JAKARTA (voa-islam.com) - Hakekatnya kemenangan Jokowi adalah kemenangan golongan minoritas Indonesia. Yaitu golongan Kristen, Katolik, Cina, Barat (Yahudi), kaum sekuler, liberal, dan atheis. Mereka inilah yang menjadi ‘ideolog’ dan pengarah, pengatur, dan penentu strategi, dan pemodal, yang memastikan Jokowi harus menang, dan menjadi presiden Indonesia.
Mereka semua berkumpul dibelakang Jokowi. Mereka dengan ideologi, konsep pemikiran, strategi, tujuan yang sangat jelas, dan mengancang perubahan bagi masa depan Indonesia, sesuai dengan keyakinan mereka, berbentuk ‘blue print’ (cetak biru), sebuah Indonesia yang sekuler (la diniyah), memarjinalkan golongan Islam, menghilangkan pengaruh ideologinya (agamanya), dan melakukan penguasaan terhadap Indonesia secara ekonomi dan politik.
Dibelakang Jokowi yang menjadi ‘stake holder’ (pemangku kepentingan), seperti golongan Kristen, Katolik, Cina, Barat (Yahudi), kaum sekuler, liberal dan atheis, secara konsisten dengan segala potensi dan kekuatan yang mereka miliki dengan menggunakan kartu ‘Jokowi’ sebagai ‘boneka’, yang sudah didandani dan dipoles dengan baju ‘Islam’, dan ditambah dengan kata ‘jujur’, ‘sederhana’, dan ‘merakyat’, hakekatnya dibalik semua itu, mempunyai tujuan jangka panjang yang sangat strategis, yaitu melakukan perubahan terhadap Indonesia. Menuju Indonesia baru yaitu kehidupan sekuler (la diniyah).
Di depan mata sudah nampak menjadi jelas bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Tentu, bagi masa depan umat Islam, sesudah Jokowi dilantik menjadi presiden, pasti akan memuaskan golongan minoritas, terutama golongan Kristen dan Katolik. Kebijakan Jokowi pasti akan melakukan kebijakan seperti yang mereka inginkan menciptakan kebebasan beragama. Liberalisasi dibidang agama. Ini tuntutan dasar golongan Kristen dan Katolik. Tuntutan gologan Kristen dan Katolik, dicabutnya SKB Tiga Menteri, yang mengatur pendirian rumah ibadah.
Dengan kebebasan agama ini, golongan Kristen dan Katolik, maka golongan minoritas bisa bebas mengembangkan agama (melakukan pemurtadan), melalui sarana-sarana pendidikan, sosial, dan mendirikan rumah ibadah (gereja), di seluruh wilayah Indonesia. Mengubah struktur penduduk, dan mengubah penganut agama di Indonesia. Sehingga, Indonesia secara bertahap bukan lagi mayoritas Muslim, tetapi menjadi negara Kristen. Sebagai sasaran antaranya, sekarang yang dijalankan bekerjasama dengan kaum sekuler, liberal, dan atheis menghancurkan Islam dan umatnya.
Sebelum menghancurkan ideologi (agama) kaum Muslimin di Indonesia, terlebih dahulu yang akan dihancurkan ekonomi Indonesia. Penguasaan ekonomi Indonesia oleh golongan minoritas sudah berlangsung di Indonesia. Ekonomi bangsa Indonesia sudah dikuasai oleh golongan minoritas Cina, yang umumnya beragama Kristen atau Katolik. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung (backbone) Jokowi. Seperti James Riyadi (Kristen Evengelis) yang membawa gerbong dari kalangan konglomerat Cina. Sofyan Wanandi (Katolik) yang juga membawa gerbong dari kalangn konglomerat Cina. Ditambah ‘juraga’ media, Kompas yang memberikan secara total kepada Jokowi.
Barata (Yahudi) sama juga memiliki kepentingan di Indonesia dengan berbagai perusahaan mineral dan tambang (minerba), mereka lebih senang dengan Jokowi. Jokowi akan menjamin kepentingan mereka di Indonesia. Mereka menguasai Freeport, Newmont, Exxon, dan sejumlah sumber-sumber kekayaan alam berada di tangan mereka. Mereka ingin langgeng di Indonesia, menguasai asset yang penting bagi hajat hidup rakyat.
Dengan dijajah secara ideologi (nilai agama), secara ekonomi, dilanjutkan dengan dijajah secara kedaulatan politik, maka penguasaan atas Indonesia oleh golongan minoritas menjadi sempurna. Dengan menggunakan kartu ‘Jokowi’, mereka bisa lebih leluasa melakukan penguasaan ekonomi dan politik atas negara dan bangsa Indonesia.
Jokowi hanya akan meneteskan setetes percikan air yang diberikan kepada bangsa Indonesia, seperti yang selalu dibanggakan dalam bentuk kartu ‘sehat’ dan kartu ‘pintar’, dan sudah menyihir 250 rakyat Indonesia. Iming-iming Jokowi itu sudah dianggap sebagai sebuah ‘keajaiban’, dan seluruh rakyat Indonesia meyakini, bahwa Jokowi akan membawa kepada perubahan, dan kehidupan baru. Inilah sebuah mimpi-mimpin yang dibangun, dan semua itu, melalui media massa, dan mampu mengubah pandangan dan keyakinan rakyat, Jokowi memang tokoh masa depan.
Dengan tampilnya Jokowi menjadi presiden Indonesia, semakin dalam golongan minoritas mengubah bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim ini, dan sekaligus penguasaan asset ekonomi oleh mereka. Supra struktur pemerintahan pasti akan diambil golongan minoritas, yang berjuang dan berkorban bagi Jokowi. Mereka akan mengisi seluruh jabatan strategis di pemerintahan. Tidak ada ‘makan siang yang gratis’, semuanya harus dibayar. Jokowi harus membayar mereka, tenIni tu dengan kekuasaan. Ini nampak di DKI Jakarta, di mana pejabat-pejabat Phalang (Kristen), duduk dalam pemerintahan di DKI.
Pemerintahan Jokowi, mirip awal Orde Baru, di masa Soeharto, yang menyingkirkan golongan Islam, secara politik dan ekonomi. Soeharto menggandeng golongan minoritas (Kristen, Katolik, dan Cina) menjadi tulangpunggungnya dalam mengelola negara. Termasuk dengan lahirnya lembaga CSIS, yang merupakan lembaga ‘think-than’ Orde Baru, kolaborasi jenderal abangan, Kristen dan Katolik, dan selama hampir lebih dari 30 tahun menghancurkan umat Islam.
Akhirnya, berkuasanya golongan minoritas di Indonesia, hanyalah menciptakan perbudakan bagi golongan Islam dankaum pribumi. Golongan Islam dan kaum pribumi hanya akan menjadi pelayan, subordinasi kekuasaan golongan Kristen, Katolik, Cina dan Barat (Yahudi), yang berada dibalik ketiak Jokowi. Mereka inilah sejatinya sebagai penguasai baru, penguasa yag sebenarnya atas Indonesia.
Pantas, Prabowo dihancurkan dengan di ‘bulli’ habis dengan berbagai isu yang negatif. Pelanggaran HAM, pembunuh, dipecat dari dinas tentara, korup, dan lainnya. Semuanya dilakukan dengan sangat masif oleh media dan media sosial pendukung Jokowi.
Sejatinya, Prabowo menjadi prototipe seorang tokoh yang memiliki jiwa nasionalis, memiliki keberfihakan kepada kepentingan nasional dan kepentingan bangsa Indonesia. Sekalipun, Prabowo berasal dari keluarga ‘kaya’ di Banyumas, tetapi Prabowo memiliki empati kepada rakyat jelata. Tetapi, paling penitng komitmen Prabowo, mengambil-alih dan menguasai kembali aset bangsa Indonesia yang sekarang berada di tangan asing. Inilah yang sangat tidak disuaki oleh Barat (Yahudi) dan kalangan konglomerat Cina. Karena, pasti kepentingan mereka di Indonesia akan terganggu.
Takdirinya, Prabowo menjadi muara kalangan Partai-Partai Islam, dan Ormas Islam, dan berbagai gerakan yang ingin menjadikan Prabowo sebagai alternatif. Prabowo memiliki sikap tegas, dan berani mengambil sikap menghadapi siapapun. Inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia.
(afg/voa-islam.com)