View Full Version
Ahad, 10 Aug 2014

Densus 88 Hanya Tangkap Orang Islam, Kalo Kelompok Teroris Papua Lamban

BEKASI (voa-islam.com) - Belum juga ditetapkan sebagai tersangka Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (alias Anti Islam) membawa sejumlah saksi dari lokasi penangkapan dan menyebutnya sebagai terduga teroris. 

Anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror alias anti Islam (Densus 88 AT) Mabes Polri bersama Polda Metro Jaya mengamankan Ketua Harian Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Ustad Afif Abdul Majid alias Afif di Jati Asih Bekasi, Jawa Barat.

"Densus 88 dan Polda Metro Jaya melakukan penindakan terhadap Ustad Afif pada Sabtu (9/8) sekira pukul 22.45 WIB," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Jakarta, Ahad.

Ia mengatakan petugas gabungan menangkap Afif di sebuah toko kebab di Jalan Wibawa Mukti, Kecamatan Jatiasih, Bekasi Kota, Jawa Barat.

Berdasarkan informasi, Afif diduga terlibat pendanaan terhadap Ubaid di Aceh pada 2010 dan kepolisian juga mensinyalir Afif terlibat deklarasi "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS). ujar Rikwanto lagi.

Selain Afif, aparat kepolisian mengamankan empat orang saksi yang menghuni tempat toko kebab tersebut

"Ada empat sampai lima orang saksi yang dibawa Densus ke Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan kasus Ustadz Afif," kata Kapolsek Jatiasih Kompol Imelda Sitohang, di Bekasi, Minggu.

Ustadz Afif ditangkap di sebuah Ruko Bagdad Kebab RT.03 RW.01, Jalan Wibawa Mukti depan komplek Telkom Satwika Permai, Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiasih, melaporkan sejumlah saksi dibawa dari dalam ruko.

Sedangkan dua saksi lainnya diamankan petugas saat yang bersangkutan tengah berada di tengah kerumunan warga usai proses penangkapan Ustadz Afif.

Pengamanan dua saksi itu sempat diwarnai kericuhan karena yang bersangkutan tidak bisa mengeluarkan kartu identitas diri saat ditanya salah satu petugas Densus.

Densus 88 Tebang Pilih, Media Gegabah Sebut Umat Islam Sebagai Teroris

Sementara itu, media antara, republika dan media nasional lain sudah menyebut secara gegabah Ustadz Afif sebagai tersangka dan terlibat dalam pendanaan terorisme di Aceh sejak 2010 dan telah menjadi incaran polisi sejak lama. Padahal belum juga ditetapkan sebagai tersangka teroris dalam pengadilan, Tim Detasemen Khusus 88 Anti Islam dan media bersepakat sudah menyebut terduga teroris.

Kesan tergesa-tergesa ketika berhadapan dengan umat Islam, namun lambat bak keong jika berhadapan dengan kaum kafir kristen dan aliran sesat macam syiah dan bahai. Demikian halnya dengan kasus teroris bersenjata membunuhi anggota Polri dan TNI di Papua yang hanya disebut KKB alias kelompok Kriminal Bersenjata, bukan teroris atau terduga teroris meski telah membunuh aparat negara!

Hingga kini aparat Polda Papua bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih terus mengejar kelompok bersenjata yang berada di sekitar Distrik Pirini, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua. Pengejaran terus dilakukan oleh aparat gabungan, lantaran kelompok bersenjata tersebut melakukan penembakan dan menewaskan dua orang anggota Polres lanny Jaya, yaitu Bripda Yoga Zethro Ginuny dan Bripda Zulkifly pada Senin 28 Juli 2014. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Sompie mengatakan, selain mengandalkan kinerja aparat gabungan TNI dan Polri.

Untuk memburu kelompok bersenjata tersebut, pihaknya juga menginstruksikan kepada Polda Papua untuk menjalin komunikasi dengan kepala adat dan Pemerintah Daerah (Pemda) setampat.

Ada yang janggal, kenapa densus 88 tak diturunkan untuk mengamankan pelaku teroris bersenjata di Papua?

Dan mengapa mereka tak disebut dengan teroris? Dalam sebuah diskusi antara BNPT dan organisasi Islam di Jakarta, Ustadz Fuad Al Hazimi pernah bertanya kepada Kepala BNPT Ansyaad Mbai, "kenapa Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS) tak disebut sebagai terorisme?"

Lalu Ustadz Fuad mengutip ucapan Ansyaad sebelumnya yang menyatakan "Kalo Teroris dikatakan sebagai gerakan radikal yang menggunakan doktrin agama, lalu bagaimana dengan OPM dan RMS? tanya Ustadz Fuad Al Hazimi?" Ansyad Mbai malah berkilah "karena kalau OPM dan RMS ditangkap Densus 88 dan disebut teroris maka dunia internasional akan menekan Indonesia..."

Nah lho? Aneh bin ajaib, kesesatan paham dan radikal syiah Jalaludin Rakhmat tak dikenai sedikitpun demikian dengan RMS dan OPM, lalu kenapa yang dijerat hanya yang mempunyai pemahaman jihad yang dilabelkan Ansyad Mbai sebagai gerakan teroris yang dimaknai sebagai gerakan separatis dengan meradikalisasi agama sebagai bentuk perjuangannya?

Di sisi lain, organisasi kelompok separatis kristen di Maluku seperti Republik Maluku Selatan (RMS) dan kelompok bersenjata radikal di Papua dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) juga tak juga diterapkan hal serupa? Kalau Ansyaad Mbai menyatakan terorisme sebagai gerakan yang menggunakan doktrin agama sebagai tujuan politiknya.

Namun Ansyad Mbai tak berkutik ketika pertanyaan tersebut di tanyakan padanya, sebagaimana penuturan Ustadz Fuad Al Hazimi dalam diskusi dengan Ansyaad Mbai di Jakarta bulan Mei 2013 silam.

Nah semakin absurd, jadi konstitusi negara demokrasi (bukan) untuk umat Islam yang membela syariatnya, melainkan kebalikannya dan orang kafir menyembunyikan ideologis-ideologis yang membela yahudi dan nasrani di semua negara. Jadi jangan berharap media nasional, dewan pers, BNPT dan aparat densus 88 membela umat Islam, karena Mengapa Hendropriono Membentuk Densus 88, awalnya dalam rangka menjadikan Solo dan Pesantren Al Mukmin Ngruki sebagai pusat medan perang terorisme (abal-abal) di Indonesia, Hendro butuh bantuan Walikota Jokowi yang kini menjadi boneka Hendro Priyono.

Divide Et Impera Modern : Menghidupkan Lagi Adu Domba Umat Islam

Munarman kembali menjelaskan hal yang tersembunyi dibalik kasus terorisme atau teroristainment ini. Ia mengungkap, "Namun agar perang terhadap Islam ini tersamar, digunakanlah jargon terorisme, ekstrimis, radikal dan fundamentalis. Dalam dokumen Rand Corporations yang berjudul 'War Againts Extrimist Islam' jelas sekali bahwa mereka strategi mereka adalah justru menggunakan umat Islam sendiri untuk berperang dengan apa yg mereka sebut extrimist Islam atau kaum fundamentalis yang punya agenda penerapan syariat islam."

Jadi dalam bahasa lain, politik adu domba atau devide et empera sedang dijalankan saat ini. Untuk memancing kelompok Islam ada dipihak mereka, maka kampanye issue terorisme dengan bom sebagai triggernya akan menjadi pola yang konstan.

Jadi jangan heran ke depan akan muncul berbagai bom rekayasa dan pemberitaan yang bombastis, karena media sekuler sudah berhasil mereka galang, dan bahkan media sekuler menjadi ujung tombak sebagai propagandis issue terorisme.

Bahkan Merbournestopwar.org menyebut, sikap Islamophobia adalah bentuk terorisme itu sendiri!

Naudzubillah, Islamophobia dimana-mana. [adj/brbs/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version