View Full Version
Jum'at, 11 Jul 2014

Kronologis Kebohongan Dari Strategi 'Klaim' Kemenangan Ala Kubu Jokowi-JK

JAKARTA (voa-islam.com) - Bagaimana kekuasaan dan pemerintahan dibangun atas dasar kebohongan? Model strategi Jokowi menang dengan versi Quick Count. Sementara, Prabowo menang di Real Count , saling "klaim".

Perhatikan 'Keanehan' perubahan hasil Quick Count versi SMRC (Saiful Mujani) untuk memenangkan "KLAIM" menang versi Quick Count. 

 

SMRC DATA INPUT 5,25%
 
Lihatlah, kronologis dibawah ini,  tentang  Jokowi menang versi Quick Count sementara Prabowo menang di Real Count , saling "klaim".
SMRC DATA INPUT 5,25%

Perhatikan 'Keanehan' perubahan hasil Quick Count versi SMRC (Saiful Mujani) untuk memenangkan "KLAIM" menang versi Quick Count

Hasil Quick Count SMRC pukul 13:05 - Prabowo-Hatta 52.94% Vs JKW-JK 47.06% dengan data masukan 13.78%. Sebelumnya  Prabowo-Hatta 55.07% Vs JKW-JK 44.93% dengan data masukan 12.08%.


Catat!!!  Prabowo-Hatta 52.94% Vs JKW-JK 47.06%  itu data SMRC pukul 13.05 dan liatlah data pukul 13.19, apa yan terjadi saudara-saudara?
SMRC DATA INPUT 12,08%


Hasil sementara QuickCount SMRC. Data masuk: 17.65% pada pukul 13.19 menampilkan Data Quick Count yang 'aneh' langsung tercipta angka yang awalnya dipegang Prabowo 52%  tiba-tiba berubah menjadi milik jokowi dalam tempo 14 menit, CATAT! dengan data masukan 17,65%

Data itu berubah ketika iklan masuk dan diselingi adanya artis yang menyanyi di TV, cara "pengalihan".
SMRC DATA INPUT 17,6%


Catat juga, tulisan ini bukan sedang membangun opini versi penulis  TAPI justru menyampaikan "fakta" dari akun SMRC milik Saiful Mujani

Dalam waktu 14 menit dengan dialihkan iklan dan adanya penyanyi, data DI BALIK oleh SMRC,  Prabowo-Hatta 47,3% dan JKW-JK 52,7%, itulah "KLAIM"

Dalam 14 menit dengan data 13,78%  sampai dengan 17,6% alias naik hanya 4% perubahan suara JKW-JK naik dari 47% ke 52% alias naik 5% , "ANEH"

Si Programmer cukup menukar data selanjutnya dengan cara mengarahkan suara SATU masuk ke poin DUA dan sebaliknya. Data hanya naik 4% tapi perubahan suara JKW-JK naik 5%,  sekaligus dengan diturunkan suara Prabowo-Hatta ke angka 47% tanpa ada kebagian naik lagi sampai akhir (the end). Lihat gambar ketika data mereka mencapai 97,75%, angkanya itu tidak bergerak Prabowo-Hatta 47% vs JKW-JK 52%, mirip ketika data itu diawal perubahan dengan data masukan 17,65%, menggelikan.
 
 
SMRC DATA INPUT 97,25%


Sungguh Hebat Lembaga Survei SMRC ini, dengan masukan data 17,6% sudah bisa membuat data stabil sampai akhir, tidak ada fluktuatif yang signifikan. Sebaran dan proporsi datanya sudah langsung mantap sekali untuk seluruh wilayah Indonesia. Padahal Pukul 13.19 di Indonesia Bagian Barat baru ditutup waktu untuk pemilihannya.

Dan "ANEHNYA" lagi di menit yang sama, semua lembaga survei Quick Count "pesanan" angkanya langsung berubah sama sesuai settingan.

Baiklah kalau "Pihak Yang Mengklaim" sedang membangun "KLAIM", tapi ingat jangan bodohi rakyat dengan segala misi dan pesanan yang sudah dibeli. Mau menang versi permainan Quick Count atau menang berdasarkan data C-1 yang asli suara rakyat, Real Count?

Kalau memang ada 'celah' ketahuan ya pasti ketahuan juga 'permainannya' dari SMRC ini. BAHAYA, justu ada yang sedang membangun opini hasil Quick Count adalah suara rakyat adalah suara Tuhan, membangun opini. LALU nanti ketika hasil Real Count ternyata berbeda dengan hasil Quick Caunt, terus mau apa? people power alias bawa-bawa mengatasnamakan rakyat lagi? Settingan opini.

Kalau data Quick Count dijadikan 'Tuhan' atau penggiringan opini untuk sebuah 'keputusan akhir', maka bubarkan saja KPU. Lalu apa pentingnya 'penggiringan opini' kemenangan lewat hasil Quick Count, inilah pesanan, lalu targetnya apa? Target pertama adalah STRATEGI "KLAIM SEPIHAK" membangun opini besar-besaran DULUAN alias "klaim" MENANG sebelum hasil nyata diumumkan KPU.

Biasanya strategi "KLAIM" menang duluan ini bemakna ganda, satu sisi sudah tahu posisi kalah segala-galanya makanya duluan lakukan "klaim". Sisi lainnya MENUTUP opini sebenarnya yang akan terjadi, sebelum diumumkan ternyata hasilnya "kalah" maka "KLAIM" duluan dirinya menang. Target kedua adalah PENGARUH, influence artinya mempengaruhi alias doktrin kepada para pendukung bahwa mereka sudah dalam pihak sebagai PEMENANG.

Dan untuk pendukung lawan, targetnya "MENJATUHKAN MENTAL" jelas, ini sebuah pertempuran opini, siapa yang menang atas opini, maka dia lah pemenangnya. CATET! Dulu tehnik strategi "KLAIM" seperti ini adalah 'label' milik mahasiswa kiri dan otaknya ada dikubu JKW-JK.

Waktu yang 'rentan' adalah pada saat penghitungan hasil nyata C-1 di KPU, lalu bagaimana kalau Real Count KPU hasilnya berbeda? Taktik "KLAIM" seperti ini pula adalah sebuah gerakkan 'TEKANAN' kepada KPU, 'Awas loe kalo beda, massa gw bakal marah!' 

Membangun opini "KLAIM" duluan menang, juga dengan sendirinya memangun opini "KLAIM" pemilu curang kalo tidak sesuai Quick Count. Kalau kubu JKW-JK merasa menang di Real Count buat apa habis-habisan membangun "KLAIM" kemenangan sepihak lewat Quick Count, logikanya. Habis-habisan membangun opini dan doktrin "KLAIM" kemenangan kepada pendukung ibarat memanasi mesin-mesin perang terhadap KPU.

Menekan hasil 'Real Count' harus sesuai Quick Count adalah sebuah 'pesan' tersendiri dari kubu JKW-JK kepada KPU. Lalu kalau berbeda? (ini serius harus dipertanyakan) apa yang akan terjadi? Apakah kalo berbeda, kubu JKW-JK mau bawa hasil Quick Count ke MK? Sementara perwakilan suara rakyat, suara Tuhan adalah adanya lembar C-1.

CATAT! pasal 1 lembaga survey tidak pernah salah.  Pasal 2 kalau lembaga survei salah, kembali kepada pasal 1.  Quick Count suara 'pesanan'. Suara Quick Count  suara pesanan vs suara C1 yang merupakan suara rakyat atau Suara Tuhan itu, dan sejak kapan lembaga survei bukan lembaga yang menjual jasa pesanan? hayooo jawab!

Tahukah teman-teman ada deal-deal terjadi pada pukul 01.00 sd 05.00 tadi malam sebelum pilpres 9 Juli, terkait deal lembaga survei untuk "klaim sepihak ini"? Memangnya hanya kubu mereka yang memiliki kemampuan intelejen hehehe, pukul 01.00 pertemuan masih alot pada harga tawar berapa?

Beberapa hari terakhir,  beberapa lembaga survei memang sengaja menahan data survei terakhirnya, untuk apa? bukan alasan TAHU hasil. Mereka sedang menahan 'harga' siapa yang berani bayar mahal, sampai ada yang salah tafsir bahwa mereka tidak keluarkan hasil survei karena tahu, bukan karena itu.

Dan coba TEBAK lembaga survei yang tidak mengeluarkan hasil survei terakhir? Sekarang semuanya dari mereka memenangkan JKW-JK, mereka adalah CSIS, SMRC, dan INDIKATOR.
Beritanya ada disini
  1. https://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/di-balik-naik-dan-turunnya-popularitas-dua-capres-114800991.html
  2. http://www.lowyinterpreter.org/post/2014/06/24/Indonesian-election-Prabowo-now-favourite-to-win.aspx?COLLCC=631301091&COLLCC=1980570664
LOGIKANYA kalo saja lembaga survei itu keluarkan hasil survei terakhir mereka secara terbuka,  mereka akan katakan Prabowo-Hatta menang. Maka, hasil survei dari lembaga-lembaga survei itu per tanggal 6-8 Juli 2014 sengaja ditahan untuk tidak dibuka, karena ini terkait 'harga' tentang siapa yang mau berani bayar mahal. Kalo mereka (lembaga-lembaga survei) transparan,  pasti keluarkan data survei terakhir tanggal 6-8 Juli, tapi kenyataannya ini tidak, karena ini akan berpengaruh kepada nama baik alias brand image lembaga survei itu sendiri, data tanggal 8 Juli akan berbeda jauh dengan tanggal 9 Juli, disitulah pertaruhannya.

Hasil berbeda, mengakibatkan "image" lembaga survei tak kredibel-lah, atau tak tepat-lah, itu yang akan menjadi pertaruhan nama lembaga survei tersebut. Mereka menahan data survei terakhir karena terkait siapa yang bisa memberi harga yang mahal, maka dengan begitu seolah-olah mereka mau mengatakan, "kami siap pro dan menjadi senjata" asal ada "amunisi". Dan ini yang membuat 'alot' negoisasi harga, membeli hasil Quick Count pada menit-menit akhir.

INGATKAH KAU JOKOWO WIDODO ATAS UCAPANMU, TERNYATA INIKAH NIAT BUSUKMU!!!
"Lihat Saja, Kita Main di Detik-detik Terakhir..."
http://nasional.kompas.com/read/2014/06/27/0954225/Jokowi.Lihat.Saja.Kita.Main.di.Detik-detik.Terakhir.

DAN INGATKAH KAU SAIFUL MUJANI ATAS UCAPANMU, TERNYATA INIKAH NIAT BUSUKMU JUGA!!!
"Tapi, karena hanya ada dua pasangan calon, kalau saya katakan 'Jangan pilih Prabowo', maka dampaknya 'Pilih Jokowi."
"Saya suruh pilih Jokowi karena kalau saya bilang golput berarti membiarkan Prabowo menang,"
http://nasional.kompas.com/read/2014/06/11/2016450/Saiful.Mujani.Benarkan.Bagi-bagi.Uang.Usai.Kampanye.untuk.Jokowi 

Lihatlah cara mereka melakukan "KLAIM SEPIHAK", yaiu deklarasi menang versi Quick Count yang meresahkan, kok dibiarkan? Perhatikan tadi ada seorang ibu di televisi, dia mengkatakan, "lihat saja kalau Jokowi dikalahkan KPU, kami akan kerahkan massa lebih besar", itu adalah sebuah doktrin yang sudah ditebar dan ditanam di dalam alam bawah sadar masyarakat. 

Logikanya pasti ada yang sedang memanasi mesin-mesin perang dan simpul-simul massa, oleh siapa? ya tanya sama diri sendiri dan LIHAT di media-media televisi dan media lainnya.

Semua lembaga survei itu sudah meresahkan, rakyat sudah resah, lalu mengapa dibiarkan dan menyuruh penulis diam? Dari awal penulis sudah katakan, ada yang sedang membangun opini "KLAIM" menang untuk mengurangi keabsahan Real Count. Mengurangi nilai keabsahan REAL COUNT yang merupakan suara rakyat yang asli dengan memakai standar keabsahan QUICK COUNT yang bisa dipesan. Bacalah, Iqra!!!

Tadi malam penulis diminta mengikuti sebuah informasi tentang pertemuan di sebuah rumah dekat Mesjid "RISKA" jam 01.00 malam. Dirumah tersebut, ada sebuah kesibukan terkait persiapan pemenangan salah satu capres, dengan habis-habisan 'membeli' harga lembaga survey.

Negoisasi panjang terkait harga jual beli data versi Quick Count dari lembaga2 survey, baru 'deal' sekitar jam 03.30 di harga 100 milyar, bungkus. Harga 100 milyar dengan selesih 5% seperti twitt yang pernah pernah buat beberapa hari lalu, menjadi deal ketokan harga terakhir.

Pertemuan tadi malam jam 01.00-03.30 terkait satu lembaga survei yang beralamat di Jakarta Utara, Sebuah lembaga survei kuat, wajar jika jam 14.00 lembaga survei tersebut langsung mendeklarasikan kemenangan JKW-JK, hanya satu jam setelah penutupan pemungutan suara.

Lalu pantaskah penulis berkata, "wahai saudara-saudaraku saksi dari PKS, jagalah amanat suara rakyat, data rekapan C-1, yang kalian pegang untuk suara kebenaran!". Kunci kebenaran hasil pilpres adalah data rekapan C-1 ditiap tiap TPS, Real Count. Kini data itu sedang djaga dan dikawal para singa-singa pembuat peradaban, yang tidak takut oleh hanya sekedar ancaman dan tekanan, merekalah para saksi dari PKS.

Buat para singa-singa peradaban  waspadalah! Karena akan ada gerakkan dari OTK untuk mengambil data C-1, bersiap siagalah.... OTK berambut cepak ala politik adu banteng, sinyalnya sudah ada baru-baru ini yang menjadikan C-1 sebagai target untuk diambil alih, sekali lagi waspadalah!!!
 
Untuk publik, ingatlah! TNI dan POLRI ikut mengawasi dan mencatat agar manipulasi dan kecurangan tidak akan terjadi. 

KEBENARAN AKAN SELALU MENEMUKAN JALANNYA SENDIRI (jj/voa-islam.com)



latestnews

View Full Version