LAMPUNG (voa-islam.com) - Dr. M.Ihsan Dacholfany, M.Ed (Dosen Muhammadiyah Metro Lampung) menyatakan seharusnya pondok pesantren yang merupakan institusi pendidikan yang mempunyai peran cukup penting di Indonesia bersikap netral.
Sebagai wadah pendidikan dan pembinaan generasi Muslim, pondok pesantren yang terus menerus membina mental, karakter, akhlak, adab, dan menjadi media transformasi ilmu pengetahuan serta wawasan agama dan umum.
Salah satunya yang terbesar di Indonesia adalah Pondok Pesantren Darussalam Gontor yang didirikan pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awwal 1345/20 September 1926 oleh tiga bersaudara, yaitu: K.H. Ahmad Sahal (1901-1977), K.H. Zainuddin Fannani (1905-1967), dan K.H. Imam Zarkasyi (1910-1985).
Mereka adalah tiga bersaudara ini lebih dikenal dengan sebutan "Trimurti”.(Dirjen Depag, Ensiklopedi Islam di Indonesia: 406). Dalam pendidikannya membina pribadi beriman, bertakwa dan berakhlak karimah yang dapat mengabdi pada umat dengan penuh keikhlasan dan berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat.
Sejak awal berdiri, Pondok Pesantren Darussalam Gontor telah mencanangkan “pendidikan lebih penting daripada pengajaran.” Secara garis besar, arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Darussalam Gontor adalah pendidikan kemasyarakatan, kesederhanaan, tidak berpartai, menuntut ilmu karena Allah.
Dalam pemilihan calon legislatif, DPR, DPRD atau DPD sampai pemilihan presiden sekalipun, PMG tetap sebagai lembaga pendidikan murni, tidak berpihak dan berafiliasi kepada partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan apapun. Sehingga santri atau santriwati dari latar belakang organisasi apapun dapat menjadi santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor
KH Imam Zarkasyi (salah satu pendiri Pondok Pesantren Darussalam Gontor) berpesan jika seluruh santri, ustaz dan bahkan kiai Gontor adalah NU atau Muhammadiyah atau Persis, atau organisasi kemasyarakatan atau organisasi partai politik, yang secara individu mendukung PKS, Golkar PAN atau PPP dan lain sebagiannya, Pondok Pesantren Darussalam Gontor tidak boleh jadi PKS, Golkar PAN atau PPP dan lainnya.
Selama ini tidak akan menemukan afiliasi Pondok Pesantren Darussalam Gontor dengan partai manapun. Gontor netral, tidak berpartai, tidak berhaluan ke organisasi masyarakat tertentu. Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. Itulah quote yang ditanamkan kepada para santri. Sikap netral ini pula yang membentuk karakter santri Gontor untuk menerima perbedaan, baik perbedaan pendapat, sikap, maupun platform organisasi ataupun partai. Kalaupun ada alumni Gontor yang terjun ke partai tertentu, itu adalah kehendak pribadi, tidak ada arahan untuk memilihi salah satu presiden.
Kecenderungan kepada partai tertentu, atau kepada organisasi tertentu akan menimbulkan fanatisme. Fanatisme inilah yang dihindari oleh Pondok Pesantren Darussalam Gontor . Sikap netral ini juga dimanifestasikan dalam pelajaran Fiqh kelas 5, di mana santri diajarkan untuk menjadi seorang mujtahid melalui kitab Bidayatu-l-Mujtahid wa Nihayatu-l-Muqtashid milik ibnu Rusyd. Sehingga, santri tidak menjadi muqallid, peniru buta yang hanya sekedar mengikuti orang-orang sebelumnya, tapi menjadi paling tidak muttabi', mengerti asal hukum sesuatu, bahkan diharapkan menjadi seorang mujtahid.
Walaupun banyak alumni Pondok Pesantren Darussalam Gontor terlibat aktif di organisasi kemasyarakatan seperti Din Syamsudin, Habib Hirzin, Amin Abdullah di Muhammadiyah, Idham Kholid, Hasyim Muzadi di NU, di KPK ada Adnan Pandu Praja, di PKS ada Hidayat Nur Wahid, di PPP ada Lukman Hakim Syaifudin, Husnan Bey Fanani, di PAN ada Marbawi Katon dan di Demokrat ada Maftuh Basyuni. Serta alumni lainnya, tidak menunjukkan jati dirinya sebagai alumni Gontor, dan tidak mengatasnamakan atau mewakili PM Gontor untuk mendukung pencalegannya atau mendukung salah satu calon presiden baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo atau Jokowi. Sampai saat ini Pondok Pesantren Darussalam Gontor bersikap netral.
Dan para alumni ini tergabung dalam satu ikatan kuat yaitu IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern) yang sekarang dipimpin Drs KH Akrim Mariyat, Dipl. Ad. Ed, bertujuan untuk mempererat kekeluargaan dan membina persatuan ummat Islam; mempertinggi budi pekerti dan kecerdasan.
Pimpinan PM Gontor, DR.Abdullah Syukri Zarkasyi, MA pada pemilu lalu meminta seluruh alumni Gontor dan masyarakat untuk menyikapi pemilu dengan baik, beretika, dan tidak anarkis. Para tokoh alumni Gontor tersebut berharap pemimpin negara terpilih nanti memiliki komitmen untuk membangun bangsa, dan negara, juga mengembangkan budaya politik santun serta memberantas KKN dan PM Gontor tidak berpolitik praktis.
Karena itu, para alumni dan eks-santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor tidak terikat secara eksklusif dengan organisasi ini, tetapi mereka tetap bebas menjadi anggota organisasi lain. Hal ini mengingat Pondok Pesantren Darussalam Gontor tidak berafiliasi kepada golongan manapun dan tetap berprinsip 'Berdiri di atas dan untuk semua golongan. Para alumninya diamanati untuk menjadi perekat umat di tengah-tengah masyarakat.
Para alumni tetap dituntut secara moral mempertahankan ukhuwah islamiyah di tengah masyarakat dalam golongan mana pun berada. Dengan terbebasnya Pondok Pesantren Darussalam Gontor dari muatan politis dan kepentingan golongan, jiwa keikhlasan dalam belajar dan mengajar dapat mengakar di jiwa para santri dan guru.
Dengan jalan demikian, sekeluar anak dari didikan Pondok Pesantren Darussalam Gontor, mereka bebas memilih paham, aliran, golongan, partai, tanpa mengurangi prinsipnya sebagai seorang mukmin. Semoga Pondok Pesantren Darussalam Gontor tetap komitmen dan tetap berpegang teguh dengan falsafah, tujuan dan misinya sampai akhir zaman sebab Pondok Pesantren Darussalam Gontor sudah diwakafkan kepada Ummat Islam. [m.Ichsan-Dachlofany/voa-islam.com]