Jakarta (Voa-Islam)- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Anas Urbaningrum, ternyata menjadi korban fitnah dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazarudin, sehingga terpaksa dilengserkan dari kursi empuk tersebut dan sekarang diduduki Presiden SBY serta menjadi pesakitan KPK.
Kepada Voa-Islam.Com, dalam acara Silaturahim Nasional VOA-Islam dan media Islam Nasional JITU (Jurnalis Islam Bersatu) Kamis (26/6), mantan bagian keuangan perusahaan Nazaruddin Permai Group, Yulianis menjelaskan, sesungguhnya Anas menjadi korban fitnah dari Nazaruddin terutama dalam kasus proyek Hambalang. Sebab Anas sama sekali tidak terlibat dalam kasus proyek pembangunan stadion olahraga di Kabupaten Bogor tersebut.
“Anas hanya menjadi korban fitnah dari Nazaruddin. Sebab dia sakit hati karena tidak ditolong Anas ketika ditangkap KPK,” ungkap Yulianis yang selalu memakai cadar unyut penyamaran kkarena jiwanya selalu terancam tersebut.
Mengena keterlibatan Anas dalam proyek Hambalang, Yulianis menegaskan Anas tidak terlibat, sebab tidak ada sama sekali aliran dana Nazaruddin kepada Anas yang berkaitan dengan proyek Hambalang.
“Sebagai bagian keuangana dari Perusahaaan Nazaruddin, Permai Group atau Anugerah Group, saya mengetahui persis kalau tidak ada aliran dana dari Nazaruddin ke Anas dalam kasus Hambalang,” ungkap Yulianis.
Menurut Yulianis yang kenal betul dengan kepribadian Nazaruddin, memang mantan Bendaharaa Umum PD itu suka berbohong sehingga omongannya sering tidak sesuai dengan kenyataannya. Seperti ketika Nazaruddin menyatakan dirinya diberi uang Rp 100 miliar dalam dua box untuk pemenangan Anas lewat Mahfud Suroso. Padahal uang sebanyak itu tidak mungkin dimuat hanya dalam dua box, tetapi paling tidak 30 box.
“Tidak mungkin uang Rp 100 miliar hanya dua box, padahal seharusnya 30 box,” ujar Yulianis yang mengaku pernah membawa uang Rp 30 miliar dalam 15 box atas perintah Nazaruddin untuk disetorkan ke Kongres PD di Bandung tahun 2010 lalu.
Menurut Yulianis, dalam Kongres tersebut Nazaruddin tidak hanya membantu Anas, tetapi juga Marzuki Ali dan Andi Malaranggeng, sehingga Nazaruddin berharap siapapun nanti yang memenangkan Kongres PD itu nantiinya akan dekat dengan dirinya.
Menurut Yulianis, dalam Kongres tersebut Nazaruddin tidak hanya membantu Anas, tetapi juga Marzuki Ali dan Andi Malaranggeng, sehingga Nazaruddin berharap siapapun nanti yang memenangkan Kongres PD itu nantiinya akan dekat dengan dirinya
Mengenai berapa jumlah dana yang dimiliki Nazaruddin dengan Permai Group atau Anugerah Group, mantan Bendahara perusahaan Nazaruddin tersebut menjelaskan kalau mantan bosnya itu pernah memiliki uang dalam bentuk deposito di bank Rp 750 miliar dan saldo di Permai Group mencapai Rp 750 milia, jadi totalnya Rp 1,5 triliun. Uang sebanyak itulah yang sempat dikelola Yulianis dari berbagai perusahaan Nazaruddin.
Yulianis juga menjelaskan kuatnya keinginan Presiden SBY sebagai Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi PD agar Anas tidak terpilih jadi Ketua Umum PD, sehingga SBY terpaksa kembali ke Bandung begitu mendengar kabar kalau Anas terpilih dalam Kongres PD pada putaran kedua melawan Marzuki Ali. Padahal waktu itu mobil rombongan SBY sudah masuk ke Tol Cipularang menuju Jakarta.
Barangkali inilah yang menyebabkan SBY harus melengserkan Anas dari kursi Ketua Umum PD demi mencegah mantan Ketua Umum HMI tersebut menjadi capres dari PD pada Pilpres tahun 2014 ini. Namun sebagai dampak dari rekayasa politik SBY tersebut, suara PD turun 100 persen pada Pemilu lalu sebab rakyat mengetahui kalau para pimpinan PD sama korupsi. Jadi sesungguhnya yang menghancurkan PD adalah SBY sendiri bukan Anas, karena Anas hanya menjadi korban ftnah Nazaruddin yang kemudian dimanfaatkan SBY untuk melengserkan Anas dan memasukkannya ke hotel prodeo KPK.
Yulianis : Media Nasional Memfitnah Dan Menggiring Isu Cukong
Yulianis menceritakan bahwa ia juga pernah di fitnah media-media mainstream yang katanya kredibel. "Saya pernah di fitnah kompas, tempo dan sindo. Ia mengungkap di fitnah tanpa ada bertanya, klarifikasi dan verifikasi." demikian ucap Yulianis.
Sedih dan kesal karena di fitnah Kompas, Tempo dan Sindo, maka setelah itu ia membuat Blog untuk menjawab fitnah dari media mainstream.
Sedih dan kesal karena di fitnah Kompas, Tempo dan Sindo, maka setelah itu ia membuat Blog untuk menjawab fitnah dari media mainstream. "Melalui blog saya bisa menjawab semua fitnah secara utuh tanpa di plintir dan kutip sebagian sesuai keinginan media" kisahnya.
Ibu Yulianis mengungkap kerap " Media mainstream ini suka memotong-motong pernyataannya. Tempo, kompas dan Sindo. Cuma saya lawan dengan cara sederhana. Menjawab secara lengkap di Blog sehingga masyarakat bisa membantu menjelaskan secara lengkap."
Atas kasusnya fitnahnya itu Ibu Yulianis berharap Voa Islam juga memberikan berita dengan narasumber yang terpercaya dan membantu pihak yang diserang fitnah media-media nasional itu. "Selama 3 tahun kasusnya di KPK kerap kasusnya di plintir media mainstream. Karenanya ia mengungkap perlunya media Jihad Voa-Islam.com membantu narasumber yang tidak punya akses kepada media. Bantulah mereka" tutup Yulianis.
Setelah Yulianis menjawab secara lengkap lewat blog, barulah media-media mainstream Kompas, Tempo dan Sindo mencarinya untuk meminta waktu wawancara. "Setelah saya jawab di blog, barulah mereka minta wawancara dan minta maaf telah salah memberitakan." kisahnya berkaca-kaca.
Jadi jargon profesional dan cover both sides omong kosong! Tidak berlaku bagi media-media bentukan CIA Ivan Kats yang menggandeng PK Ojong Kompas dan Gunawam Muhammad ketika masih muda menerbitkan Tempo
"Jadi jargon profesional dan cover both sides itu omong kosong! Tidak berlaku bagi media-media bentukan CIA Ivan Kats yang menggandeng PK Ojong membuat media Kompas dan Gunawam Mohamad 'muda' menerbitkan Tempo, apalagi ketika berhadapan dengan umat Islam. Media ini di duga bikinan CIA" ungkap Munarman yang menimpali curhat kepada Voa-islam.com ini. [adivammar/abdul Halim/Voa-Islam.com]