JAKARTA (voa-islam.com) - Diskusi Media dengan para tokoh media dan pengacara masih banyak yang bisa diungkap. Diskusi bulanan Voa-Islam.com dengan tema "Mengantisipasi Skenario Chaos 'Kubu Merah' (12/7) di Hotel Gren Alia Cikini Jakarta Pusat itu dihadiri juga oleh Journalist/Executive Producer di ANTV, Hanibal Wijayanta. Pria kelahiran Magelang ini mengungkapkan bahwa ada 'ketegangan' yang sengaja diciptakan di 6 Kota di Indonesia. "
Kita sering diskusi tentang berbagai keanehan yang sering terjadi menjelang dan pasca pemilu. Dugaan-dugaan tentang kemungkinan situasi yang semakin memanas ini tidak hanya dari satu pihak saja. Tapi Saya mendapatkan beberapa cerita dari aparat dan yang kita perhatikan di lapangan." demikian ungkapnya.
Hanibal yang merupakan Wartawan Utama dan Produser Eksekutif Liputan ANTV ini menyatakan bahwa ada ketegangan yang sengaja diciptakan,"Ada ketegangan yang tampaknya sengaja diciptakan, saya sampai sekarang belum yakin siapa yang menciptakan itu. Karena disatu sisi memang ada salah satu pendukung konstestan nomor 2 (Jokowi-JK) ada persiapan-persiapan, tapi konstestan nomor 1 pun untuk mengantispasi persiapan yang dilakukan kontestan nomor 2 pun mereka persiapaan.
Seperti misalnya yang melabrak ketika penyerbuan di TVOne. Namun dihentikan." Kedua kubu melakukan persiapan-persiapan dalam mengantisipasi yang mungkin terjadi. Hanibal menyatakan setidaknya ada enam kota yang memiliki potensi 'ketegangan', "Situasi di beberapa wilayah berdasarkan sumber dari aparat keamanan, ada enam wilayah yang memang sangat diwaspadai, yaitu Jakarta, Solo, Surabaya, Makasar, Lampung dan Palembang."
"Situasi di beberapa wilayah berdasarkan sumber dari aparat keamanan, ada enam wilayah yang memang sangat diwaspadai, yaitu Jakarta, Solo, Surabaya, Makasar, Lampung dan Palembang."
Ia menambahkan "memang sampai sekarang belum kelihatan, misalnya di Solo pasca deklarasi kemenangan pasangan Jokowi-JK melakukan show off force cuma mereka tidak berani terlalu jauh karena di satu pihak kelompok laskar belum siap kalo seandainya berlebihan maka akan dicegah (aparat keamanan)." Hal-hal ini memang ada dipihak yang melakukan false flag, "Menurut saya ada pihak yang mencoba melakukan false flag dan ingin mengkambinghitamkan satu pihak, kebetulan FPI.
Dalam situasi seperti ini kita harus menghitung siapa yang paling diuntungkan. Apakah kontestan satu, kontestan dua atau pihak ketiga? Nah inilah yang harus kita baca benar" tegasnya. Dalam situasi kekacauan informasi ini, "Gejala yang bisa kita lihat yang kemudian tertangkap media, yang sangat aktif adalah kontestan nomor dua.
Kenapa mereka melakukan itu? Dalam teori komunikasi massa kan mereka mencoba meraih dukungan dengan mendekati massa. Keuntungan dia apa dengan melakukan itu?" jelas Hanibal. "Itu yang harus kita juga perhatikan. Jangan sampai kita terjebak seolah-oleh ini hanya sekedar permainan dua orang saja, padahal ini ada pemain yang lain."
Pada dasarnya kedua konstestan melakukan pendekatan kepada media "Memang konstestan nomor 1 melakukan hal yang sama, tapi tidak se-instense kontestan nomor 2 pada kunjungannya ke media. Mengapa mereka berperilaku seperti itu? Namun kemudian kita juga tahu ada pihak ketiga ini sangat berkepentingan dengan situasi yang terjasi sekarang ini, dia masih punya peluang, dia masih punya kemampuan mengatur A,B,C,D segala macam. Itu yang harus kita juga perhatikan. Jangan sampai kita terjebak seolah-oleh ini hanya sekedar permainan dua orang saja, padahal ini ada pemain yang lain." demikian tutupnya. [adivammar/voa-islam.com]