View Full Version
Ahad, 03 Aug 2014

Mengapa Melarang Rakyat Datang ke Jakarta? Jakarta Milik Siapa?

JAKARTA (voa-islam.com) - Mengapa melarang rakyat datang ke Jakarta. Setiap warga negara Indonesia berhak tinggal di mana saja di seluruh wilayah hukum Indonesia. Mereka tidak dapat dibatasi hak-hak dasar hidup mereka. 

Ahok juga bukan orang Jakarta asli. Jokowi juga bukan asli orrang Jakarta. SBY juga bukan orang jakarta asli, dan lahir di Pacitan. Siapa lagi. Bisa dilihat asal-usul para pejabat di Jakarta banyak yang bukan asli orang Jakarta. Lalu mengapa setiap usai Iedul Fitri, rakyat dari daerah yang ingin ke Jakarta harus dihalang-halangi?

Jadi siapun tidak berhak melarang orang di Jakarta. Sekarang, malah Jakarta, terutama Jakata Utara dan Barat, dan Pusat, sekarang penduduknya sudah banyak yang berganti, dan diisi oleh penghuni baru, yaitu golongan Cina. Mereka membuat 'enclave' (kantong) baru di setiap sudut Jakarta, dan akhirnya penghuninya tinggal golongan Cina. Persis Singapura.

Mengapa Anggota Komisi II DPR RI, Nurul Arifin melarang rakyat masuk DKI? Dia mengatakan pemerintah DKI Jakarta bersikap tegas agar tidak serta merta memberikan fasilitas yang sama bagi para pendatang baru yang diperkirakan pasca Idul Fitri 1435 Hijriah ini ada 67.000 orang yang akan masuk ke Jakarta.

"Hendaknya pemerintah DKI Jakarta bersikap tegas agar tidak ujug-ujug memberi fasilitas yang sama bagi para pendatang baru. Juga e-KTP yang sudah ada, hendaknya tidak dibuat mudah dengan mengganti domisili," kata Nurul, Sabtu (2/8/2014).

Nurul menambahkan, pekerjaan yang ada hendaknya diprioritaskan bagi penduduk lama DKI Jakarta. Dan menerapkan tahapan khusus bagi pendatang baru. Di sisi lain, pemerintah juga harus memikirkan agar urbanisasi dan migrasi penduduk tidak terus menerus terjadi dengan cara membangun daerah-daerah asal.

"Sehingga pembangunan tidak hanya terpusat di Jakarta atau Jawa saja," kata anggota Komisi II DPR RI itu.

Semua rakyat yang berimigrasi ke Jakarta, karena akibat timpangnya pembangunan. Pembangunan dan sirkulasi uang hanya ada di Jakarta. Sementara daerah-daerah tak begitu nampak pembangunan, dan nasib rakyat tetap jembel. Hanya segelintir para pejabat, pemimpin partai, cukong Cina,yang hidupnya nikmat.

*mashadi/dbs/voa-islam.com


latestnews

View Full Version