JAKARTA (voa-islam.com) - Aksi vandalisme dua hari terakhir tampil secara vulgar di ruang publik. Rabu (2/7/2014) malam lalu menimpa Kantor TV One Biro Yogyakarta. Kini, giliran kantor DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Karawang yang menjadi korban aksi kekerasan. Aparat harus bertindak tegas.
Aksi kekerasan secar vulgar tampil di ruang publik. Kantor TV One Biro Yogyakarta dan Kantor DPD PKS Karawang diserbu oleh sekelompok massa. Kantor TV One Biro Yogyakarta belakangan diketahui yang melakukan penyerangan berupan penyegelan dan perusakan dilakukan oleh kader PDI Perjuangan.
Sementara kantor DPD PKS Karawang diketahui dilakukan penyerangan pada pukul 11:30 atau bersamaan dengan waktu pelaksanaan salat Jumat. Disebutkan, kantor DPD PKS Karawang diserang oleh sekelompok pemuda yang diketahui memakai baju koko dan peci putih. Sejumlah kursi dirusak dan disiram oli bekas.
Menurut Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq, aksi kekerasan yang menimpa kantor PKS membuktikan kebenaran info akan ada setting aksi teror ke PKS dengan politik adu domba. "Teror ini buktikan kebenaran info akan ada setting aksi teror ke PKS dengan politik adu domba via isu santri," tulis Mahfudz yang juga wakil Sekjen DPP PKS melalui akun Twitternya @mahfudzsiddiq, Jumat (4/7/2014).
Lebih lanjut Mahfudz mengatakan aksi yang terjadi di kantor DPC PKS Karawang digiring seolah santri yang melakukan aksi tersebut. Padahal, kata Mahfudz kalau santri jam 11:30 sudah duduk di masjid, tidak berkeliaran di jalanan. "Desainernya gagal paham, kalau santri ga punya perilaku merusak fisik, main pukul dan lempar oli," tambah Mahfudz.
Secara tegas Mahfudz menyebutkan aksi teror yang menimpa PKS tidaklah aksi yang berdiri sendiri. Bagi Mahfudz aksi kekerasan ini merupakan bagian dari kepanikan pihak yang terancam peluangnya dalam pilpres. "Panik!!! Itu sikon psikopolitik yang terjadi. Ada aktor-aktor yang piawai gunakan teror. Bahkan sangat mungkin skenario besar dan panjang sudah ada," tandas Mahfudz.
Entah ada kaitan aksi kekerasan yang menimpa kantor DPC PKS Karawang dengan pernyataan ancaman mobilisasi massa santri yang disampaikan politisi PKB Marwan Jafar yang juga tim kampanye nasional Jokowi-JK, mengultimatum politisi PKS Fahri Hamzah terkait kicauan di Twitter terkait kata "sinting". Komentar Fahri terkait janji Jokowi yang akan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional.
"Dia (Fahri) harus minta maaf 1x24 jam kalau tidak kami akan konfrontasi. Kita akan mobilisasi santri seluruh Indonesia untuk mengepung kantor-kantor PKS dan sekaligus untuk mengepung tim pemenangan di sana," kata Marwan beberapa waktu lalu.
Namun terkait ide penetapan 1 Muharram sebagai hari santri, tidak direspons positif oleh kalangan NU. Seperti pendapat Ketua Umum PP Pencak Silat NU (PSNU) Aizuddin Abdurrahman. "Jika 1 Muharam ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional sama artinya itu menafikan umat Islam lainnya, yang juga berpotensi menimbulkan perpecahan,” kata Aizzudin Abdurrahman di Jakarta, Jumat (4/7/2014). #Pemilu2014. [mdr/inlah.com]