderal, karena tidak bicara dengan tegas dan hanya adu domba serta memecah belah. Kami di akar rumput mulai panas. Ingin seolah-olah kami berperang lagi,” ujar Juru Bicara Purnawirawan Kopassus Kolonel (Purn) TNI Ruby di Djoko Santoso Center, Jakarta, Sabtu (21/6).
Mestinya, tambah Rubi, Wiranto menjadi teladan bagi prajurit di bawahnya, justru hal itu tidak ia lakukan. “Kapan saja, kami siap mencari Wiranto di mana pun, baik di rumah maupun di kantornya,” kata Ruby, yang mantan Dantim I Kompi 13.
Menurut Ruby lagi, mereka akan terus melakukan tindakan tegas agar Wiranto tidak lagi memecah-belah mental para prajurit. Ruby juga mengatakan, mereka tidak akan tinggal diam jika Wiranto terus mengumbar pernyataan yang tidak bertanggung jawab. “Kalau dia terus memberikan pernyataan, kami akan cari dia, di mana dia ada kami akan cari. Kalau dia diam, kami akan diam,” ucapnya.
Mereka juga berjanji akan mengejar siapa saja yang dianggap sebagai pengkhianat bangsa, termasuk Wiranto. “Hari ini kami akan bergerilya. Kami akan mencari orang-orang yang berbicaranya tidak bertanggung jawab. Orang yang menjadi pengkhianat bangsa akan kami cari mulai saat ini,” katanya.
Menurut Ruby, mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto merupakan pihak yang paling bertanggung jawab pada peristiwa Mei 1998. “Beliau memerintahkan untuk membumihanguskan Jakarta dan Timor Timur. Kami adalah saksi hidup,” ungkap dia.
Dalam kesempatan itu, para punawirawan pasukan khusus Indonesia tersebut juga mendeklarasikan dukungan terhadap calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Ruby mengungkapkan, deklarasi tersebut mewakili dukungan mantan Kopassus se-Indonesia terhadap Prabowo-Hatta. “Mantan Baret Merah seluruh Indonesia pilih Prabowo-Hatta adalah harga mati,” kara Ruby.
Wiranto sendiri sebelumnya pernah bicara terkait tudingan dirinya terlibat dalam kasus kerusuhan Mei 1998. Ia mengaku beberapa waktu terakhir ini seolah disudutkan dengan tudingan dalam kasus penculikan aktivis dan penembakan mahasiswa. Menurut Wiranto, saat kejadian itu, dia selaku Panglima ABRI telah melakukan pencegahan dan menginstruksikan untuk mengusut siapa pun, baik dari sipil maupun militer, yang terlibat kerusuhan Mei 1998. “Sebagai Panglima ABRI saat itu, secara otomatis saya terlibat. Bukan sebagai dalang, namun sebagai pihak yang tidak melakukan pembiaran,” kata Wiranto di Jakarta, 19 Juni lalu.
Wiranto mengatakan, bila dia terlibat sebagai dalam kerusuhan, sudah dipastikan negara hancur. Karena, sebagai Panglima ABRI saat itu, dia memiliki kekuatan untuk menggerakkan pasukan. “Kerusuhan pasti akan berlarut larut, seperti di Thailand, Mesir, dan Suriah,” ujarnya.
Untuk mengendalikan situasi, kata Wiranto lagi, ia sebagai Panglima ABRI antara lain menarik pasukan Kostrad dan Marinir dari Jawa Timur untuk mengamankan situasi. “Dalam waktu tiga hari situasi berjalan kondusif,” tuturnya.
Dalam masa pemilihan presiden 2014 ini terasa sekali hawa panas-nya dan tampaknya memang sedang ada yang mau mengadu domba Tentara Nasional Indonesia, penjaga garis depan negara ini. Karena itu, sebaiknya semua pihak menahan diri agar tidak tersulut emosinya. Karena, kalau TNI pecah, siapa yang akan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengingat banyak sekali pihak yang ingin mengangkangi negara kepulauan terbesar di dunia ini? [tn/a1/dbs/voa-islam.com]