View Full Version
Senin, 07 Jul 2014

Audiensi Unsur Ormas Islam Solo kepada Danrem 074/Warastratama

SOLO (Voa Islam) – Bertempat di Ruang Rapat Makorem Surakarta tadi siang (7/7) beberapa utusan Ormas Islam yang berada dibawah naungan MUI Surakarta, diterima Danrem Kol. Inf. Bakti Agus Fadjari dalam rangka audiensi atau menerima masukan berkaitan perkembangan dan perkiraan kondisi menjelang, pada saat dan setelah hari pencoblosan Pilpres 2014 pada tanggal 9 Juli nanti.

Korem 074/Warastratama, disingkat Korem 074/WRT, dibentuk 25 April 1965. Wilayah yang berada di bawah kendali Korem 074/Warastratama, adalah kota-kota eks Karesidenan Surakarta (Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Wonogiri dan Boyolali). Korem ini berada di bawah Kodam IV/Diponegoro yang bermarkas di Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah.

Hadir pada kesempatan itu, H. Dachlan sendiri sebagai sesepuh MUI Surakarta, Joko Ekram (MUI), Ali Syaefulloh (MUI), Faishol (HTI), Warsito (Gema Syar’i), Kalono,SH (FKAM), Mudrick Sangidu (Megabintang) dan juga unsur Polresta Surakarta. Sedangkan pihak Makorem langsung dipimpin Danrem dengan didampingi para Stafnya.

Setelah H. Dachlan membuka pertemuan dan menyampaikan alasan kedatangan unsur Ormas Islam, Mudrick M. Sangidu menyampaikan kilas balik peristiwa politik yang terjadi di Solo pada tahun 1999.

Seperti diketahui bahwa Solo pernah dilanda kerusuhan untuk kesekian kalinya pada Oktober 1999 seiring gagalnya Megawati memenangi pemilihan presiden dalam SU MPR. Balaikota, kantor pembantu gubernur, sejumlah kantor bank, serta fasilitas-fasilitas publik lainnya rata dengan tanah setelah dibakar massa pada hari itu juga. Maka julukan kota sumbu pendek semakin melekat bagi Solo.

Sejarawan Solo Sudarmono, mencatat sejak 1965 hingga 1999 telah terjadi 8 kali kerusuhan berskala kecil maupun besar di kota pusat kebudayaan Jawa tersebut. (Wikipedia)

Kemudian Kalono, SH menambahkan bahwa ada potensi kecurangan dalam Pilpres nanti sebagaimana adanya dugaan kecurangan pada Pileg kemarin. Potensi kecurangan inilah yang dikhawatirkan akan memicu bentrokan kubu pendukung kedua Capres/Cawapres.

Ia juga menyinggung adanya GURALIH dari salah satu partai pendukung Capres/ Cawapres. Guralih ini adalah sebuah team atau kelompok orang yang bertugas mengarahkan para pemilih. Jadi akan terbuka kemungkinan terjadinya penekanan kepada para pemilih untuk hanya memilih salah satu Capres/ Cawapres yang dijagokan salah satu kubu pendukung.

Hal yang tidak diinginkan bersama bisa terjadi manakala pendukung kubu Capres/ Cawapres yang lain terprovokasi untuk menindak Guralih itu. Ditambahkan H. Dachlan, selama 5 kali menjadi petugas KPS, pernah ada di sekitar TPS sekelompok orang berseragam tertentu yang menimbulkan suasana kurang nyaman bagi para pemilih ataupun petugas TPS.

Unsur Polresta Surakarta sendiri menanggapi langsung dengan mengatakan adanya kesulitan menangani Guralih karena itu semacam kebiasaan yang telah turun temurun.

Danrem Kolonel Inf. Bakti Agus Fadjari menanggapi semua masukan utusan Ormas Islam dengan meminta semua pihak tidak terlalu menanggapi pemberitaan di media.

“Beritanya kok seperti gimana gitu, padahal ya tidak seperti itu,” katanya. Kemudian Danrem juga menggambarkan kesiapan semua anggota dan Kodim dibawahnya yang bersinergi dengan aparat kepolisian dalam mengantisipasi segala kemungkinan. (AF/Voa Islam)


latestnews

View Full Version