NUSAKAMBANGAN (voa-islam.com) - Dunia terkaget-kaget setelah Abu Bakar al-Bagdadi mendeklarasikan Khilafah atas wilayah Irak dan Syam yang sudah dikuasinya. Begitu cepat. Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) berhasil dengan spektakuler, menguasai teritorial yang luas, seperti Mosul, dan sebagian Syria.
ISIS yang dipimpin Khalifah Abu Bakar al-Bagdadi, menyerukan kepada Muslim di seluruh dunia, bergabung dengan Khilafah Islam di Mosul, dan berbai'at, membangun kekuatan Khilafah Islam. Namun, Khilafah yang dideklarasikan oleh Bagdadi ini menggetarkan para pemimpin dunia. Terutama para pencundang, dan yang menjadi kaki tangan Amerika, dan kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani).
Memang, tindakan Khilafah di Mosul itu, membuat semua orang tersentak, karena telah menghancurkan masjid syiah, masjid kaum sufi, dan bahkan gereja-gereja kaum Kristen sudah ludes. Termasuk gereja yang umurnya 1.800 tahun.
Penganut Kristen hanya diberi alternatif pilihan, masuk Islam, meninggalkan Irak, atau membayar 'jijzah' (pajak), seraya mentaati hukum Syariah Islam. Sehingga, penganut Kristen di Mosul, yang jumlahnya 2 juta itu, banyak yang memilih pergi.
Bahkan, pemerintahan baru di Mosul, menghancurkan nisan-nisan kuburan dengan bolduzer. Memang,seperti di kuburan Baqi', Madinah, tidak ada tanda apapun, kecucali batu, sebagai tanda nisan. Semuanya dalama rangka menjaga kemurnian tauhid.
Sementara itu, Muslim di Indonesia sudah banyak yang bergabung dengan ISIS, meninggalkan Indonesia, dan mereka umumnya tidak akan kembali ke Indonesia. Mereka memilih tetap tinggal di Irak.
Mereka mengatakan, kalau pun Irak sudah tercipta sistem Khilafah, mereka juga tidak akan kembali ke Indonesia. Mereka akan membebaskan negeri-negeri Muslim lainnya yang masih dijajah oleh kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani).
Mungkin Muslim di Indonesia sudah letih dengan sistem demokrasi yang amboradul, dan mengakibatkan banyak Muslim yang rusak aqidah dan imannya. Demokrasi tidak dapat menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi rakyat. Demokrasi hanya menciptakan sistem korup, dan akan terus korup serta membawa kehancuran.
Demokrasi hanya menjadi sarana para 'cukong' (pemilik) modal menguasai negara, kemudian memperbudak rakyat, terutama golongan kafir musyrik. Lalu, mengapa harus menghabiskan umur dengan sia-sia di Indonesia? Belum tentu nanti di akhirat bisa dijamin selamat dari kobaran api neraka?
Selanjutnya, terbetik kabar Ustad Abu Bakar Ba'asyir sudah menyatakan ba'iat kepada Khalifah Abu Bakar al-Bagdadi. Menurut kabar yang terbetik, Ustad Abu Bakar Ba'asyir juga membubarkan tandzim JAT (Jamaah Anshar Tauhid), sesudah menyatakan bai'at kepada Khalifah Abu Bakar al-Bagdadi. Karena, secara syar'i merupakan kewajiban.
Sebenarnya, kalau membaca kitab Tadzkirah, aqidah, dan iman yang ditulis oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir bergabung dengan ISIS atau berbai'at kepada Khalifah Abu Bakar al-Bagdadi itu, sangat logis, sesuai dengan pemikiran dan pemahaman Ustad Abu Bakar Ba'asyir seperti yang tertuang dalam buku-bukunya.
Dibagian lain, Direktur Jenderal Permasyarakatan Handoyo Sudrajat mengatakan lembaganya segera menggelar sidang tim pengamat permasyarakatan.
Sidang ini untuk merespons beredarnya gambar terpidana terorisme 15 tahun penjara Abu Bakar Ba'asyir berbaiat kepada khalifah Al-Baghdadi, pemimpin kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Foto yang menampilkan Ba'asyir bersama 13 orang yang diduga anggota ISIS beredar. Satu di antara mereka terlihat membentangkan bendera ISIS berwarna hitam. Foto itu diambil di sebuah ruangan lebar berlantai kayu. Ba'asyir duduk diapit para pria itu dan mereka mengenakan pakaian putih.
Tidak ada yang aneh tentang bai'atnya Ustad Abu Bakar Ba'asyir kepada Khalifah Abu Bakar al-Bagdadi di Irak. Karena ini konsekuensi dari keimanan dan pengakuan dari dua kalimah syahadat seseorang, yaitu 'Laa ilahaa IllaLah, Muhammadur Rasulullah'.
*mashadi/dbs/voa-islam.com