JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam acara Diskusi Bersama Media " Mengantisipasi Skenario Chaos 'Kubu Merah', bersama narasumber Munarman SH dan Faizal Assegaf ini Voa-Islam.com mengundang Jurnalis Islam Bersatu (JITU) Hidayatullah.com, Arrahmah.com, Muslimdaily.net, Islampos.com serta puluhan media online nasional seperti dari Inilah.com, Liputan6.com, Beritasatu.com, Merdeka.com, Asatunews.com nampak hadir.
Pada acara diskusi bersama media ini, Munarman SH menyatakan bahwa potensi chaos dan eskalasi konflik memang ada. Menurutnya "Ada pihak-pihak yang mendorong intensitas suhu yang makin tinggi ini justru membebankan atau mengkambinghitamkan pihak lain yang tidak terlibat." Itu saya garisbawahi katanya.
kelompok ini sangat pintar bersembunyi dan membebankan peristiwa yang mereka harapkan terjadi kepada pihak lain. Dalam hal ini adalah umat Islam yang akan dikorbankan dari situasi yang kacau.
Ada pihak-pihak yang sengaja memicu intensitas dan mendorong eskalasi yang mengarah kepada makin tingginya suhu politik, yang hampir-hampir mengarah kepada benturan-benturan fisik.
"Tapi kelompok ini sangat pintar bersembunyi dan membebankan peristiwa yang mereka harapkan terjadi kepada pihak lain. Dalam hal ini adalah umat Islam yang akan dikorbankan jadi pelaku dari situasi yang kacau. Itu skenario begitu sebetulnya" tambah Munarman seraya mengucapkan apresiasi pada Voa-Islam yang memfasilitasi acara ini karena sangat terkait langsung dengan umat Islam.
Ia menjelaskan, tema sangat terkait dengan umat Islam, "Sengaja kita tuliskan tema Mengantisipasi Skenario Chaos 'Kubu Merah'. Kubu merah adalah kubu yang ingin memanfaatkan situasi kekacauan informasi."
Jika Survei Tak Sesuai Kubu Merah: KPU Salah, Kubu Merah Yang Pasti Benar Dengan Memanfaatkan kekacauan informasi?
Menurut investigasi bersama tim Analis An Nashr Institute ia mencoba menjelaskan makna kekacauan informasi , "Dimana ada pihak-pihak yang terang-terangan menyatakan bahwa kalau hasil perhitungan KPU tidak sesuai dengan perhitungan lembaga survei kubu kami (Jokowi-JK) maka KPU bersalah. Padahal itu cuma survei Quick Count yang jumlah 1 persen dari total 400.000 TPS. Hanya diambil sampel 4000 TPS saja, sementara lembaga survei paling banyak di 2000 TPS saja."
Ia menegaskan "Dengan hanya mengambil di 2000 TPS, dengan beraninya mereka mengatakan KPU Salah, Kubu Merah Yang Pasti Benar?."
Hal ini akan menimbulkan kekacauan Informasi memang telah terjadi, implikasinya adalah dengan informasi yang demikian masif, sistematis ini makin mendorong dua kubu yang berkompetisi akan berpegang kepada informasi yang menguntungkan mereka atau misleading. Dan kedua kubu saling klaim kemenangan.
"Mereka sengaja untuk melakukan disinformasi, dalam bahasa kriminal itu manipulasi. Sengaja menyesatkan informasi, ada upaya kesengajaan atau misleading, supaya orang diarahkan kepada informasi yang mereka inginkan. Dalam perspektif intelejen disebut cipta kondisi sebenarnya" tambah Munarman.
Sejarah mencatat, 'kubu merah' adalah kelompok yang selalu menunggangi situasi, "Kubu merah ini juga, kelompok yang selalu menunggangi dan memanfaatkan situasi untuk keuntungan kelompoknya sendiri, kita masih ingat misalnya pada tahun 1948 ketika Indonesia tengah mengahadapi agresi Belanda, tiba-tiba ada 'kelompok merah' mengambil alih Madiun. Peristiwa Madiun ini korbannya luar biasa banyak dari umat Islam dan beberapa bahkan dari ormas pemuda Islam sebagai garda depan umat Islam."
kita masih ingat misalnya pada tahun 1948 ketika Indonesia tengah mengahadapi agresi Belanda, tiba-tiba ada 'kelompok merah' mengambil alih Madiun. Peristiwa Madiun ini korbannya luar biasa banyak dari umat Islam
Itulah yang saya maksud kelompok merah, kelompok yang selalu memanfaatkan situasi, begitu juga tahun 1965, kelompok ini mengambil manfaat dari situasi kekacauan informasi saat itu, dengan isu dewan jenderal, isu sakitnya Soekarno yang permanen, dan G30S/PKI. Dan kelompok inilah yang melalukan pergerakan. [adivammar/voa-islam.com]
Bersambung (2)...