View Full Version
Senin, 07 Jul 2014

Duh Biung, Demi Citra Jokowi Umroh Meski Pakaian Ihram Terbalik?

JEDDAH (voa-islam.com) - Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo beserta keluarga memulai ibadah umrah, Minggu (6/7/2014) malam.

Sesaat tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, pukul 21.00 WIB atau sekitar pukul 17.00 waktu Arab Saudi, Jokowi langsung mengenakan pakaian ihram, dan dilanjutkan dengan shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih di Jeddah.

Dari keterangan pers yang dikirim pimpinan rombongan Usamah Hisyam, Jokowi dan rombongan langsung bergerak ke Mekkah. Seruan pembimbing rombongan umroh Faisal Mahmud berkumandang diikuti ratusan orang di belakangnya menuju kompleks Masjidil Haram. Jokowi di depan barisan tampak khusuk dan melafalkan doa-doa ibadah umrah.

Di dalam kompleks Masjidil Haraam ribuan orang sudah berada di sana menunaikan rukun-rukun umrah. Sebelum tawaf, KH Hasyim Musyadi memimpin rombongan untuk menunaikan salat Maghrib sekaligus Isya di samping Kabah.

Meskipun ibadah umrah dilakukan secara marathon di akhir ibadah, tampak Jokowi masih dengan sabar melayani permintaan warga untuk foto. Acara umrah diakhiri dengan pemotongan rambut (tahalul). KH Hasyim Musyadi memotong rambut Jokowi.

Selain istri dan kedua anaknya, ibadah umrah Jokowi di masa tenang juga didampingi Ketua PBNU Ahmad Hasyim Muzadi, Ketua Rombongan Ibadah Usamah Hisyam Yahya dan beberapa rekan seperti Akbar Faisal, Marwan Jafar, Ahmad Basarah, dan Iwan Piliang.

Sayangnya jika foto ini asli, ada yang dilanggar secara syariat oleh Jokowi, yaitu menggunakan pakaian Ihram dengan terbalik.

Namun setelah ditelusuri ada yang menyatakan foto tersebut adalah jebakan BETMEN, ada yang mencoba meraih keuntungan di air keruh.. Berikut foto aslinya. Umat Islam waspada... 

Faizal Assegaf: Demi Menjaga Citra, Jokowi Terpaksa Umroh

Kisah perjalanan spiritual Jokowi sungguh berliku dan penuh misteri. Berliku lantaran identitas dan keyakinan agamanya disebut-sebut suka gonta-ganti, tergantung kebutuhan politik.

Sementara dianggap misteri, karena sebagai tokoh publik, status agama yang melekat pada pribadi Jokowi tidak jelas alias sebatas kepentingan simbolik saja.

Sebut saja, konon kabarnya Jokowi sebelumnya adalah seorang penganut aliran kepercayaan, kemudian disenyalir menjadi atheis, lalu dibabtis sebagai misionaris Katolik dan terakhir berganti jubah menjadi "muslim KTP" demi mempermulus ambisinya sebagai Capres Boneka.

Tentang isu buramnya keimanan dan keyakinan Jokowi menuai perhatian serius dari berbagai kalangan. Di mata kaum muslim, Jokowi dianggap munafik dan telah mempermainkan kesucian agama. Yakni, statusnya tidak jelas: Apakah murtad atau mualaf...?

Keraguan tentang hal itu juga menjadi perbincangan ramai di jaringan komunitas non muslim. Mereka menganggap Jokowi hanya memanfaatkan ketidakjelasan status agama sebagai cara untuk mengais keuntungan politik semata. Celakanya, perbuatan Jokowi tersebut dituding telah melakukan penistaan atas kesucian agama dan telah memicu prasangka SARA antar sesama ummat beragama.

Mungkin bagi Jokowi, perilaku kebohongan yang diperlihatkan adalah biasa-biasa saja, sembari berupaya mengkelabui rakyat dengan tujuan terselubung. Tegasnya, yang terpenting dapat mendulang keuntungan politis. Namun di mata publik, sikap Jokow tersebut sangatlah naif dan sungguh memprihatinkan.

Sebenarnya rakyat tidak mempersoalkan Jokowi menjadi penganut agama apa pun, yang penting Jokowi harus bersikap jujur dan tidak munafik. Apalagi menjadikan simbol-simbol agama sebagai tujuan politis, tentu saja hal itu mencerminkan bahwa Jokowi bukan pribadi yang religi.

Lebih ironinya, kontraversi identitas dan keyakinan agama Jokowi, tanpa disadari telah dimanfaatkan oleh media massa (kompas dan metro tv) pendukung utama kepentingan konglomerasi hitam sebagai isu untuk mengadu-domba kerukunan ummat bergama. Jelas hal itu sangat disayangkan. Bayangkan calon pemimpin nasional memiliki kepribadian ganda: Kemarin bergama ini, lalu besok berganti memeluk agama itu demi tujuan politis.

Ihwal sikap bergonta-ganti dan buramnya identitas agama Jokowi, telah menjadi modus politik yang sangat licik dan menyesatkan. Dan untuk mempermulus pencitraan busuk itu, Jokowi terpaksa melakukan umroh saat jelang hari pencoblosan. Tepatnya, "UMROH POLITIK" untuk menangkis persepsi publik yang sejak lama telah meragukan identitas ke-Islaman-Nya. [Abdulwahid/Faizal Assegaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version